03 April 2009

KAK SETO: PONARI ANAK YANG BERBAKAT DAN MENAKJUBKAN ?

Adalah pada suatu malam di sebuah stasiun televisi swasta pada minggu keempat bulan februari 2009. Pertama kali yang muncul adalah Ponari beserta pamannya bercerita tentang “keajaiban” anak kelas 3 sebuah SDN di Malang yang tiba-tiba terkenal sebagi dukun cilik dadakan. Ribuan orang berbondong-bondong datang ke rumah praktek dukun cilik ini untuk mencari pengobatan atas penyakit yang dideritanya. Berkat sebuah batu yang didapat ponari pada saat tersambar petir, ponari diyakini mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Berita ini telah menyedot perhatian media, praktisi kesehatan hingga ulama sekalipun. Reaksipun muncul dimana-mana dan versipun bermacam-macam.
Bagi masyarakat yang umum sosok ponari diyakini sebagai seorang yang mempunyai “kelebihan”. Bagi masyarakat, suatu keanehan seorang anak kecil tersambar petir tidak meninggal dan tahu-tahu malah mendapat sebuah batu. Dengan sebuah batu yang dicelupkan pada air lalu sebagian orang yang menderita sakit merasakan ada perubahan dan sebagian lagi bahkan merasa sembuh. Masyarakat mempunyai keyakinan bahwa batu petir ponari mempunyai khasiat menyembuhkan sehingga logika dan akal sehat yang mereka miliki menjadi lenyap tergantikan oleh “sihir batu ponari”. Begitu keyakinan terhadap batu milik Ponari, sampai-sampai segala sesuatu yang tidak punya hubungan dengan Ponaripun dianggapnya mempunyai kekuatan tersebut. Air kotor, comberan hingga tanah yang basah dan kotorpun diambil oleh sebagian orang untuk menyembuhkan penyakit. Suatu realita masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam yang rela mengorbankan akidahnya demi suatu batu. Suatu gambaran bahwa apa yang namanya kemusyrikan telah menggantikan ketauhidan masyarakat Indonesia.
Ponari yang lahir dan besar di Jombang Jawa Timur telah menorehkan suatu catatan tersendiri bagi umat islam Indonesia. Kita sebagai muslim sangat paham betul bahwa Jombang adalah gudangnya pondok pesantren, kyai, santri hingga berbagai tariqat lokal muncul disana. Tokoh-tokoh sekelas Gus Dur, Cak Nun dan lain-lain menapaki hidupnya di wilayah yang namanya Jombang. Bahkan, Pangajian Padhang Mbulan rutin bulanan tiap tanggal 15 hijriyah yang di lakukan Cak Nun hingga saat ini berlangsung di Dusun Menturo Jombang. Kegiatan intens keagamaan masyarakat di Jombang ternyata diikuti pula dengan kemunculan si dukun cilik Ponari. Suatu isyarat bahwa apa yang telah disampaikan secara intens oleh para ulama kepada santri, kepada masyarakat, kepada anak-anak belum optimal menyentuh hati dan merubah mindset mereka sehingga masih terbawa pada hal-hal yang bersifat tahayul, bid’ah dan khurafat. Inilah suatu moment kepada para kyai, ustadz, cendekiawan muslim, syekh, guru ngaji untuk kembali menengok kembali misi perjuangan Nabi Muhammad SAW yang selama ini ditinggalkan dan tidak diteladani. Dalam suatu Buku Ulushul Tsalasah diterangkan bahwa misi kenabian Rasulullah adah untuk menegakkan ketauhidan dengan membrantas kemusyrikan, sehingga sepanjang hidupnya Rasulullah senantiasa menekankan tentang ketauhidan dalam perjuangannya. Dan misi perjuangan yang demikian ini, sudah tergantikan dengan berbagai misi yang lain sehingga apa yang terjadi di Jombang itu sebagai sesuatu yang tidak aneh lagi. Selama para ulama, ustadz dan guru ngaji belum mau kembali kepada perjuangan untuk menegakkan tauhid, menegakkan sunah, membratas kesyirikan, bid’ah, tahayul dan khurafat maka keyakinan umat dan masyarakat terhadap fenomena-fenomena Ponari akan terus tumbuh dan berkembang. Secara pribadi- saya berpikir agak naka- mungkin Allah SWT menujukkan bahwa di tempatmu banyak orang yang ahli agama, pandai dalam agama tetapi ketauhidan dilupakan sehingga di tempat ini juga kesyirikan muncul. Jadi orang awan akan bertanya ditempatmu banyak yang ahli agama, hapal Al Qur’an, jago politik, jago budaya tetapi masyarakatmu juga yakin pada sebuah batu yang tiada kekuatan apapun tetapi diyakini mempunyai kekuatan tandingan Allah SWT yang Maha Penyembuh.
Bagi para praktisi kesehatan, kehadiran batu petir Ponari yang begitu menyedot perhatian nasional telah membuat jengah praktisi kesehatan seperti kedokteran. IDI sebagai satu-satunya lembaga profesi dibidang kedokteran melalui ketuanya dalam salah satu acara di televisi swasta memberikan pendapatnya yang kurang begitu elegan dan cerdas. Beliau mengganggap masyarakat yang berobat ke Dukun Cilik Ponari adalah masyarakat yang kurang sadar dan kurang paham mengenai pengobatan yang benar secara akal sehat. Disamping itu juga menyalahkan pemerintah yang kurang perhatiannya kepada kesehatan masyarakat sehingga biaya rumah sakit mahal dan orang memilih alternative untuk pengobatan semacam Ponari. Jika benar pendapat IDI tersebut, maka pendapat itu konyol dan benar-benar kurang elegan. Diyakini atau tidak, seorang dokter tidak lebih sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. IDi tidak lebih sebagai layaknya konsultan yang menjual jasa di bidang kesehatan yang sangat jarang tidak mempertimbangkan faktor benefit lebih utama daripada sifat sosial. Suatu anggapan yang sangat fatal dan berbahaya bagi aqidah bahwa tatkala kita sakit, berkat dokterlah kita sembuh. Maha Penyembuh adalah Illahi Rabbi. Nabi bersabda bahwa setiap penyakit ada obatnya. Bahwa, Madu, Habatussaudah, dan sari kurma adalah obat berbagai penyakit. Karena itu Hadist nabi maka kita sebagai mukmin harus haqul yakin. Akan tetapi seberapa banyak anggota IDI yang paham dan mau memberikan pengobatan dengan ketiga obat tersebut. Dari sebagian besar anggota IDI pasti pemahaman pengobatan seperti ini dianggap tidak ubahnya pengobatan ala Ponari yang kurang masuk akal. Dan fakta menunjukkan bahwa kalau kita berobat di rumah prkatek dokter atau dirumah sakit swasta tempat dokter buka praktek secara swasta maka biayanya jauh lebih mahal dibanding di rumah sakit negeri. Nah jika demikian, mengapa dokter yang mempunyai keahlian dibidang kedokteran tidak punya inisiatiif cerdas untuk mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk memberikan biaya pengobatan murah. Kalau saja niat baik ada pasti IDI mampu memberikan solusi pengobatan murah daripada sekedar memberi pendapat tanpa memberi solusi.
Hal yang cukup aneh dan mengejutkan adalah justru keluar dari pendapat Kak Seto Mulyadi. Sebagai seorang yang mengepalai suatu lembaga komisi nasional untuk anak masih punya pemikiran pengobatan Ponari sebagai anak berbakat. Orang awanpun akan tertawa dan merasa lucu dengan ucapan sang tokoh anak ini. Kita sebagai orang beragama yang harus menegakkan ketauhidan, sangatlah terheran-heran menyebut berbuat syirik tapi disyukuri suatu bakat. Bagaimana kemajuaan Indonesia akan terjamin dan mendapat ridha Allah SWT manakala masyarakat yang terdidik, yang menjadi panutan masyarakat malah terbawa pada pemahaman syirik. Tapi..akhirnya saya berpikir sebaliknya.. wong komnas anak hanya berjuang mengatasnamakan anak tetapi perjuangan tersebut juga tidaklah jelas tujuannya apa. Konsepsi dasar perjuangannya samar, tanpa dilandasi akidah yang jelas. Maka jangan kaget, jika anak seperti Ponari menjadi salah satu di kagumi tokoh komnas ini. Perjuangan Komnas anak ini akan semakin tidak jelas apabila “sopirnya” masih mengagumi perbuatan yang menyesatkan akidah umat seperti mempercayai batu sebagai penyembuh. Apa bedanya orang yang menderita sakit terus punya keyakinan bahwa Ponari bias mengobati lalu berobatlah orang tersebut, dengan orang yang berpendidikan dan beragama tetapi merasa kagum juga dengan pengobatan tersebut bahkan terkagum-kagum? Silahkan anda simpulkan dan pahami sendiri….Wallahu ‘alam bissawab.
Jakarta, Maret 2009

01 April 2009

PERINGATAN MAULID: KEBANGKITAN ISLAM MULAI DARI INDONESIA

Ada sesuatu yang menarik dan menggelitik serta menggelikan apabila otak lebih di utamakan daripada al Qur’an dan Hadist. Logika-logika akal yang tanpa disertai dasar nash Al Qur’an dan Al Hadist terucap oleh seorang yang mengklaim pimpinan komunitas yang membawa nama Rasulullah SAW begitu enteng dan mudahnya bertutur di depan umat dengan keyakinan bahwa yang diucapkan ini benar sesuai yang diajarkan Rasullah dan merupakan hal yang baik untuk mendekatkan diri kepada Illahi rabbi.
Adalah peristiwa hari Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan Di Masjid Istiqlal Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh salah satu petinggi negara dan ribuan orang serta di siarkan live oleh beberapa televisi. Musik Islami (?), pembacaan Rawi atau berzanzi, ceramah hingga doa bersama ramai-ramai di ucapkan oleh yang hadir. Dalam penyampaian ceramahnya, pembicara menukil hadist yang menyatakan bahwa “Pada suatu jaman nanti akan muncul orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan setelah itu Islam akan muncul sebagai pemenang dan menuju kemakmuran”. Hadist ini menurutnya diriwayatkan oleh imam Muslim. Tapi amat menggelikan bagi yang sudah terbiasa dengan kajian hadist, penceramah dengan logika akalnya tanpa didasari nash yang jelas (Al Qur’an dan Al Hadist) mensyarahkan hadist tersebut dengan mengatakan bahwa moment tangal 12 Rabiul Awal ini ( Hari Maulid Nabi Muhammad SAW) sebagai moment menuju kemakmuran Islam Dunia yang di mulai di Indonesia. Lebih bikin saya terpingkal-pingkal lagi, pemilu bulan depan diyakini merupakan moment untuk memilih pimpinan yang bisa membawa kebangkitan dan kemakmuran Islam dunia yang di mulai dari Indonesia. Hm.. (dalam hati aku tersenyum) para sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabiin yang lebih dekat, lebih patuh dan melihat langsung serta menerima penjelasan langsung dari Rasulullah Muhammad SAW tersebut tidak pernah mentakwilkan atau mensyarahkan hadist tersebut khusus ke Indonesia, eh pembicara ini dengan santainya mensyarahkan dan menakwilkan demikian. Pada awalnya saya berpendapat itu kekurangtelitian dalam menafsirkan hadist, tetapi lebih konyol dan lucu buanget.. pemiliu 2009 ini sebagai moment menuju kemakmuran Islam Dunia yang di mulai di Indonesia. Aku baru sadar.. Iya.. ya.. Hadist sahih mana yang menyebutkan hal itu. Aku bolak-balik buka buku yang berisi Hadist Sahih dan bertanya kepada beberapa ustadz yang menguasai hadist hingga beberapa buku fatawa berbagai ulama tidak ditemukan. Bahkan guru pengajian rutin malam jum’at dan sabtu di kampung yang saya tanyain malah mentertawakanku dan dianggap pertanyaan yang mengada-ada sambil mengatakan : Antum orang kagak paham tentang Nabi Muhammad SAW dan berbuat konyol dengan hadist-hadist nabi. Nabi khan hidup sudah lebih 14 abad yang lalu, demikian pula sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in juga lebih 12 abad lalu hidupnya. Koq anda paksaain mensyarahkan pemilu 2009 di Indonesia. Emangnya Indonesia sudah ada dan dikenal waktu itu. Apakah ada yang disebut pemilu waktu itu. Wong Nabi Sendiri memimpin Daulah Islamiyah. Bukan Negara Demokrasi. Demokrasi tidak dikenal waktu itu dan Demokrasi itu Cuma akal-akalan yang dilahirkan oleh Yahudi abad 19 Masehi. Sambil tersenyum aku ingatkan ke guru ngaji kami tersebut, itu bukan pendapat saya, saya cuma mendengar waktu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ditelevisi. Saya orang yang masih sedikit ilmu tentang agama tapi lagi mulai mengkaji sana-sini tentang agama yang bersandar pada AL Qur’an dan Hadist sehingga aku tanyakan hal ini kepada pak guru, Koq malah dianggap saya mengada-ada. Yang berbicara itu bukan orang sembarang lho, beliau itu pimpinanan Majelis Rasulullah. Nah, pengajian kita namanya apa ? Kuwalat nantinya…(guyonan saya)
Selanjutnya, aku semakin sadar, iya…ya.. saya bukan pengikut majelis yang membawa nama Rasulullah, jadi kami tidak berhak menafasirkan dengan versi majelis tersebut. Tapi..aku jadi bertanya. Apa dulu waktu Rasulullah masih hidup beliau beserta sahabat mengklaim majelisnya Majelis Rasul? Selanjutnya, setelah Nabi Muhammad SAW wafat, adakah majelis seperti itu yang membawa nama Majelis Abubakar, Majelis Ali, Majelis Usman dst? Nah..jangan-jangan yang bukan pengikut majelis tersebut termasuk majelisnya ….. Jika memang ada, lain waktu pingin aku tanyakan kepada ustadz , guru ngaji hingga referensi kitab yang jelas sumbernya. Tapi kira-kira saya dianggap konyol lagi tidak ya?
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adakah tuntunannya…..
Peringatan maulid nabi disekitar kita telah berjalan turun temurun dari dahulu kala. Begitu mengakarnya peringatan maulid nabi tersebut, maka seiring perjalanan waktu menjadi tradisi yang bagi sebagian orang atau pelaku peringatan maulid tidak tahu kapan itu dimulainya. Bahkan bila ditanyakan kepada mereka ini tradisi yang baik untuk mensuritauladani Nabi Muhammad SAW yang telah turun menurun dilakukan nenek moyang kami.
Bagi orang-orang di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur dan masih menganut agama Islam ya, tapi aliran kepercayaan atau kejawen juga oke, mejalankan maulidan dengan cara akal dan perilaku mereka sendiri tanpa pegangan nash yang benar, ( Iya lah.. jika memahami Al Qur’an dan Hadist yang benar, mereka tidak akan mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW). Di Yogyakarta, dan Solo sebagai gambaran, Maulid ditandai dengan acara Sekatenan. (Katanya : diambil dari kata Syahadat Ta’in, karena lidah orang jawa yang susah untuk mengucapkan kata itu, diplesetkan menjadi sekaten). Saya pribadi jadi bertanya, bagaimana hubungan syhadat ta’in, dengan kelahiran nabi menurut Al Qur’an dan Al Hadist. Lalu, bagaimana hukumnya mengubah kata syahadat ta’in yang mengandung makna yang dalam begitu mudah diplesetkan menjadi sekaten yang tiada makna yang jelas? Apakah begitu mudah unsur-unsur yang pasti dari agama ditransfer secara liberal dan serampangan atau cenderung diplesetkan kedalam budaya masyarakat yang tidak jelas? Maka, karena ketidakjelasan makna kata sekaten ini, dalam praktek di lapangan setali tiga uang melanggar ajaran Al Qur’an dan Al Hadist. Tahun 1980-an s.d. 1990-an. Sekaten yang telah menjadi ikon budaya Keraton Yogyakarta yang masih kuat budaya kejawennya dijadikan pasar malam bagi masyarakat yang diembli-embeli dengan label islam. Ingat kasus penyanyi ndangdut salah satu stage area sekatenan yang ditangkap polisi Yogyakarta karena mementaskan musik ndangdut yang sangat vulgar pada tahun 1990-an? Jika memang maulidan merupakan penghormatan kepada Rasulullah SAW, kenapa haramnya musik dan haramnya penyanyi wanita menunjukkan auratnya di hadapan bukan muhrim yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW malah di berikan tempat khusus di acara sekatenan?
Demikian pula tradisi, maulidan di Keraton Yogyakarta dengan mengarak tumpeng nasi ke majisd Agung Yogyakarta, dan selanjutnya diperebutkan oleh ribuan masyarakat yang meyakini bahwa bahan makanan dan makanan tersebut membawa berkah. Ini merupakan bentuk nyata penyimpangan dari segi ajaran nabi Muhammad SAW sekaligus bentuk kemusyrikan baru yang harus diberantas sesuai misi beliau di utus di muka bumi. Apabila diyakini peringatan maulid nabi itu baik, seharusnya hal-hal yang diajarkan nabi tersebut diikuti dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. But..mengapa justru hal yang ditentang nabi seperti kemusyrikan yang ditumbuhkan dengan mengambil moment maulid nabi?. Nabi Muhammad dilahirkan dan diberi tugas sebagai rasul untuk menegakkan ketauhidan masyarakat, bukan mengajak pada kemusyrikan dan Bit’ah.
Demikian pula, di Keraton Kesunanan Solo disamping acara mauludan ada upacara mengarak seekor kerbau bule. Masyarakat yang datang pada acara itu beramai-ramai mengambil berkah kerbau bule tersebut dengan mengambil kotorannya maupun air bekas mandi, diikuti memperbutkan bahan makanan dan makanan yang tela diarak ke Masjid Agung. Dua bentuk kesesatan dan kesyirikan yang baru yang muncul pada acara maulid nabi yakni meyakini keberkahan pada seekor kerbau bule, dan keberkahan makanan dan bahan makan yang berasal dari keraton. Padahal Nabi telah menjelaskan bahwa meminta sesuatu itu hanya kepada Allah SWT dan melarang keras menyekutukanNya dengan makhluk apapun namanya. He…he.. inilah bentuk kecintaan kepada Rasululllah tetapi justru melecehkan, membuat tandingan terhadap Rabb Nabi Muhammad SAW yang Maha Kuasa dan Maha Kaya. Bentuk cinta kepada Rasullah Muhammad SAW adalah dengan menegakkan sunnahnya, membenarkan segala ucapan dan perilakunya, mengikuti apa yang diajarkan, menafikkan semua yang tidak dikerjakan. Nah,.. jika yang dilakukan sebaliknya namanya apa ya….?
Bagi umat Islam yang non kejawen, peringatan maulid nabi diyakini sebagai bentuk kecintaan terhadap rasulullah, meksi dengan alasan dan dalil yang berbeda. Hal-hal yang menjadi alasan dan justifikasi pembenar oleh orang yang merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah :
Maulid sebagai bukti cinta sebagai Rasulullah SAW. Dasar mereka adalah Hadist Sahih Bukhari no 15: “ Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian sehingga aku lebih dia cintai daripada ayah, anak, dan semua manusia.” Hadist ini shahih sifatnya. Yang jadi persoalan adalah bentuk kecintaan rasulullah bukan hanya sekedar memperingati hari kalahirannya, tetapi lebih hakiki lagi adalah patuh dan taat padannya, membela kehormatannya, menghiupkan sunnahnya menjauhi dan meninggalkan apa yang ditinggalkan olehnya. Pun demikian, kita tahu dan paham para sahabat lebih tahu dan lebih dekat dan lebih cinta kepada nabi Muhammad SAW akan tetapi mereka tidak mencotohkan peringatan maulid nabi. Padahal kala itu kebiasaan perayaan hari kelahiran telah ada.
Maulid sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun demikian bentuk penghormatan dan pengagungan kepada nabi Muhammad SAW bukan dengan mengamalkan hal-hal yang dilarang nabi seperti bid’ah dan kesyirikan. Sebaliknya bentuk penghormatan kepada Nabi adalah patuh dan taat padannya, membela kehormatannya, menghiupkan sunnahnya menjauhi dan meninggalkan apa yang ditinggalkan olehnya. Dan seandainya anggapan maulid itu sebagi bentuk penghormatan kepada nabi tentu para sahabat, tabiin hingga tabiut tabi’in yang memulainya terlebih dahulu dan paling lantang menyerukannya, mengingat di orang-orang yang paling dekat dan setia pada Nabi Muhammad. SAW. “ Seandainya perkara itu baik dan benar, maka tentulah nabi, para sahabat, tabiin dan tabiut tabiin yang melaksanakan lebih dahulu” (al Hadist)
Maulid sebagai sarana menghidupkan penyebutan nama nabi. Persoalannya penyebutan nama nabi harus sesuai syariat yang diajarkan oleh nabi. Tidak sebaliknya berdasarkan nafsu dan aqalnya sendiri. Misalnya: nama nabi disebut pada saat adzan, iqomah, kuthbah. shalat, tasyahud. Hatta,.. penyebutan nama nabi melalui berjanzi atau berdasar rawi, sumbernya dari mana? Para sahabat tabiin hingga tabiut tabi’in tidak pernah melakukan, tapi kita yang sudah jauh dari mereka justru membikin cara sendiri yang sumbernya dan dasarnya kurang jelas.. “Sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, sejelek-jelek perkara adalah yang diadadakan, setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”( Hadist Bukhari-Muslim)
“Setiap amalan yang tanpa disertai tuntunan dan petunjuk Rasulullah SAW adalah tertolak” ”( Hadist Bukhari-Muslim)
Tidak melaksanakan Peringatan Maulid berarti mengurangi hak nabi Muhammad SAW. Namun demikian, Hak Nabi secara syariat adalah dikembalikan ke Al Qur’an dan Al Hadist.. Semua yang berkaitan dengan ibadah adalah mengikuti apa yang dicontohkan oleh rasulullah. Bahkan Imam Malik menegaskan barang siapa membuat suatu bit’ah dalam islam lantas menganggap itu sebagai suatu kebaikan, berarti menuduh bahwa Nabi Muhammad SAW telah mengkhianati risalah. Yang menjadi pertanyaan: apakah justru memperingati maulid nabi yang dimaksud dalam hadist ini? (Disarikan dari Majalah fatawa Vol V/02 Shafar 1430 H)
Sejarah Kemunculan Maulid Nabi Muhammad SAW
Secara makna maulid searti dengan natil atau hari kelahiran. Sementara itu peringatan natal di pelopori oleh Bishop Katolik Liberius tahun 355 M.
Peringatan Maulid Nabi SAW pertama kali adalah Bani Ubaid yang dipimpin al Mahdi Abu Muhammad Ubaidillah bin Maimun al Qaddah pada tahun 317 H di Maroko. Kelompok ini lebih dikenal Qoromithah. Kerajaan Ubaidiyun berdiri 297 H ibukota Qairawan, Maroko. Kekuasaan hingga ke Mesir. Namundemikian, 17 Sya’ban 358 H direnut direbut Qamarithah. Kekuasaan meluas hingga Mesir dan ibukota pindah ke Kairo. Dan Maulid mulai dirayakan pada masa ini. Pada saat Kekuasaan fatimiyun tamat, peringatan Maulid diperingati oleh Raja Mudhafir Abu Sa’ad Kaukaburi tahun 7 Hijrah. Dia merayakan peringatan dengan sangat mewah yaitu dengan menghidangkan 5000 daging panggang, 10000 daging ayam. 100000 gelas susu dan 30000 piring makanan ringan. Perayaan tersebut dihadiri tokoh agama dan tokoh sufi. Raja menjamu mereka. Orang sufi punya acara khusus menyanyi dari saat Dhuhur hingga fajar. Dan raja ikut berjoget (Imam Ibnu Katsir)
Selanjutnya. Bila tiba waktu shafar mereka menghiasi tenda besar dengan hiasan yang indah dan mewah. Pada tiap tenda ada sekumpulan penyanyi, ahli penunggang kuda dan pelawak. Hari itu hari libur karena ingin bersuka cita di tenda bersama penyanyi… Bulan mauilid kurang dua hari raja mengeluarkan unta, sapi dan kambing yang tidak terhitung jumlahnya, diiringi suara terompet dan nyanyi sampai tiba di tanah lapang. Pada malam maulid raja mengadakan nyanyian dari maghrib di benteng (Ibnu Khaliqan,Wayatul A’yan, IV/117-118 dan Majalah fatawa Vol V/02 Shafar 1430 H)
Penutup
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang berkembang pada saat ini menurut nash yang sahih merupakan pebuatan yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri maupun dilaksanakan oleh para sahabat, tabiin, hingga tabiut tabiin. Dan peringatan tersebut baru muncul jauh setelah jaman para para sahabat, tabiin, hingga tabiut tabiin, dimana munculnya dari kerajaan di Maroko yang secara geografis maupun secara hirarkis sangat jauh dengan Mekah atau Jaman Nabi Muhammad SAW. Kemunculan yang sangat menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad SAW sendiri yakni dengan pesta dan nyanyi yang di haramkan oleh Rasulullah. Masihkah perlu kita rayakan dan kita bikin aturan baru yang melanggar petunjuk kepada orang yang kita peringati kelahirannya? Lucu juga kita ini.. Katanya cinta kepada orang yang kita cintai tapi pada saat yang sama kita dustai, kita lecehkan dan kita benci apa yang beliau kerjakan dengan berdalih menghormati, tidak mengurangi haknya. Wong Nabi Muhammad SAW itu melarang melakukan pesta atau perayaan kelahirannya karena itu tidak sesuai ajaran yang beliau bawa, tetapi kita dustai beliau dengan melawan ajaran beliau pada pembenaran peringatan hari kelahirannya dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Allah dan rasulNya menyerukan tauhid sebagian orang muslim sukanya menjalankan syirik, Allah dan RasulNya menyerukan sunnah, sebagian orang muslim sukanya menjalankan bid’ah. Wallahu a‘lam bissawab.
Jakarta, 9 Rabiul awal 1430 H