30 Oktober 2012

PEMBATAL-PEMBATAL PUASA KONTEMPORER


PENGANTAR
Pembahasan pembatal puasa kotemporer tidak terlepas dari pembahasan pembatal puasa klasik. Hal ini karena, kaidah-kaidah dalam pembatal puasa klasik menjadi qiyas dalam pembatal puasa kontemporer. Pembatal puasa klasik terdiri dari  :
·         Yang disepakati oleh ulama : makan, minum, jima’, haid, nifas
·         Yang diperselisihkan ulama :

1.      Berbekam (yang rajih tidak batal). Hukum asal berbekam dan membekam adalah batal sebagaimana termuat dalam beberapa hadist. Kemudian ada ru’syah yang membolehkan berbekam. Kaidah fiqih  menjelaskan  ru’syah datang setelah ada hukum asal;

2.      Muntah : 
      - tanpa sengaja (wanita hamil, mabuk perjalanan) maka tidak batal puasa dan   tidak perlu mengqodho
     -  sengaja menurut ijma’al dan wajib mengqodho’

3.      Junub atau haid sebelum mandi : maka puasa sah dan tidak batal. Qs. Albaqoroh 187 : malam adalah detik pertama maghrib dan detik terakhir subuh;

4.      Keluar mani :
      - tanpa sengaja (mimpi basah) menurut ijma’ ulama sah dan tidak batal
- sengaja : puasa batal, baik secara langsung atau tidak langsung (berniat mimpi basah, mengkhayal, melihat aurat lawan jenis)

5.      Mencium dan mencumbu istri : hukum asal tidak batal. Lihat hadist aisyiyah. Demikian jua keluar madzi adalah tidak membatalkan puasa. Lihat hadist umar.

      Kaidah fiqih : jika rasulullah dihadapkan pada suatu perkara dengan beberapa kemungkinan dan rasulullah tidak memberikan rincian, maka jawaban umum, maka mencakup jawaban khususnya;

6.      Menghirup air dalam-dalam di hidung (ghargarah).enurut ijma’ ulama : tidak menjadi masalah selama berlangsung tidak terus menerus dan dalam-dalam;

7.      Menelan ludah : maka tidak membatalkan puasa, karena ludah adalah cairan tubuh, hukumnya membatalkan puasa jika secara sengaja dikumpulkan dalam mulut lalu ditelan.

KAIDAH-KAIDAH PEMBATAL PUASA KONTEMPORER

Sifat pembatal puasa kontemporer adalah selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai perkembangan jaman. Kaidah-kaidah dalam pembahasan puasa kontemporer adalah kompilasi dari kitab-kitab ulama yang tidak ada dalam kitab sekelas al wajiz.

Kaidah I : Pengertian makan dan minum adalah memasukkan makanan/minuman ke dalam saluran pencernaan atau memasukkan zat yang semakna dengan makanan dan minuman dari rongga lain. Alasannya : a) Allah menjelaskan makan dan minum adalah pembatal puasa sehingga qiyas terhadap makan dan minum untuk masalah pembatal puasa kontemporer, b)Allah berfirman dengan bahasa arab, sehingga harus memaknai makan dan minum dengan parameter bahasa arab.

Kaidah II : Makan dan Minum yang masuk ke dalam pencernaan tanpa sengaja, maka tidak membatalkan puasa.

Kaidah III : Makanan dan cairan yang masuk dalam pencernaan dengan jumlah SANGAT AMAT SEDIKIT DAN MERUPAKAN PENGIKUT DARI YANG DILAKUKAN (efek samping), maka tidak membatalkan puasa. Dalil sekaligus contoh : berkumur dan bersiwak tidak membatalkan puasa meski ada senyawa yang melindungi gigi.

Dengang demikian , menyemprot obat asma, menggunakan obat tetes mata, telinga, berenang kemasukan air semua tidak membatalkan puasa karena tidak ada akses ke pencernaan. Demikian juga endoskopi tidak membatalkan puasa karena bukan sejenis makanan dan minuman. Donor darah tidak membatalkan puasa dengan qiyas bekam

Sedangkan infus, cuci darah, injections adalah membatalkan puasa karena ada unsur semacam makanan. Sedangkan rokok membatalkan puasa karena dalam bahasa arab artinya minuman (syarabul dukhan)

Sumber : Kajian Pembatal puasa Kontemporer oleh ustadz Nuzul Dzikriy, Lc di masjid as Sunnah Bintaro (2-8-2012)

SEANDAINYA DOSA ITU BERAROMA, MAKA ENGKAU TAK AKAN SANGGUP BERTEMAN DENGANKU..


Pengantar.
Sepanjang hari yang di lalui oleh seorang mu’min tidaklah terlepas dari kalimat takbir. Mulai dari tatkala bangun pagi melakukan shalat sunnah lail, dilanjutkan do’, lalu shalat fajar, berdo’a, melantunkan suara azan, shalat subuh, dzikir habis subuh, dzikir pagi, lalu shalat sunnah dhuha, shalat sunnah dhur, azan dhuhur, shalat dzuhur, dzikir habis shalat dhuhur, dan seterusnya hingga kembali tidur tidak lupa melakukan bacaan takbir. Ucapan Allahu akbar  yang berpuluh bahkan beratus atau beribu kali di ucapkan dari lisan muslimin seakan akan tidak memberi bekas dalam kehidupan sehari-hari. Masih banyak muslimin yang lisannya berzikir dengan kalimat Allahu akbar tapi pada saat yang sama masih melakukan banyak kemaksiyatan dan merasa tinggi hati. Mereka melakukan banyak hal yang Allah larang. Suatu pertanyaan, mengapa ayat yang mulia-yang sangat mashur ditengah kita- yakni “sesungguhnya shalat itu dapat mencegah perbuatan dari keji dan mungkar” hanya sekedar menjadi ayat dal mushaf Al qur’an dan tidak pernah membekas dalam gerak aktivitas muslimin? Bahkan tidak jarang, muslimin yang melakukan kejahatan dari merusak alam, berbuat dzalim kepada sesama, merampok, berzina hingga melakukan pembunuhan kepada sesama muslim yang lain? Bahkan coretan kelam sebagian orang muslim  yang merasa paham agama, malah melakukan teror, pengemboman dimana- mana, melawan pemimpin yang sah hingga mengkafirkan orang lain, sehingga telah menstigma umat lain bahwa orang islam yang dengan  simbol tertentu adalah pembuat kerusakan dan membiasakan diri melakukan kekerasan jika tidak sepahaman atau sealiran mereka. Lalu dimana, ucapan Allahu akbar yang selalu di ucapkan?
Allah Maha Besar dan Manusia Amat Kerdil.
Allahu akbar adalah nama dan siat Allah Ta’ala yang sangat sempurna.Sifat ini menunjukkan Allah Ta’ala maha digdaya dibandingkan dengan segala makhluk yang Dia ciptakan.
Dengannya manusia melakukan ibadah dan menyadari diri bahwa dirinya kerdil dan mengkerdilkan diri dihadapan Allah sehingga tidak ada kepantasan untuk menyombongkan diri dan mempunyai sifat keangkuhan. Rasulullah bersabda:”besarnya bumi dibandingkan  langit laksana lempengan logam di padang pasir, besarnya langit  dibandingkan  kursiy Allah laksana lempengan logam di padang pasir, besarnya kursiy Allah  dibandingkan  Arsy laksana lempengan logam di padang pasir.”Dengan demikian, dapat dibayangkan betapa kecil manusia dihadapan Allah, dibandingkan dengan ciptaan Allah berupa hamparan padang pasir yang penuh butiran pasir saja dalam jarak puluhan meter sudah tidak tampak, apalagi dibandingkan denga hamparan bumu, hamparan langit, kursiy Allah apalagi ‘arsy. Ini semua adalah makhluk Allah, bukan Allah Ta’ala sendiri, sehingga tidak ada manfaatnya manusia untuk sombong dan takabur baik kepada sesama, kepada makhluk Allah yang lain dan apalagi kepada Allah Ta’ala.
Salah satu hal yang sangat membahayakan dan mencelakan diri manusia baik di dunia maupun di akhirat adalah terbesitnya rasa sombong dan angkuh dalam hatinya. Rasa angkuh telah menyebabkan manusia merendahkan manusia lain dan menolak kebenaran yang dibawa oleh rasulullah. Rasulullah bersabda : “kesombongan adalah merendahkan manusia dan menolak kebenaran.” Dengan adanya kesombongan, maka semua akan di anggap rendah dan dibawah mereka dari segala sisi, baik itu harta, kekuasaan, ketampanan/kecantikan dll. Bahkan kesombongan telah membawa manusia untuk menakhluk segala yang Allah ciptakan sehingga dalam diri manusia muncul sifat jumawa dan secara pelan namun pasti maka kekerasan hati makin kuat dan kebenaran yang dari Allahpun yang datang akan dia tolak. Hal ini sebagaimana khorun karena merasa sombong dengan kekayaannya Allah binasakan bersama hartanya ke dalam bumi. Demikian juga Fir’aun laknatullah karena terhinggap rasa sombong dengan kekuasaannya maka Allah tenggelamkan ke Laut Merah beserta para pengikutnya. Demikian juga, Iblis laknatullah, Allah lemparkan keluar syurga karena dalam diri mereka ada kesombongan merasa lebih tinggi di banding manusia. Padahal rasulullah bersabda : “Tiada seorang hamba akam masuk syurga selama dalam hati mereka terdapat kesombongan walau hanya sebesar partikel terkecil di dunia”
Allah Muliakan Adam Alaihi Salam Karena berbuat Salah dan bertaubat. Allah hinakan Iblis karena berbuat salah tetap sombong.
Salah kemulian yang didapatkan manusia dihadapan Allah Ta’ala adalah kesediaan manusia untuk sesegera mungkin melakukan taubatan nasuha tatkala dirinya melakukan kesalahan. Bentuk taubatan nasuha adalah dimulai dari kesadaran diri bahwa diri mereka bersalah, sehingga memerlukan perbaikan diri dengan cara menghinakan diri dihadapan rabbnya. Sebab barangsiapa manusia semakin pandai untuk menghinakan diri dihadapan Allah Ta’ala maka secara otomatis akan menutup benih-benih tumbuhnya kesombongan. Sedangkan bentuk penghinaan diri yang paling baik bagi diri seorang muslim dihadapan Allah Ta’ala adalah tatkala melakukan sujud disaat shalat.Sujud adalah bentuk kesempurnaan penghinaan diri kepada Allah. Hal ini sebagaimana di jelaskan dari hadist riwayat abu umamah yang berkata, rasulullah bersabda :”amalan yang bisa mengantarakan pelakunya masuk ke syurga dalah sujud dan berdzikir.” Dalam sujud yang lama maka akan ditemukan kikmatan yang luar biasa yang tidak akan ditemukan dan dirasakan dalam gerakan shalat yang lain. Hal ini sebagaimana dikatan oleh ibnu mas’ud :”tatkala bangun dari sujud ada kenikmatan yang tidak ada bandingannya, terutama mata yang cerah dan muka yang berseri.”
Orang yang menyadari bahwa Allah maha besar dan diri mereka kerdil maka akan mampu membawa diri untuk tidak terpancing untuk sombong meski ada beberapa hal yang menyebabkan diri mereka sombong. Hal ini seperti dipraktekkan rasulullah tatkala terjadi kemenangan yang luar biasa dalam perang melawan tentara quraish di kota Mekkah. Peristiwa fathul Makkah, dimana rasulullah membawa 10 ribu tentara yang terkalahkan melawan ratusan ribu tentara quraish. Ini adalah dikabulkannya do’a rasulullah oleh Allah Ta’ala agar tentaranya bisa masuk ke kota Mekkah dan tidak diketahui serta ketidaksiapan tentara quraish sehingga tentara quraish bisa dikalahkan. Kemenangan ini kemenangan yang luar biasa, jika rasulullah tidak berdoa, tentu kesombongan yang akan muncul, mengingat diri rasulullah 13 tahun lebih di usir dari kota, dibuat fitnah dimana-mana, disakiti, dihinakan dan diperlakukan tidak manusia seperti disebut orang gila dan tukang sihir. Namun, tatkala rasulullah memasuki kota Mekkah rasulullah diatas untanya menunduk hingga dagunya hampir menyentuh punggung unta sambil berdoa agar dijauhkan dari sifat sombong. Suatu pelajaran yang luar biasa bagi seluruh manusia yang tidak terlepas dari panah-panah yang memacu potensi tumbuhnya kesombongan.
Peristiwa khalifah Umar Bin Khattab jua memberi pelajaran yang luar biasa mengenai keindahan seorang muslimin yang menjaga diri dari kesombongan. Tatkala Umar bin Khattab melakukan shalat subuh, tiba-tiba punggungnya ditusuk pedang oleh salah seorang Yahudi yang berpura-pura masuk islam dan bermakmum di belakang shabat Umar bin Khattab. Tiba-tiba Umar bin Khattab terjatuh tersungkur. Melihat hal itu Umar ibnu Aziz anaknya mencoba memangku ayahnya yang sedang sekaratul maut dan menahan sakit. Namun sahabat Umar bin Khattab berkata kepada anaknya tersebut agar dia jangan dipangku tapi tetap diletakkan di tanah saja hingga nafas terakhirnya.
Dari dua pelajaran yang agung dan mulia dari Rasulullah dan shabat beliau Umar bin Khattab, begitu indahnya orang yang sangat hati-hati terhadap timbulnya penyakit sombong sehingga pintu-pintu yang terbuka untuk masuknya sifat sombong dengan senantiasa meninggikan sifat Allahu akbar dan menghinakan diri serendah-rendahnya di hadapan Allah, maka Allah muliakan keduanya baik di dunia hingga di akhirat. Rasulullah telah menjelaskan : sebaik-baik masa adalah masaku, masa setelahnya, dan masa setelahnya. Rasulullah dan Umar bin Khattab berada pada masa itu. Demikian juga di akhirat, Allah telah khabarkan bahwa beberapa sahabat rasulullah yang Allah jamin masuk syurga bersama rasulullah adalah salah satunya Umar bin Khattab.
Rasulullah bersabda :”Di akhirat Allah akan menanyakan begini dan begitu. Lalu Allah berkata Dimanakah orang-orang yang sombong dan diktator. Hati mereka ciut. Bahkan nabi Adam berkata : Hari itu Allah Marah semarah-marahnya.” Hadist ini memberikan ibrah kepada kita bahwa kesombongan akan berdampak buruk tidak saja di dunia melainkan di akhirat juga. Bahkan orang yang mempunyai sifat sombong akan berhadapan langsung dan berkata langsung kepada Allah Ta’ala dan Allah Ta’ala akan meminta pertanggungjawaban sehingga manusia tersebut hatinya ciut dalam ketakutan yang luar biasa namun tidak sanggup berbuat apa-apa. ‘Audzubillah min dzaalik.
Salah satu ciri kesombongan adalah Allah telah menunjukkan jalan yang lurus, tapi manusia malah mengambil jalan yang bukan Allah tunjukkan. Allah telah banyak memberikan petunjuk agar manusia selamat dalam menjalani hidup di dunia, bebas dari azab kubur dan selamat meamasuki syurga. Tapi sebagian besar manusia justru menolaknya dan memilih jalan-jalan yang menyengsarakan diri mereka didunia, mendatangakan azab kubur, dan menjerumuskan diri ke neraka. Allah telah memerintahkan manusia lewat rasulullah agar menjauhkan diri dari kesyirikan, kebid’ahan, kemaksiyatan,dosa besar, namun manusia menolaknya. Mereka malah lebih asyik melakukan kesyirikan tatkala senag dan susah, melakukan ritual-ritual ibadah yang tidak rasul dan sahabat praktekkan, zina, makan riba, minum minuman yang memabukkan, korupsi, membunuh, mencela sesama muslim, berkhianat, dll. Dan kesombongan ini yang menyebabkan manusi terhalang untuk masuk syurga. Dalam surat al qhoshos : sekitar ayat 70 :dijelaskan syurga hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak ada kesombongan tatkala ada dimuka bumi. Dengan demikian syurga hanya dikhususkan bagi orang yang mampu mengerdilkan diri dihadapan Allah Ta’ala dan mensejajarkan diri dihadapan manusia lain. Namun sayangnya manusia telah salah jalan. Mereka memilih mengerdilkan diri dihadapan manusia lain dan merasa diri lebih dibanding Allah Ta’ala. Mereka lebih patuh dan tunduk untuk menurut kepada manusia tatkala manusia tersebut memberikan banyak kenikmatan duniawi seperti : harta, kedududukan, kekuasaan hingga wanita. Namun tatkala Allah memanggil untuk taat kepadaNya dengan shalat 5 waktu, puasa, zakat, sedekah, menyantuni anak yatim, jauh dari syirik, jauh dari bid’ah mereka menghindari cepat-cepat. Subhanallah.
Penutup
Akhirnya, untuk penutup tulisan ini, sangat indah mengambil hikmah dari ulama besar Muhammad Bin washal. Suatu saat salah seorang murid beliau yang duduk di majelis beliau berkata :” ya guru kami merasa senang dan bahagia bisa belajar ilmu bersama engkau”. Kemudian sang guru berkata : “Seandainya dosa itu ada aromanya, maka kalian tidak sanggup duduk dihadapanku.” Kalimat yang sangat indah untuk menjaga hati-hati manusia dari masuknya penyakit yang namanya kesombongan. Dan di saat yang sama menyadari bahwa diri manusia itu kerdil dihadapan Allah sehingga harus terus menerus berdoa agar selalu dituntun dalam jalan kebenaran. Wallahu a’lam bissawab.
Sumber : kajian Ustad Mauddudi Abdullah dengan tema “ Makna Allahu Akbar” di Masjid Abubakar shiddiq Tajur Tangerang (20-10-2012)

JIKA ILMU BERMANFAAT TELAH ALLAH CABUT, HADIRLAH PEMIMPIN JAHIL BERFATWA YANG MENYESATKAN


Rasulullah mengabarkan bahwa ilmu akan hilang dengan diwafatkannya para ulama, sehingga tidak ada yang alim di dunia ini dan manusia menjadikan pemimpin yang tidak mempunyai kapasitas ilmu dan mereka berfatwa tanpa ilmu sehingga fatwa mereka sesat dan menyesatkan.
Dari hadis diatas mengandung makna jika ilmu bermanfaat hilang dengan makin banyaknya ulama yang wafat, maka akan memunculkan bahaya yakni saling sesat menyesatkan. Agar tidak salah dalam belajar agama, maka harus mengambil ilmu dari ulama.
Ketahuilah, ajaran islam tidaklah berdiri pada 2 pokok yang penting laksana syap-sayap bagi burung untuk terbang. Dan orang akan istoqomah dengan 2 hal pokok tersebut yakni ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Ilmu bermanfaat tidak lain  adalah al qur’an dan assunnah yang dipahami oleh para sahabat. Sedangkan amal shalih tidak lain adalah berasal dari ilmu bermanfaat yang bersumber dari al qur’an dan assunnah yang dipahami oleh para sahabat.
Ilmu yang bermanfaat dan ilmu alat yang membantu seperti bahasa arab dan ushul fiqh wajib dituntut dan dipelajari oleh setiap muslim. Karena ini yang Allah akan berikan pahala dan menyelamatkan manusia di akhirat nanti. Sedangkan ilmu umum seperti fisika, matematika, kedokteran, ekonomi dll, siapa yang mempelajari akan diberikan pahala sesuai orang itu niatkan. Jika sekedar untuk mencapai gelar, mencari kedudukan di dunia maka Allah berikan itu. Di akhirat Allah tidak berikan pahala sedikitpun. Ini berbeda dengan ilmu yang bermanfaat, baransiapa yang mempelajari maka Allah berikan pahala yang besar.
Barang siapa yang menuntut ilmu syar’i maka Allah berikan kemuliaan. Kemulian seorang muslim adalah keberadaan ilmu yang bermanfaat pada dirinya. Bukan dalam dirinya ilmu duniawi untuk mencapai jabatan dan kedudukan. Allah memerintahkan rasul bukan untuk meningkatkan perkara-perkara dunia, melainkan ditambahkan ilmu yang bermanfaat.
Allah mengabarkan : bahwa seorang muslim tidak akan mempunyai sifat takut (khauf) yang sempurna kecuali dengan mempelajari ilmu. Dalam Al Qur’an Allah berfirman :”Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah adalah ulama.”Ini suatu bukti hanya orang yang punya ilmu yang bermanfaat yang mempunyai rasa takut yang sempurna kepada Allah.
Allah mengingatkan ada nikmat yang luar biasa besarnya sehingga seorang muslim wajib untuk menuntutnya yaitu “arrahmman, ‘alamatul bayan”. Ini adalah  sebaik-baik nikmat yaitu al qur’an dan sunnah.
Allah Ta’ala mengajarkan kepada malaikat saat proses penciptaan manusia. Malaikat mengalami keheranan, yang khawatir manusia akan menumpahkan darah dimuka bumi. Hal ini menunjukkan tingginya kedudukan manusia dibanding manusia sehingga diberi kelebihan sebagai khalifah di muka bumi.
Kisah Nabi Nuh ‘Alaihi salam: umat Nuh melakukan kerusakan di muka bumi yaitu dengan melakukan kesyirikan. Maka Allah menurunkan azabNya dengan menurunkan banjir terus-menerus dan berakibat banjir.Banyak masyarakat disekitar nabi Nuh yang mati. Termasuk anaknya Nuh dimana Nuh telah memberikan ilmu tentang tauhid, tapi malah menolaknya.  Yang selamat adalah orang yang mengikuti nabi Nuh yakni yang menegakkan tauhid menghindari syirik.
Nuh mengatakan:”Tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kecuali Allah.” Dan akhirnya Nuh meminta pertolongan kepada Allah agar putrinya diselamatkan, karena ia calon penerus dakwah nabi nuh. Namun Allah berjanji tidak akan memasukkan diri Nuh kedalam golongan orang yang jahil. Hikmah yang dapat dipetik dari kisah ini adalah Nuh diselamatkan oleh Allah dari orang yang jahil yang penuh maksiyat.
Allah menjadi saksi bahwa penciptaan manusia sebagai makhluk yang mulia dengan diturunkan al qur’an, rasul dan syariat. Bahkan Allah mengikutkan kesaksian malaikat dan manusia dalam berbagai kemuliaan,sebagaimana dalam beberapa ayat al qur’an yang menjelaskan bahwa “ idak ada yang berhak disembah kecuali Allah...” dengan saksi malaikat dan manusia yang berilmu.
Cahaya yang diturunkan ke muka bumi kepada rasulullah yaitu untuk menuntut ilmu syar’i. Hal ini sbagaimana diketahui ayat yang pertama kali surat iqra’ yang di ulang-ulang. Pengulangan ini berarti sesuatu yang penting dan wajib dituntut dan dipelajari.
Tanda-tanda kebaikan umat ini adalah Allah memberikan taufiq agar dimudahkan menuntut ilmu syar’i. Kebalikannya adalah dijauhkan kepahamannya terhadap ilmu syar’i. Siapa saja seorang muslim yang dengan mudah memahami al qur’an dan sunnah maka itu sebagai pertanda diberikan kebaikan oleh Allah ta’ala.
Rasulullah mengabarkan; orang yang sering mengajarkan ilmu meski sedikit maka akan membawa pelakunya masuk ke surga. Barangsiapa melangkahkan kakinya menuju majelis ilmu maka Allah akan mudahkan jalannya menuju syurga.
Rasulullah juga mengabarkan : pahala yang kekal untuk mengiringi manusia hingga mati sebagai warisan untuk anak, saudara, tetangga, masyarakat adlah ilmu yang bermanfaat. Bisa berupa buku, rekaman, vcd.
Ilmu syar’i adalah jalan keselamatan dan kemuliaan antara haq dan bathil.
Banyak dikalangan manusia meminta doa dari syafaat kepada rasul. Salah satunya ilmu rasulullah. Allah akan memuliakan hambanya yang memuliakan sabda rasulullah dengan cara memberikan cahayaNya kepada para penuntut ilmu syar’i. (hadist Riwayat Tirmidzi dari Ibnu Ma’us)
Pada jaman sekarang ini menuntut ilmu bukanlah perkara yang sulit. Dapat dari mana saja melalui internet, teknologi. Ini karunia Allah yang patut disyukuri. Jadi tidak ada uzur untuk tidak mempelajari ilmu syar’i.
Menuntut ilmu bukanlah penghalang untuk mencari nafkah.Cukuplah dengan meluangkan waktu, membaca al qur’an , hadist, menghafal, memaknai ayat. Ini suatu keharusan bagi setiap muslimin.
Manusia dari umat ini yang paling paham masalah agama adalah para pedagang yang yang tidak melupakan menuntut ilmu. Abdurahmman bin Auf, Umar bin Khattab, Abubakar ashiddiq, mereka adalah para pedagang yang paling tahu masalah agama setelah rasulullah.
Upaya-upaya yang ditempuh untuk menuntut ilmu adalah memulai dengan kesungguhan, tertib, berusaha menghapal qur’an baik per pekan atau 5 ayat sehari, bertanya kepada yang tahu, sehingga setelah tahu semakin alim dan semakin mendalami maknanya.
Bagi yang telah pandai, hendaknya tidak ada salahnya membacakan kepada yang tahu. Yang baru belajar jangan berputus asa, mengambil guru di masjid, dihapalkan dan disetorkan hapalan ke guru.
Setelah menghapal al qur’an berikutnya al hadist. Imulai dari hadist ar bai’in, 1 pekan 1 hadist atau 1 hari 1 hadist. Lau kitab uhmatul ahkan, baik makna dan syarahnya, bhulughul mahram, riyadush shalihin. Ini wajib dipelajari oleh para penuntut ilmu.
Setiap pekan wajib mempelajari kitab ulushul tsalasah, khasyifus syubhat, aqidah thahawiyah, kitabut tauhid. Agaribadah kita benar. Jangan menganggap remeh dan tidak penting
Tidak ada kepentingan keluar masjid atau rumah kecuali untuk menuntut ilmu syar’i. Karena ini jalan bagi manusia menuju akhirat.
Motivasi agar semangat menuntut ilmu :
1.     harus jujur untuk apa menuntut ilmu;
2.     melepaskan kemalasan dengan diganti kesungguhan;
3.     berupaya meluangkan waktu secara khusus di tengah kesibukan yang ada;
4.     memperbanyak hadir dalam majelis ilmu bersama orang yang berilmu dan mendapat ilmu bermanfaat;
5.     memperbanyak hapalan, al qur’an , hadist, bahasa arab, ilmu alat;
6.     mendatangi majelis ilmu dan bertanya.


Sumber  Kajian “Kewajiban Menuntut Ilmu Bagi muslimin” pemateri Syaikh Abu Bakar Al maki (Markaz tauhid, Makkah) di Masjid Nurul Iman Kompleks Departemen Keuangan Karang tengah

23 Oktober 2012

LARANGAN MEMBERI NAMA KHAIRUN NISA

Banyak diantara kaum muslim yang memberikan nama kepada buah hatinya dengan nama "khairun nisa". Memang sangat indah dan baik memberi nama "khairun nisa". Hal ini karena, "khairun nisa" jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi "sebaik-baik wanita". Dan setiap muslim pingin punya istri, atau punya anak, atau punya saudara wanita yang terbaik diantara wanita yang baik-baik.
Namun demikian, tanpa kita sadari yang baik menurut kita justru tidak baik secara syar'i. Mengapa demikian ? Rasulullah shalalahu 'alaihi wassalam pernah bersabda : " Ada empat khairun nisa yaitu 'Asyiyah istri Fir'aun, Maryam ibunya nabi Isa alaihi salam, Kotijah istri pertama rasulullah dan Fatimah putri rasulullah".
Nah, apabila kita memberikan nama kepada anak perempuan kita berarti kita telah menselisihi dalil diatas. Sedangkan bentuk penselisihan tersebut adalah :

  1. Yang berhak menyandang gelar khairun nisa hanyalah empat orang tersebut. Dan itu telah jelas termaktub dalam hadist rasulullah;
  2. Jika kita memberi nama anak perempuan kita dengan nama khairun nisa, berarti telah menambah jumlah orang yang berhak memakai gelar tersebut. Sampai-sampai namaatau gelar khairun nisa' akan disandang, puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan orang hingga akhir jaman.
  3. Kewajiban seorang muslim untuk senantiasa istiqomah dengan al qur'an wa sunnah ala fahmi sahabah. Suatu yang dilarang apabila seorang menselisihi Allah dan rasulNya. Wallahu a'lam bissawab.
(sumber : syarah riyadhus salihin imam an nawawi, pada bab menjaga rahasia, hadist ke 687, dengan pemateri ustadz muhtarom)

16 Oktober 2012

JALAN MENUJU KEBANGKITAN UMAT ISLAM

Pengantar

Umat Islam pada masa rasulullah telah mencapai jaman keemasan dan kejayaan. Namun, setelah rasulullah dan masa kekhalifahan khulafar ur rasyidhin berlalu, lambat laun islam  selangkah-demi selangkah mengalami kemunduran. Bahkan, seakan islam tidak lagi ditakuti oleh agama lain dan berada pada titik nadir. Harapan untuk kembali kepada kebangkitan umat islam diserukan banyak pihak. Namun sayangnya, gerakan dan cara perjuangan yang dilakukan oleh sebagian umat islam telah menyimpang jauh dari cara-cara yang dilakukan oleh rasulullah dan sahabat. Ada yang memakai gerakan politik, gerakan ekonomi, gerakan sosial, gerakan aliran, gerakan sempalan, holaqoh, kelompok radikal, hingga terorisme dengan berkedok islam. Dan hal ini justru sangat dihindari oleh rasulullah dan para sahabat.  Kini, yang menjadi pertanyaan, bagaimana agar Islam bisa bangkit menuju jaman keemasan sebagaimana yang diraih rasulullah dan para sahabat lampau?

Kondisi Umat Yang  Berada  Dalam Fitnah

Pasca meninggalnya rasulullah dan memasuki jaman kekhalifahan khulafar ur rasyidhin al mahdiyiin perpecahan dan fitnah mulai melanda umat Islam. Seiring perjalanan waktu, dimana Islam semakin jauh dari jaman rasulullah fitnah dan perpecahan semakin kental sehingga umat islam berada dalam kondisi yang makin tidak berdaya. Hal ini sebagaimana disinyalir oleh rasulullah dalam beberapa hadist berikut ini

Hadist riwayat Tsuban : Rasulullah menggambarkan  bahwa suatu masa, umat islam  sangat lemah, dikuasai oleh orang kafir. Begitu lemahnya ibarat “makanan yang lezat yang dikerumuni anjing yang lapar.” Banyak kebaikan umat yang diambil oleh orang kafir. Hal ini disebabkan umat islam terkena penyakit wahn yakni cinta dunia takut mati.

Hadist Riwayat Muadz bin Jabal : “ Sekarang engkau berada di atas petunjuk dari rabbmu sehingga menegakkan amar ma’ruf, namun ditengah-tengahnya muncul 2 penyakit yaitu jahil dan cinta dunia.”

Hadist riwayat Abdullah Ibnu Umar :”Jika kalian berjual beli dengan cara innah, bersifat taqlid, dan meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan hingga kalian kembali ke dalam jalan jihad.”

Rasulullah bersabda :”Akan muncul ditengah-tengah kalian fitnah bagaikan gelombang lautan yang bertubi-tubi dan terus menerus bak potongan malam yang gelap gulita yang menimpa manusia dan kaum muslimin.”

Dibalik Fitnah Muncul Al Bisyarah

Dalam perjalanan yang panjang, fitnah-fitnah yang menimpa umat islam meski berlangsung lama, namun tidak akan terjadi terus menerus atau selama-lamanya. Rasulullah mengabarkan kabar gembira (al bisyarah) bahwa nanti mendekati jaman berakhir maka akan muncul kembali kejayaan bagi umat islam. Kejayaan ini akan tetap terwujud meski umat nasyara dan yahudi tidak suka dan menghalang-halangi dengan segala cara. Hal ini diterangkan  dalam al qur’an surat annur : 55 : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

Rasulullah bersabda : "Telah terjadi di tengah-tengah kalian nubuwah (kekalifahan) selama 30 tahun. Sabda tersebut telah terbukti pada masa lampau dan diatas masa kekhalifan tersebut umat Islam mencapai kejayaan hingga ke negeri sepanyol dan negeri eropa lainnya.

Rasulullah bersabda: "Dunia dalam genggamanku, umatku berada dalam kerajaan yang ada dalam genggamanku". Hadist mulia ini bukan hanya kabar gembira, melainkan bukti nyata dimana saat rasulullah berkuasa banyak kerajaan yang ditaklukkan, sehingga ghanimmah melimpah dan kekuasaan dunia diraihnya bersama para sahabat. Bahkan pada saat fathul Mekah, ini suatu prestasi yang luar biasa yang diakui oleh dunia pada masa itu karena dengan 10 ribu bala tentara yang dimiliki umat muslim bisa menaklukkan 100 ribu tentara quraish di Mekkah. Hal ini karena doa rasulullah yang oleh Allah kabulkan, yang arti doa tersebut adalah Ya Allah, berikean kekuatan tentara kami dan kami mampu masuk ke Mekah tanpa di ketahui tentara kaum quraish.

Rasulullah bersabda :" Tidak akan terjadi kiamat hingga kamu semua membunuh semua Yahudi.  Pada Hadist yang lain, Rasulullah bersabda: Tidak ada qiyamat hingga sejengkal tanah hingga manusia masuk islam, maka berbahagialah orang yang masuk islam dan celakalah orang yang tidak masuk islam.

Solusi menyonsong Kebangkitan Islam.

Allah telah jadikan suatu sebab, sehingga kewajiban manusia untuk menempuhnya.  Termasuk dalam hal menyongsong kebangkitan umat ini Allah telah turunkan sebab-sebabnya, sehingga kewajiban muslimin adalah menempuh sebab-sebab tersebut dengan cara yang disampaikan oleh rasulullah. Karena hanya dengan cara dan metode yang rasulullah tempuh, maka kejayaan Islam akan tercapai. Tapi sebaliknya, jika cara dan metode yang ditempuh menyalahi apa yang rasul perintahkan maka kebangkitan Islam akan jauh panggang dari pada api. Patut kita renungkan bahwa perjuangan seluruh nabi dan rasul adalah menegakkan tauhid dan menjauhkan kesyirikan. Dengan ketauhidan kepada Allah tegak, maka kejayaan dunia akan diperolehnya. Dan kesalahan yang muncul ditengah-tengah umat islam adalah, berupaya menegakkan islam dengan cara meraih kekuasaan dengan meninggalkan perjuangan menegakkan ketauhidan. Maka, tidak ayal, perjuangan tersebut tidak menemui keberhasilan, bahkan semakin menjauhkan dari kebangkitan Islam. Perpecahan umat muslim semakin merata di semua lini kehidupan akibat  mengutamakan kelompok, menomor satukan golongan, dan menomorsatukan pendapat ketua golongannya meski berseberangan dengan firman Allah dan sabda rasulullah. Jadi bagaimana jalan untuk menempuh kedatangan kebangkitan Islam tersebut ? Beberapa solusi adalah :


  1. Al  Ilmu : Allah telah tetapkan yang di tinggikan derajatnya adalah orang berilmu. Sehingga orang yang ditakuti oleh orang kafir adalah orang yang berilmu. Imam Malik berkata : Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebaliknya, sumber segala petaka manusia adalah kebodohan atau kejahilan. Rasulullah bersabda :”Umat islam akan mulia dengan kilatan pedangnya kecuali belum muncul diantara kalian yaitu penyakit jahil dan cinta dunia. Ini laksana umat islam ditempeleng oleh setan”
  2. At Tasfiyah : Menata kembali umat dan membersihkan agamanya dari kesyirikan dan bid'ah,  serta pemikirannya dari syubhat yang bukan dari islam dan bukan dari sunnah rasul. Karena memang sekarang ini islam jadi terkotak-kotak dan terpecah belah akibat banyaknya bid'ah dan syubhat yang ditebarkan oleh orang-orang islam sendiri yang tidak lagi merujuk pemahaman agamanya kepada al qur'an wa sunnah sebagaimana dipahami oleh sahabat. Fitnah ini telah turun menurun dinikmati oleh umat islam ini sehingga tatkala ada yang berusaha untuk mengembalikan islam sesuai al qur'an dan sunnah sesuai pemahaman sahabat dianggap ajaran aneh dan sesat. Padahal rasulullah menegaskan bahwa Allah memuliakan orang-orang yang membersihkan jiwa dan keaslian agamanya dari pengaruh fitnah syubhat dan syahwat, ini dari satu sisi.  Dan pada sisi lain, sumber kerusakan/fitnah adalah manusia menselisihi sunnah rasul. Rasulullah menjelaskan : jika jual beli dengan riba, ghuluw pada dunia, meninggalkan jihad, terjerumus dalam penyimpangan maka akan terhinakan. Tasfiyah adalah memurnikan umat dari berbagai  bid’ah. Ini adalah ushul kedua dalam agama setelah  syirik. Setiap perkara yang menyimpang dari sunnah maka umat akan terpuruk dan mengundang azab Allah. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Abdullah bin Umar : Bagaimana kamu apabila dilanda lima perkara?Kalau aku(RASULULLAH SALLALLAHU ALAIHI WASALLAM),aku berlindung kepada ALLAH agar tidak menimpamu atau kamu mengalaminya 1).Jika perbuatan mesum dlm suatu kaum sudah dilakukan terang-terangan maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit  yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. 2) Jika suatu kaum menolak mengeluarkan zakat maka ALLAH akan menghentikan turunnya hujan. Kalau bukan karena binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali. 3). Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan maka ALLAH akan menimpakan paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan kezaliman penguasa. 4). Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yangg bukan dari ALLAH maka ALLAH akan menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka. 5). Jika mereka menyia-nyiakan KITABULLAH dan SUNNAH NABI maka ALLAH menjadikan permusuhan diantara mereka. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
  3. At Tarbiyah : tidak terjadi kesempurnaan tasfiyah kecuali dengan tarbiyah. Tarbiyah meliputi :Tarbiyah iman, tarbiyah ibadah, tarbiyah muamalah, dan tarbiyah akhlakiyah. Tarbiyah iman adalah mendidik umat islam secara benar mengenai aqidah, ketauhidan, kesyirikan, manhaj dalam beragama yang selama ini telah terabaikan. Bagimana tentang tauhid uluhiyah, rububiyah asma wa sifat, tentang mengenal Allah dan nabiNya, tentang mengenal dienullah (ulushul tsalasah). Sedang tarbiyah muamalah adalah bagaimana tentang bermasyarakat sesuai sunnah, berhubungan dengan pemerintah, berdagang yang jauh dari riba dsb. Sementara tarbiyah akhlaqiyah menyangkut birul walidain, menjaga silaturahmi, berakhalak kepada lingkungan, berakhlak kepada tumbuhan dan hewan, dsb yang sesuai sunnah rasul. karena tidak dipungkiri ada sekelompok umat muslim yang menisbatkan diri berakhlak al qur'an dan sunnah tapi jauh dari pemahaman sahabat sehingga tidak mencerminkan islam yang sesungguhnya.
  4. Al Islah : sebagai penopang kebangkitan islam yaitu amar ma’ruf. Banyak ayat Al qur'an yang menegaskan perlunya amar ma'ruf ini baik secara lisan, perbuatan, maupun dengan hati sesuai kemampuannya. Tapi sayangnya, kecenderungan umat ini justru menjauh dari amar ma'ruf dan terjebak kedalam tasyabuh dan mengekor cara-cara umat non islam. Dan sayangnya lagi, ada yang hanya berbekal semangat yang tinggi tanpa di dasari ilmu yang kuat mereka menerjemahkan amar ma'ruf dengan melakukan teror dan pengemboman dimana mana. Dan ini dalah cara yang salah dan menyimpang dari ajaran rasulullah.
  5. Al jihad: Jihad adalah salah satu jalan untuk menegakkan islam. Tentu jihad disini harus yang syar'i. Artinya dari sisi niat, cara dan tujuannya. Jihad menurut syaikh Utsaimin dijelaskan untuk saat ini jihad menuntut ilmu menjadi hal yang terpenting karena saat ini umat lagi dilanda banyak kejahilan masalah ilmu sehingga amalanpun tidak sesuai kaidah islam lagi. Hadist mutawatir : senantiasa diantara umatku yang senantiasa berjuang dalam kebenaran di jalan Allah.


Sumber : kajian bertema : Taskiyah wa Tasfiyah menyonsong kebangkitan umat islam oleh ustadz abu qotadah di Masjid Nurul Iman Kompleks Dep Keu Karang Tengah

14 Oktober 2012

DEBAT ADALAH KEBODOHAN ORANG YANG BERILMU



Oleh : Agus Hasan Bashori, Lc., M.ag. Hafizhahullah
1. Nabi Sulaiman ‘alaihissalam
Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berkata kepada putranya:
“Tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” [Ad-Darimi: 309, al Baihaqi, Syu’abul Iman: 1897]
2. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Cukuplah engkau sebagai orang zhalim bila engkau selalu mendebat. Dan cukuplah dosamu jika kamu selalu menentang, dan cukuplah dosamu bila kamu selalu berbicara dengan selain  dzikir kepada Allah.” [al-Fakihi dalam Akhbar Makkah]
Sementara ad-Darimi meriwayatkan bahwa Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Engkau tidak menjadi alim sehingga engkau belajar, dan engkau tidak disebut mengerti ilmu sampai engkau mengamalkannya. Cukuplah dosamu bila kamu selalu mendebat, dan cukuplah dosamu bila kamu selalu menentang. Cukuplah dustamu bila kamu selalu berbicara bukan dalam dzikir tentang Allah.” [Darimi: 299]
3. Muslim Ibn Yasar rahimahullah
Musim ibn Yasar rahimahullah berkata:
“Jauhilah perdebatan, karena ia adalah saat bodohnya seorang alim, di dalamnya setan menginginkan ketergelincirannya.” [Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra; Darimi: 404]
4. Hasan Bashri rahimahullah
Ada orang datang kepada Hasan Bashri rahimahullah lalu berkata, “Wahai Abu Sa’id kemarilah, agar aku bisa mendebatmu dalam agama!” Maka Hasan Bashri rahimahullah berkata:
“Adapun aku maka aku telah memahami agamaku, jika engkau telah menyesatkan (menyia-nyiakan) agamamu maka carilah.” [Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra: 588]
5. Umar ibn Abdul Aziz rahimahullah
Umar ibn Abdul Aziz rahimahullah berkata:
“Barangsiapa menjadikan agamanya sebagai sasaran untuk perdebatan maka ia akan banyak berpindah-pindah (agama).” [Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra: 565]
6. Abdul Karim al-Jazari rahimahulah
Abdul Karim al-Jazari rahimahulah berkata:
“Seorang yang wira’i tidak akan pernah mendebat sama sekali.” [Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra: 636; Baihaqi dalam Syu’ab: 8249]
Wira’i artinya orang yang sangat menjaga diri dari hal-hal yang syubhat dan membatasi diri dari yang mubah.
7. Ja’far ibn Muhammad rahimahullah
Ja’far ibn Muhammad rahimahullah berkata:
“Jauhilah oleh kalian pertengkaran dalam agama, karena ia menyibukkan (mengacaukan) hati dan mewariskan kemunafikan.” [Baihaqi dalam Syu’ab: 8249]
8. Mu’awwiyah ibn Qurrah rahimahullah
Mu’awwiyah ibn Qurrah rahimahullah berkata:
“Dulu dikatakan: pertikaian dalam agama itu melebur amal.” [Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra: 562]
9. al Auza’i rahimahullah
al Auza’i rahimahullah berkata:
“Jika Allah menghendaki keburukan pada suatu kaum maka Allah menetapkan jidal pada diri mereka dan menghalangi mereka dari amal.” [Siyar al-A’lam 16/104; Tadzkiratul Huffazh: 3/924; Tarikh Dimsyq: 35/202]
10. Imran al-Qashir rahimahullah
Imran al-Qashir rahimahullah berkata:
“Jauhi oleh kalian perdebatan dan permusuhan, jauhi oleh kalian orang-orang yang mengatakan: Bagaimana menurutmu, bagaimana pendapatmu.” [Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra: 639]
11. Muhammad ibn Ali ibn Husain rahimahullah
Muhammad ibn Ali ibn Husain rahimahullah berkata:
“Pertikaian itu menghapuskan agama dan menumbuhkan permusuhan di hati orang-orang.” [al-Adab al-Syar’iyyah: 1/23]
12. Abdullah ibn Hasan ibn Husain rahimahullah
Abdullah ibn Hasan ibn Husain rahimahullah berkata:
Dikatakan kepada Abdullah ibn al Hasan ibn al Husain rahjmahullah, “Apa pendapatmu  tentang perdebatan (mira’)?” Dia menjawab:
“Merusak persahabatan yang lama dan mengurai ikatan yang kuat. Minimal ia akan menjadi sarana untuk menang-menangan itu adalah sebab pemutus talit silaturrahim yang paling kuat.” [Tarikh Dimasyq: 27-380]
13. Bilal ibn Sa’d rahimahullah (kedudukannya di Syam sama dengan Hasan Bashri di Bashrah)
Bilal ibn Sa’d rahimahullah berkata:
“Jika kamu melihat seseorang terus-terusan menentang dan mendebat maka sempurnalah kerugiannya.” [al-Adab al-Syar’iyyah: 1/23]
14. Wahab ibnu Munabbih rahimahullah
Wahab ibnu Munabbih rahimahullah berkata:
“Tinggalkanlah jidal dari perkaramu, karena ia tidak akan dapat mengalahkan salah satu dari dua orang: seseorang yang lebih alim darimu, bagaimana engkau memusuhi dan mendebat orang yang lebih alim darimu? Dan orang yang engkau lebih alim daripadanya, bagaimana engkau memusuhi orang yang engkau lebih alim daripadanya dan ia tidak mentaatimu? Maka tinggalkanlah itu.” [Tahdzibul Kamal: 31/148; Siyarul A’lam: 4/549; Tarikh Dimasyq: 63/388]
15. Malik ibnu Anas rahimahullah
Ma’n rahimahullah berkata: “Pada suatu hari Imam Malik ibn Anas berangkat ke masjid sambil berpegangan pada tangan saya, lalu beliau dikejar oleh seseorang yang dipanggil dengan Abu al-Juwairah yang dituduh memiliki Aqidah Murji’ah. dia berkata: “Wahai Abu Abdillah dengarkanlah dariku sesuatu yang ingin saya kabarkan kepada anda, saya ingin mendebat anda dan memberi tahu anda tentang pendapatku.’ Imam Malik berkata, “Hati-hati, jangan sampai aku bersaksi atasmu.” Dia berkata, “Demi Allah, saya tidak menginginkan kecuali kebenaran. Dengarlah, jika memang benar maka ucapkan.” Imam Malik bertanya, “Jika engkau mengalahkan aku?” Dia menjawab, “Maka ikutlah aku!” Imam Malik bertanya lagi, “Kalau aku mengalahkanmu?” Dia menjawab, “Aku mengikutimu?” Imam Malik bertanya, “Jika datang orang ketiga lalu kita ajak bicara dan kita dikalahkannya?” Dia berkata, “Ya kita ikuti dia.”
Imam Malik rahimahullah berkata:
“Hai Abdullah, Allah azza wa jalla telah mengutus Muhammad dengan satu agama, aku lihat engkau banyak berpindah-pindah (agama), padahal Umar ibnu Abdil Aziz telah berkata, “Barangsiapa menjadikan agamanya sebagai sasaran untuk perdebatan maka dia akan banyak berpindah-pindah.”
Imam Malik rahimahullah berkata:
”Jidal dalam agama itu bukan apa-apa (tidak ada nilainya sama sekali).”
Imam Malik rahimahullah berkata:
“Percekcokan dan perdebatan dalam ilmu itu menghilangkan cahaya ilmu dari hari seorang hamba.”
Imam Malik rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya jidal itu mengeraskan hati dan menimbulkan kebencian.”
Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang seseorang yang memiliki ilmu sunnah, apakah ia boleh berdebat membela sunnah? Dia menjawab,”Tidak, tetapi cukup memberitahukan tentang sunnah.” (Tartibul Madarik wa Taqribul Masalik, Qadhi Iyadh: 1/51; Siyarul A’lam: 8/106; al-Ajjurri dalam al-Syari’ah, hal.62-65)
16. Muhammad ibn Idris as-Syafi’I rahimahullah
Imam as-Syafi’I rahimahullah berkata:
“Percekcokan dalam agama itu mengeraskan hati dan menanamkan kedengkian yang sangat.” [Thobaqat Syafiiyyah 1/7, Siyar, 10/28]
17. Ahmad bin Hambal rahimahullah
Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya oleh seseorang, “Saya ada di sebuah majelis lalu disebutlah didalamnya sunnah yang tidak diketahui kecuali oleh saya, apakah saya mengatakan?”
Dia menjawab:“Beritakanlah sunnah itu, dan janganlah mendebat karenanya!”
Orang itu mengulangi pertanyaannya, maka Imam Ahmad rahimahullah berkata:
“Aku tidak melihatmu kecuali seorang yang mendebat.” [al-Adab as-Syar’iyyah: 1/358, dalam bab menyebar sunnah dengan  ucapan dan perbuatan tanpa perdebatan dan kekerasan; al-Bashirah fid-Da’wah Ilallah: 57]
18. Shafwan ibn Muhammad al-Mazini rahimahullah
Saat Shafwan rahimahullah melihat para pemuda berdebat di Masjid Jami’ maka ia mengibaskan tangannya sambil berkata:
“Kalian adalah jarab, kalian adalah jarab (sejenis penyakit kulit).” [Ibnu Battah: 597]
Dahulu dikatakan:
“Janganlah engkau mendebat orang yang santun dan orang yang bodoh; orang yang santun mengalahkanmu, sedang orang yang bodoh menyakitimu.” [Al-Adab al-Syar’iyyah: 1/23]
“Ya Allah jauhkanlah kami dari jidal, dan anugerahkan pada kami istiqomah. Janganlah Engkau simpangkan hati kami setelah engkau memberi hidayah pada kami.”
Sumber: 1.Diketik ulang dari Majalah Qiblati Edisi 03 Tahun IV (12-1429/12-2008) hal.16-20
                 2. Al Qiyamah.wordpress.com