26 November 2012

QOWAID ILMU (1)

 

·         NIAT
Niat terdiri dari 2 jenis :
1.      Niatul  ‘amal : yaitu niat beramal ditujukan untuk siapa dan alasan beramal harus benar. Artinya seseorang yang salah dalam niat seperti beramal untuk tujuan kepada manusia disamakan tujuan kepada Allah atau lebih parahnya lagi bermal kepada Allah berada dibawah tujuan untuk makhluknya. Hal ini berarti telah membuat persekutuan terhadap Allah Ta’ala sehingga pelakunya terkana penyakit syirik. Ada ungkapan yang sangat indah : tidaklah ada manusia dalam beramal dengan niat riya’ kecuali pada dirinya juga ada harapan mendapat ridha Allah. Hal ini menegaskan bahwa kita boleh senang  melakukan amal-amal saleh, tapi asal tujuan utamanya bukan untuk mendapat pujian manusia. Kalau tujuan untuk mendapat pujian manusia adalah riya’ dan ini merupakan bentuk keyirikan. Dengan demikian, manusia dilarang beribadah dengan niatan mencari keikhlasan kepada manusia lain. Sementara itu apabila seseorang yang beramal karena pengaruh ajakan oleh orang lain, maka serta-merta tidak dapat dikatakan mereka beramal tidak ikhlash.
Qaidah : membatalkan amal saleh karena alasan takut riya adalah tidak boleh.
2.       Niatul Ma’mum : yaitu niat yang membedakan amalan satu dengan amalan lain. Hal ini sebagaimana tertera dalam hadist yang cukup mashur yakni tentang niat. Disana ada dua hal : inna a’malu bin niat (sesungguhnya amalan tergantung niatnya)/ ini yang membedakan adat kebiasaan masyarakat dengan ibadah  dan li ‘ulli amrin mannawa (sesuatu akan diperoleh sesuai yang di niatkan)/ ini yang membedakan amal satu dengan amal yang lain. Jadi sangat jelas, bahwa niatul ma’mum  adalah pembeda antara niat shalat satu dengan niat shalat lain ( tahiyal masjid vs qabliyah) puasa satu dengan puasa lain ( senin kamis vs membayar hutang),  memotong hewan ( qurban vs aqiqah), membayar (nadzar vs hutang).
Qaidah : Ada sesuatu yang dianggap sah meski tanpa disertai niat, atau tanpa niat boleh tapi tidak ada pahala baginya. 
Sebagai contohnya adalah : menghilangkan najis dan membayar hutang. Orang yang pakaiannya  kena najis lalu orang yang bersangkutan menaruhnya di jemuran dan hujan deras turun sehingga mengenai pakaian tersebut dan akhirnya pakaian itu kering kembali maka pakaian itu dipakai untuk shalat, maka shalatnya sah. Hal ini selaras dengan hadist rasul tentang orang arab badui yang kencing di masjid, maka rasulullah menyuruh membasahi dan mengeringkannya tanpa harus pakai pembesih atau pewangi.
Demikian, seseorang yang berhutang kepada orang lain.  Ini berbeda dengan menghilangkan hadats. Menghilangkan hadats besar harus niat mandi junub, sedang menghilangkan hadats kecil dengan wudhu. Saat sebelum ketemu belum ada niat membayar hutang, tapi setelah ketemu langsung memberikan uang sebagai pelunasan hutangnya, maka hal ini sah, bahwa utangnya lunas.
·         AGAMA DIBANGUN DIATAS KEMASHLATAHAN, TIDAK ADA YANG MENGANDUNG MUDHARAT
Hal ini yang wajib di yakini oleh setiap muslim baik itu masuk akal atau malah bertentangan dengan aqal, menyenangkan hati atau tidak menyenangkan hati. Para sahabat adalah orang-orang yang lebih mendahulukan keimanan terhadap sabda rasulullah daripada percaya kepada mu’yiyat rasulullah. Sebaliknya, kaum bani israil-yang dikutuk Allah- adalah manusia-manusia yang lebih percaya pada mu’jiyat daripada beriman kepada nabi Musa ‘alaihi salam. Lihat, bagaimana bani israel dahulu mempercayai dan mau menjadi pengikut nabi musa setelah mereka melihat tongkat nabi Musa ‘alaihi salam menjadi ular yang memakan ular-ular tukang sihir.
Qaidah : menjalankan ketaan pasti akan mendatangkan kemaslahatan. Mustahil Allah menyuruh   manusia melakukan perkara-perkara yang sia-sia. 
Jika manusia tidak mengetahui artinya Allah tidak menunjukkan kemashlatan terhadap yang tidak diketahui manusia itu.
·         SODAQOH
Berbeda dengan ilmu ekonomi duniwaiyah yang mengatakan bahwa setiap sesuatu yang dikeluarkan atau dibayarkan kepada pihak/orang lain, maka harta itu secara fisik dan riil berkurang. Namun, secara hakiki, maka harat yang disedekahkan kepada orang lain yang membutuhkan, maka Allah Ta’ala akan lipatkan hingga 700 kali lipat, bahkan sampai jumlah yang tidak terhingga jumlahnya.
Qaidah : Barangsiapa mensedekahkan harta, maka harta itu tidak berkurang sedikitpun. Barangsiapa membuka celah-celah pintu meminta-minta, maka dia telah membuka pintu ke fakiran.

·         SESUATU YANG MENDATANGKAN KEMASLAHATAN LEBIH DIUTAMAKAN DAN YANG MENGANDUNG KEMUDHARATAN HARUS DI HINDARI.
Qaidah : Menghindari sesuatu yang mengandung dosa lebih diutamakan daripada mencari pahala.
Seseorang yang melakukan suatu amalan pasti mempunyai tujuan maka :
1.       Menggugurkan kewajiban. Seperti seseorang yang bangun tidur jam 8 pagi, maka kewajiban dia adalah melaksanakan shalat subuh  2 rakaat untuk menggugurkan kewajiban, meski sudah termasuk shalat diluar waktu;
2.        Mencari pahala dari Allah Ta’ala. Ini bisa didapat atau tidak, karena ini murni hak prerogratif Allah untuk menerima atau menolak amalan hambaya. Bahkan dalam suatu saat nabi Ibrahim merengek kepada Allah agar doanya dikabulkan.

·         DALAM BERAMAL ADA DOSA DAN ADA PAHALA.
Ada seseorang muslim yang melakukan da’wah kepada seorang muslimah mengenai pentingnya jilbab, lebih baik ditinggalkan da’wah tersebut apabila harus dilakukan secara berdua-duaan, mengotori hati terkena zina, dll. Padahal semua orang tahu bahwa berdakwah mengenai jilbab akan mendatangkan kemuliaan yang luar biasa baik bagi yang didakwahi maupun yang mendakwahi bila diamalkan oleh yang didakwahi. Namun karena mudharat yang mungkin datang lebih berbahaya, maka meninggalkan jauh lebih mulia dan meyelamatkan.
Qaidah : Meninggalkan dosa lebih utama daripada mencari pahala.
Qaidah ini adalah qaidah yang luar biasa agung dan mulia. Masuk kedalam qaidah ini seluruh ajaran islam. Manfaat ajaran islam adalah demi urusan dunia dan akhirat, sehingga islam dikenal sebagai agama dunia dan akhirat. Ajaran islam menolak segala perkara yang mengandung kemudharatan bagi dunia dan akhirat. Ibnu Abbas berkata : Islam mengajarkan ilmu waris, ekonomi siyasah dll. Hal ini telah mencengkan para pendeta-pendeta kala itu karena di kitab-kitab mereka tidak ada yang mengatur masalah ini. Tidak ada agama di dunia yang paling peduli urusan dunia dan akhirat kecuali agama Islam. Beliau mencontohkan dalam perkara jual beli terhadap hasil pertanian : hajaru : dilarang menjual buah dalam kondisi belum matang.
Apapun yang diperintahkan Allah pasti mendatangkan kemashlatan yang tidak mampu disifati. Sementara apapun yang dilarang Allah Ta’ala pasti mengandung bahaya yang manusia tidak mengetahui. Perintah Allah terbesar yangmengandung manfaat terbesar adalah ketauhidan. Sedang yang mengandung kerusakan terbesar adalah kesyirikan. Selanjutnya masalah, shalat, wudhu, zakat, akhlak mulia dll, Oleh karena itu, ekonomi, siyasah tidak terlepas diri dengan tauhid yaitu mengiklashkan diri kepada Allah dalam beribadah.
·         SETIAP MENJAGA PERGAULAN, MAKA AKAN ALLAH BESARKAN SYAHWATNYA.
Qaidah : semakin manusia menjaga pergaulan dan dekat dengan Allah ta’ala maka Allah akan memberikan syahwat yang besar. Sedangkan orang yang semakin ahlli melakukan kemaksiyatan maka kasih sayang dan cintanya kepada keluarga makin berkurang.
Fakta menjelaskan kehidupan manusia yang jauh dari ajaran dan nilai islam, keluarnga yang dibinanya berantakan. Mereka lebih suka melakukan perselingkuhan, perzinahan, lesbian dan lain-lain sehingga kemesraan yang ada di rumah hanyalah sisa-sisa yang ditebarkan di luar rumah tanggamya.
Setiap syahwat adalah mewariskan kekotoran hati yang menyebabkan berat untuk melakukan perbuatan-perbuatan ketaatan kepada Allah ta’ala. Padahal untuk melakukan kegiatan yang melanggar perintah Allah dia merasa enteng tapi untuk shalat, puasa, sodaqoh terasa amat berat. Sebaliknya jika syubhat dan syahwat  hilang maka ia akan tumbuh keyakinan akan pentingnya menjalani ketaatan. Keyakinan ini hanya muncul karena ilmu dan iman yang sempurna yang akhirnya menumbuhkan amal shalih yakni amal-amalan yang Allah perintahkan. Setiap kali ilmu seseorang bertambah maka keyakinan akan bertambah. Suat hal yang harus dihindari seorang muslim adalah mencari ilmu tapi justru mengurangi atau bahkan menghilangkan keyakinan, yakni mempelajari ilmu filsafat. Imam Syafii berkata : seseorang yang pagi hari belajar filsafat, maka di siang harinya dia akan menjadi bodoh.”
Tidaklah sempurna keimanan seorang hamba kecuali dalam dirinya ada 2 perkara yakni keyakinan dan kesabaran. Dan pemimpin yang adil adalah yang tercamtum dalam al Qur’an surat as Sajjadah : “aku jadikan pemimpin-pemimpin yang jujur, ketika mereka sabar dan yakin dengan ayat-ayat  kami (maksudnya rakyat)”. Keadaan pemimpin adalah bagaimana keadaan rakyatnya. Jika rakyatnya yakin dan sabar terhadap janji Allah, maka Allah akan munculkan pemimpin yang adil. Pemimpin-pemimpin Bani Israel yang sempurna yang diturunkan kepada manusia adalah: Musa, Isa dan Yahya.
Keyakinan manusia adalah bertingkat-tingkat.
Ahlul sunnah wal jamaah mengakaui bahwa  tingkat iman itu berbeda-beda. Ini sangat bertentangan dengan kaum jahmiyah yang mengatakan seseorang adalah sama. Baik Rasulullah, Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, Malaikat Jibril, dan manusia awam yang melakukan kemaksiyatan dan lainnya keimanannya adalah sama.
Keyakinan teridiri dari 3 tingkatan yakni :
1.   Ilmu yakin : yakin secara ilmu,
2.   ‘Ainul yakin : yakin karena mata/melihat
3.   Haqul yakin : yakin karena dia mengalaminya.
Ilmu ibarat pohon yang menghasilkan bunga berupa ucapan yang bagus dan buah berupa amalan yang shalih.
·         MAHTUN (BIASA) DIKALAHKAN DENGAN MAUTU’(SESUATU YANG JELAS).
Dalam perkara ini sangat masyhur dalam kaidah fikih muamalah. Misalnya tentang hadist rasulullah yang mengatakan : jangan memakan riba yang berlipat-lipat( hadist 1). Rasulullah bersabda : Allah menghalalkan perdagangan, dan melarang makan riba. (hadist 2). Hadist 1 adalah mahtun, sedang hadist 2 adalah mautu’.. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa; makan riba seberapa kecilnya dan sifatnya tidak berlipat-lipat tetap saja hukumnya haram.
·          ILMU TIDAK MENGENAL KEJUMUDAN.
Ilmu dari waktu ke waktu akan terus tumbuh dan bertambah. Sangat terkenal uvcapan Iman Ahmad : “mungkin suatu waktu aku akan meralat ucapanku “, “Dan engkau akan mengikuti orang-orang yang diberi petunjuk”.  Namun demikian, dalam agama tidak ada penemuan baru melain adnya temuan baru. Ulama-ulama dahulunya tidak menemukan tentang doa kutbatul hajjah yang pernah dilakukan rasulullah, namun  Syaikh Nashiruddin al Bani menemukan hal itu.
·          ADA BANYAK KEMASLAHATAN DAN WAKTU TERBATAS.
Qaidah : Apabila ada 2 perkara yang mengandung kemaslahatan yang banyak, namun waktu untuk melakukannya sangat sempit maka yang harus dilakukan adalah mengambil yang tertinggi kebaikannya. Atau jika yang satu amalan wajib dan yang satu sunnah maka ambil yang wajib.
  1. Seorang ibu datang dari kampung, terus ada kajian. Maka yang didahulukan adalah melayani orang tua, bukan mendatangi kajian. Melayani orang tua lebih banyak kebaikannya daripada menunutut ilmu, karena menuntut ilmu bisa lain waktu dan bisa menanyakan kepada teman yang hadir. Sedang melayani orang tua adalah keajiban yang sangat utama setelah ketauhidan sekaligus buah dari menuntut ilmu alias amal shalih yakni birrul walidain. Sampai-sampai ibnu al Bagdadhi berkata :” aku tidak mau meninggalkan kota ini karena masih ad orang tua”. Uwais al Qorni  adalah sebaik-baik tabiin –karena amalanya melebihi separuh manusia yang hidup di muka bumi- karena berbakti kepada orang tua.
  2. Seorang yang haji ingin mencium hajar aswad hukumnya adalah sunnah. Sementara, menghindari berdesakan sehingga  menyakiti muslim lain dan menghindari bersentuhan dengan lain jenis adalah wajib hukumnya, maka yang harus dilakukan tidak mencium hajar aswad dan cukuplah memberi syarat dengan tangannya.
  3. Iqomah telah dikumandangkan, posisi shalat sunnah baru satu rakaat, maka yang harus dilakukan menghentikan shalat sunnah dan mengikuti takbiratul ihram bersama imam.
  4. Antara Puasa 6 hari syawal dengan Membayar hutang puasa bulan ramadhan. Didahulukan membayar hutang, karena membayar hutang hukumnya wajib.
Qaidah : Apabila ada 2 perkara yang sama-sama wajib, waktu yang ada sangat sempit, maka didahulukan yang nilainya lebih tinggi. 
Untuk mengetahui hal ini diperlukan ilmu dan tidak dapat diketahui oleh orang yang tidak berilmu.
Misal : amalan-amalan antara malam jum’at dengan amalan bukan malam jum’at,  shlat wajib di dahulukan daripada shalat nadzr, anatar puasa  dzulhijjah dengan jihad., memberikan nafkah untuk istri lebih didahulukan daripada menafkahi anak yatim, dan kerabat.
Qaidah : Apabila ada 2 perkara yang sama-sama sunnah, waktu yang ada sangat sempit, maka didahulukan yang nilainya lebih atau manfaatnya tinggi.
Misal :  Menjenguk orang sakit , maka Allah janjikan masuk ke taman syurga dengan buah yang telah matang dan tinggal memetik; Takziyah : mengingat kematian, mencegah maksiyat, dan mendapat pahala sebesar 2 qirrat; memerdekan budak : dipilih yang paling mahal harganya.
Qaidah : Amalan yang kecil tapi nilainya sangat besar. 
Mengobrol dengan orang alim dengan shalat sunnah. Padahal imam-iman besar banyak meninggalkan shalat ba’diyah karena kedatangan orang alim. Tentu kedatangan orang alim ini akan banyak manfaatnya dan memberikan banyak ilmu.
Sumber : Kitab Qaidah ‘Ilmu Karya : Imam Sa’ady, Disampaikan Oleh Ustadz Muhtarom Dalam Kajian  Menjelang buka di Masjid Assunnah Bintaro

19 November 2012

KERENTANAN BENCANA: PENDEKATAN YANG SALAH ALAMAT


Pada awal bulan November, tepatnya tanggal 1 – 5 November 2012 lalu di sebuah hotel di bilangan Pacenongan  Jakarta Pusat diselenggarakan 3rd Climate Change Repport 2012. Suatu acara rutin tahunan yang pada tahun ini memasuki putaran ketiga yang diselanggarakan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). Berbagai acara dari diskusi, pameran hingga presentasi hasil-hasil kegiatan tentang perubahan iklim dan kebencanaan di gelar di sana. Pesertanyapun berasal dari perseorangan, LSM, pemerintah, donatur yang peduli lingkungan hingga pelaku dunia usaha.
Kebetulan Direktur kami mendapat undangan pada sesi  dialog dan presentasi “Penilaian Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim” yang diselenggarakan pada tanggal 5 November 2012. Karena ada acara yang lain, maka Direktur kami mendesposisi penulis untuk mewakili dan menghadiri acara tersebut.  Banyak perwakilan LSM, dunia usaha, pemerintah, dunia kampus yang datang di forum itu. Acara kali ini menampilkan 3 pemaparan yang berbeda. Pemapar pertama adalah tim yang terdiri dari konsultan lingkungan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Bappenas yang menampilkan hasil-hasil kajian tentang kerentanan bencana yang ada di Indonesia. Parameter-parameter fisik, infrasetruktur, ekonomi hingga sosial budaya digunakan dalam pendekatan dampak bencana dan kerentannya. Produk dari tim ini adalah peta kerentanan bencana yang ada di seluruh Indonesia. Peta ini berisi informasi mengenagai daerah-daerah yang rentan bencana seperti bencana gunung api, tanah longsor, banjir, hingga bencana akibat perubahan iklim. Namun, sayangnya peta kerentanan ini banyak ditolak oleh pemda kabupaten/kota beserta DPRDnya karena dinggap kualitas data dan pemetaannya tidak mencerminkan daerah yang bersangkutan. Meski demikian ada beberapa kabupaten/kota yang tidak  keberatan dan merasa sangat mebutuhkan data dan peta ini.
Pemapar kedua dari kalangan akademisi dan birokrasi yakni dari Kantor Menteri Lingkungan Hidup. Dalam pemaparan kedua ini cukup menarik. Hal ini karena tim ini telah lebih dari 25 tahun bergelut dengan masalah bencana dan lingkungan hidup, tetapi justru makin lama makin tidak paham tentang konsep-konsep penilaian terhadap kerentanan bencana. Menurutnya, bencana yang ada sekarang lebih intensif dan banyak ragamnya sehingga paramater-parameter yang dipakai menjadi tidak akurat dan tepat. Termasuk cara dan parameter untuk menilai kerentanan bencana di suatu daerah. Hal ini, mengingatkan peristiwa bencana yang terjadi di Yogyakarta beberapa tahun silam. Kala itu semua pakar bencana, lembaga yang peduli bencana, LSM, kelompok masyarakat asyik menyiapkan diri menghadapi kerentanan bencana Gunung Merapi di wilayah utara Yogyakarta, tapi ternyata bencana yang sangat dahsyat terjadi di wilayah selatan kota Yogyakarta. Korban jiwa, harta, rumah dan sebagainya sangat banyak.
Pemapar ketiga adalah salah satu pakar bencana Jepang yang berbicara mengenai bencana di Jepang dan di Indonesia. Beliau membandingkan jenis-jenis bencana yang ada di Jepang dan di Indonesia yang beda. Bahkan secara khusus, pakar dari Jepang ini melihat pengaruh pertanian terhadap gempa di suatu daerah di Bali.Ada perubahan fisik dan kimia tanah, perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian, penutupan saluran irigasi akan mempunyai pengaruh terhadap kerentanan bencana. Wallahu a’lam penilitian ini benar atau salah.
Ada satu hal yang menarik yang dapat ditarik benang merah dari ketiga panelis. Bahwa bencana itu apapun bentuknya adalah sesuatu yang unpredictable dan uncertainly. Unpredictable artinya bencana itu sesuatu yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya, berapa besar kejadian itu, berapa besar dampak yang akan terjadi, berapa lama akan terjadi dan berapa rupiah akan merugikan, berapa nyawa yang menjadi kurban dll. Uncertainly adalah ketidak pastian. Bisa detik ini, bisa menit ini bisa besok, bisa minggu depan dan bisa kapanpun juga. Suatu yang menjadi pertanyaan, sangat aneh apabila mengukur suatu bencana yang tidak bisa diprediksi dan dipastikan, tetapi melihatnya dengan parameter yang berdasar pada rumus-rumus ilmu pasti. Suatu yang tidak dapat diprediksikan dan dipastikan, seharusnya dilihat dari perspektif kacamata yang melebihi hitung-hitungan ilmu pasti dari akal dan nafsu manusia. Karena semua bencana itu pada hakekatnya  adalah  menunjukkan kehendak Allah yang maha sempurna dan maka kuasa. Allah menciptakan bencana tidak lain untuk memberikan peringatan sekaligus ujian bagi hambaNya apakah ia termasuk orang yang mempunyai keimanan atau malah termasuk orang yang kufur. Suatu pendekatan yang salah alamat dan sekaligus salah jalan apabila mendekati permasalahan kerentanan terhadap bencana hanya dengan menggunakan logika akal yang sangat terbatas.
Suatu contoh yang menarik untuk disimak dalam forum ini tatkala membahas masalah perubahan iklim dikaitkan dengan apa yang disebut “efek rumah kaca”. Para pakar yang bergelar Profesor, Doktor di bidang lingkungan, perubahan iklim, sosial, ekonomi, kelautan, ekologi, hukum dll mengatakan bahwa salah satu  cara untuk mengatasi pencairan es di kutub utara adalah adanya peran berbagai pihak untuk tetap menjaga hutan, mengurangi berbagai polusi  yang menyebabkan bocornya lapisan ozon, mengurangi emisi karbon, penggelontoran dana dari negara maju untuk negara berkembang yang masih banyak hutan agar menjaga hutannya. Dan seterusnya. Dan seterusnya. Yang pasti, para pakar itu sesuai latar belakang pendidikannya -yang diwarnai nuansa filsafat barat- memberikan solusi terhadap masalah bencana perubahan iklim dengan cara pandang filsafat yang sangat jauh menyimpang dari pemahaman agama, dimana solusi permasalahan bencana seharusnya didasarkan pada nash-nash dan solusi keagamaan. Yang mereka berikan untuk mengatasi bencana perubahan iklim tidak lain adalah solusi  horisontal keduniawian yang berparameter sosial- budaya, alamiah, ekonomi. Anehnya, mereka telah melupakan solusi dari sejarah dan pengalaman hidup perjalanan manusia itu sendiri pada masa lampau. Para pakar tersebut  sangat kurang belajar dan sangat kurang cerdas dengan ilmu sejarah yang telah diwahyukan oleh Allah lewat rasulNya.  Kalau saja para pakar yang hadir itu mau belajar sejarah perjalanan manusia dari masa ke masa , mereka akan tahu dan paham bahwan berbagai bencana yang terjadi pada masakini telah juga terjadi pada masa lampau.Lihat bagaimana kaum Nabi Nuh ‘Alaihi Salam ditenggelamkan oleh Allah dengan banjir, Kaum Fir’aun ditenggelamkan ke dasar laut tatkala mengejar Nabi Musa ‘Alaihi Salam, Kaum Sodom dan Tsamut yang dibinasakan oleh Allah Ta’ala karena banyak melakukan kemaksiyatan. Para pakar yang hadir dalam forum tersebut, sesuai dengan kepakarannya tidak mampu memberikan jawaban apalagi solusi yang pas tentang masalah kerentanan bencana ini.Para  pakar yang memegang berbagai gelar dunia akademisi yang sangat tinggipun tidak ada bedanya dengan anak SD yang tidak bergelar apapun tatkala bicara solusi terhadap kebencanaan. Ibarat seorang dokter mengobati orang terkena penyakit kencing manis, karena ketidak pahamannya dengan penyakit maka yang diamputasi kaki dan tangan, bukan diobati penyebab kenapa  gula di dalam ginjal tidak bisa diproses jadi energi. Suatu tindakan jahil, dalam masalah bencana yang membawa bencana lain yang fatal bagi dirinya dan orang lain dan masyarakat banyak.
Bocornya lapisan ozon di angkasa yang telah disinyalir menyebabkan sinar ultraviolet menembus bumi dan membawa implikasi kepada mencairnya es di kutub utara telah menyebabkan terjadinya peristiwa “efek rumah kaca”. Efek rumah kaca yang ditakutkan oleh para pakar lingkungan dan ekologi adalah tenggelamnnya beberapa wilayah atau beberapa pulau karena air permukaan laut menaik menutup daerah pingiran pantai yang rendah. Bahkan para pakar mengukur hampir 5 cm kenaikan air laut pertahun  di berbagai belahan dunia. Milyaran dollar di gelontorkan oleh negara penyumbang kerusakan ozon seperti negara USA, dan negara-negara Eropa sebagai kompensasi bagi negara miskin dan berkembang untuk ikut berperan aktif dengan mempertahankan keberadaan hutan. Namun usaha ini  kedepan akan sia-sia, mengingat beberapa sebab :
Pertama : Tidak ada artinya negara-negara maju yang menyumbang terbesar terhadap kebocoran lapisan ozon tetap bersikukuh tidak mau menghentikan kegiatan operasional pabriknya, sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju. Dimana negara tersebut sangat menggantungkan kehidupannnya pada pabrik tersebut. Bagi negara berkembang dan miskin yang banyak hutannya seperti Indonesia, Brazil dan kawasan tropis lainnya, pada saatnya nanti akan menolak gelontoran dana kompensasi tersebut, karena sebagian besar wilayahnya ditetapkan sebagai wilayah hutan yang tidak boleh diubah dan dimanfaatkan. Padahal kebutuhan lahan, pangan, perumahan, sawah, infrastruktur dan lain-lain di negara berkembang akan berkembang pula seiring pertambahan jumlah penduduknya. Perlakuan tidak adil inilah pemicu terjadinya penentangan dan penolakan yang berimplikas pada  intensitas yang semakin meningkat dari efek rumah kaca.
Kedua ; adanya unsur ambiguitas negara-negara maju yang paling besar penyumbang kerusakan ozon dengan penekanan politik dan ekonomi kepada negara berkembang dan miskin. Permasalahan ini pernah penulis tanyakan langsung kepada mantan menteri lingkungan hidup jaman Presiden Gus  Dur sekaligus penulis Buku Etika Lingkungan- DR. Sony Keraf- dalam Kursus Penilai Amdal di IPB,  mengenai ambiguitas negara maju yang tidak mau mengurangi emisi ozon dengan propaganda politik dan ekonomi  dengan menekan negara miskin dan berkembang dengan tidak mau memakai produk-produk dari hasil hutan. Ibaratnya, negera-negara kayalah yang paling besar melakukan pesta merusak lapisan ozon namun negara miskin dan berkembang yang harus “cuci piring” dengan memperluas hutannya dan memboikot produk-produk dari hasil hutan.
Ketiga : Secara sunatullah  terjadinya efek rumah kaca dengan mencairnya es di wilayah kutub utara dan selatan adalah keniscayaan sejarah. Dalam suatu hadist yang sahih di katakan : suatu saat rasulullah setelah shalat subuh terus berkutbah hingga masuk waktu shalat dzuhur. Setelah shalat Dzuhur selesai rasulullah melanjutkan kutbahnya hingga menjelang shalat ashar. Setelah selesai shalat ashar rasulullah melanjutkan kutbahnya hingga masuk shalat maghrib dan setelah selesai dilanjutkan hingga setelah isya’. Kutbah yang beliau sampaikan adalah mengenai hari akhir jaman atau kiamat. Dalam salah satu penjelasan rasulullah, bahwa tanda-tanda akhir jaman yang kecil diantaranya banyaknya terjadinya bencana gempa bumi, tanah longsor, tanah tenggelam dan negeri arab yang gersang dan berpasir akan tumbuh subur tanammnya dan kecukupan air sehingga tanamannya hijau royo-royo seperti jaman dahulu kala. Dari berita firman Allah lewat hadist rasulullah ini jelas sekali bahwa berbagai bencana yang sering terjadi akhir-akhir ini sunatulllah yang tidak dapat dibendung dan ditanggulanggi dengan cara apapun oleh manusia. Tidaklah usaha manusia mampu menghalangi kehendak rabbnya meski dengan berjuta metode dan cara. Apalagi sekedar dengan teori dan parameter hasil logika dan nalar manusia yang mengesampingkan kejernihan hati memamahi qodarullah dan ayat-ayat Allah. Bahkan para ulama menjelaskan efek rumah kaca tersebut sebagai wasilah dalam datangnya akhir jaman. Es yang ada di kutub utara dan selatan mencair telah menambah volume permukaan air di dunia, sehingga pulau-pulau kecil, daratan rendah di tepi pantai mulai tenggelam, interusi air laut terus mendesak ke tengah daratan. Dengan proses yang semakin intensif dan terus menerus maka daerah permukaan tanah yang tinggi lambat laun akan tergenangi air. Daerah-daerah yang sekarang ini masih dalam kategori dataran tinggi dan gersang penuh dengan batu dan pasir sebagaimana negara –negara di Arab Saudi, Mekkah, Madinnah dan negara Timur Tengah lainnya, dengan efek rumah kaca akan mendorong masuknya air sehinggga tanaman yang saat ini terbatas jumlah dan jenisnya, di masa mendatang akan tumbuh berbagai jenis tanaman yang tumbuh subur sehingga akan kelihatan ijo royo-royo dan segar udaranya. Demikian ulama menjelaskan bagaimana hubungan antara kemakmuran negeri-negeri timur tengah di masa mendatang dengan proses terjadinya efek rumah kaca yang terjadi sekarang ini. Dengan demikian kejadian efek rumah kaca adalah bagian dari proses akhir jaman yang Allah tetapkan, dimana siapapun yang menghalangi tak akan mampu menahannya.
SUMBER - SUMBER BENCANA
Sebelum mencari solusi terhadap berabagai jenis bencana yang menimpa umat manusia, alangkah baiknya apabila kita memahami sumber-sumber yang menyebabkan bencana itu datang. Dengan mengetahui sumber-sumber yang menyebabkan bencana datang, maka ada suatu kebaikan dari manusia untuk mencoba menghindarinya sebelum bencana itu datang. Dan setelah bencana datang, maka dengan mengetahui sumber bencana akan memberikan kemudahan untuk  mencegahnya secara tepat dan tidak sembarangan. Berikut ini perkara-perkara yang mendatangkan datangnya bencana berdasar rujukan dari Al Qur’an dan Hadist yang sahih.
1.  GHULUW
Perkara pertama yang menyebabkan Allah menurunkan bencana adalah ghuluw alias berlebih-lebihan dalam beragama. Dalilnya adalah sebagai berikut : Hati-hatilah kalian terhadap perbuatan ghuluw di dalam agama, karena sesungguhnya hancurnya orang-orang sebelum kalian dikarenakan (sikap) ghuluw di dalam agama." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Nasa`i, dan berkata Syaikhul Islam di dalam Iqtidha hal. 06: Sanadnya dengan atas syarat Muslim, dan disepakati oleh Al-Albani di dalam ash-Shahihah 1283)
Pada jaman Nabi Nuh Alaihi Salam, banyak diantaranya yang berlebih-lebihan penghormatannya kepada orang salih. Pembuatan gambar dan patung kepada 2 orang shalih yakni Latta dan ‘Uza pada awalnya bentuk penghormatan atas jasa-jasa baik mereka berdua. Namun pada generasi berikutnya penghormatan yang awalnya baik menjadi pemujaan dan wasilah untuk meminta tolong . Dan akibat dari perbuatan mereka ini ialah kemurkaan Allah atas mereka dengan menenggelamkan mereka dengan adzab-Nya sehingga tidak tertinggal seorang pun dari mereka termasuk anak dan istri beliau sendiri yang kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah berfirman : Dari sebab kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan kemudian dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapatkan seorang penolong pun selain Allah. Dan berkata Nuh: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nuh: 25-26)
As-Suddi berkata dalam menafsirkan ayat ini: "Allah mengabulkan doa Nabi Nuh, maka Allah memusnahkan semua orang-orang kafir yang ada di muka bumi termasuk anak beliau sendiri dikarenakan penentangannya kepada ayahnya." (Tafsir Ibnu Katsir tentang surah Nuh)

2.  MENDUSTAKAN PARA RASUL ALLAH
Perkara kedua yang mendatangkan murka Allah kepada manusia adalah adanya pengingkaran terhadap utusan-utusan Allah. Hal ini sebagaimana tercantum dalam firman Allah : “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali kali tidak akan merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkanNya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” Al Anfaal : (53) Berkata al Imam as Sa’diy dalam menafsirkan ayat ini sebagai berikut : ذَلِكَ    (yang demikian itu adalah) `adzab yang Allah Tabaaraka wa Ta`aala timpakan kepada ummat yang mendustakan para Rasul `Alaihimus Sholaatu was Salaam. Kemudian Allah hilangkan segala bentuk ni`mat dan kesenangan pada mereka  disebabkan dosa-dosa mereka, dan dikarenakan perubahan perubahan yang mereka lakukan atas diri diri mereka sendiri, (sebab Allah tidak akan pernah merobah ni`mat yang telah dianugrahkan kepada suatu kaum), berupa keni`matan Din (Agama) dan dunia. Bahkan Allah Jalla wa `Alaa mengabadikannya serta menambahkan nikmat tersebut bagi mereka jikalau mereka mau bersyukur kepadaNya

3.  PERBUATAN DHALIM
Perkara ketiga yang mendatangkan bencana dihadapan manusia adalah perilaku manusia yang banyak berbuat kedhaliman. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala : ”Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema`afkan sebagian besar (dari kesalahan kesalahanmu”. Asy Syuuraa: (30).
Berkata al Imam as Sa’diy Rahimahullahu Ta`aala dalam menafsirkan ayat ini : “Allah mengkhabarkan bahwa tidaklah menimpa hamba hamba tersebut satu mushibah, pada badan-badan mereka, harta-harta dan anak-anak mereka serta pada apa saja yang mereka cintai, itu adalah merupakan kemulian atas mereka, kecuali disebabkan oleh apa-apa yang telah dihasilkan oleh tangan-tangan mereka dari bentuk kejelekan, dan Allah telah banyak mengampuni kesalahan. Sesungguhnya Allah wa Ta`aala tidak berbuat dzholim terhadap hamba-hambaNya, akan tetapi merekalah yang telah berbuat dzholim atas diri mereka sendiri.” 

4.  MENGINGKARI BERBAGAI NIKMAT ALLAH TA’ALA
Perkara keempat yang mendatangkan azab Allah adalah mengingkari nikmat-nikmat Allah Ta’ala. Hal ini didasarkan kepada firman Allah :
 “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari ni`mat ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” Al-Nahl : (112)
Berkata al Imam as Sa’diy Rahimahullahu ketika menafsirkan ayat ini : Negeri ini adalah Makkah yang mulia, dulunya aman, tentram dan tidak ada seorangpun yang bangkit amarahnya didalam negeri Makkah tersebut. Orang-orang jahiliyah yang awampun menghormati Makkah. Sampai-sampai jika salah seorang dari mereka mendapatkan pembunuh bapaknya dan saudaranya, tidak akan bangkit kemarahannya bersamaan kuatnya egoisme pada mereka dan rasa cinta kesukuan `Arab (suku-isme). Itu merupakan hasil yang diperoleh dari negeri tersebut dalam bentuk keamanan yang sempurna, tidak akan terdapat pada negeri negeri lainnya, dalam bentuk rezqi yang amat luas. Padahal negeri Makkah tidak ada pertanian dan tidak pula pohon-pohonan akan tetapi Allah Jalla wa `Alaa mudahkan bagi negeri Makkah rezqi yang datang dari segala penjuru dunia.

5.  BENCANA DATANG KARENA PERBUATAN TANGAN-TANGAN MANUSIA
Perkara kelima yang mendatangkan azab Allah adalah ulah tangan manusia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam firmanNya : “Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar.” Ar Ruum : (41).
As Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy berkata dalam menafsirkan ayat ini : “Maksudnya : Telah jelas kerusakan di daratan dan di lautan, artinya : rusaknya kehidupan mereka dan kurangnya, dan diliputi oleh musibah-musibah. Pada diri mereka dalam bentuk penyakit serta penyakit menular, dan selainnya. Kesemua itu disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan mereka, dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang rusak dan merusak, pada dasarnya.Ini disebutkan :“supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka”, maksudnya: agar mereka mengetahui bahwa akan dibalas atas perbuatan-perbuatan mereka, maka disegerakan atas mereka balasan itu sebagai contoh, dari bentuk balasan perbuatan mereka di dunia.“semoga mereka kembali kepada jalan yang benar.” Maksudnya; dari perbuatan-perbuatan mereka, telah menghasilkan dari bentuk kerusakan apa-apa yang telah dihasilkan oleh perbuatan itu. Supaya baik dan tenang keadaan mereka. Maha Suci Dzat yang sangat Penyayang dengan cobaanNya, yang Maha Pemberi keutamaan pada musibah-musibahNya, kalau tidak demikian, kalau seandainya Allah Subhaana wa Ta`aala menimpakan musibah atas mereka, dikarenakan apa-apa yang telah mereka lakukan, sudah tentu Allah `Azza wa Jalla tidak akan menyisakan seekor hewanpun di permukaan bumi ini.”

6.   PERBUATAN SYIRIK DAN MAKSIYAT
Perkara keenam yang mendatangkan azab Allah adalah perbuatan manusia yang mengandung kemaksiyatan. Dalilnya adalah firman Allah :
Ia tidak akan menurunkan bala dan bencana atas suatu kaum kecuali karena perbuatan ma`shiat, dosa serta pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah Allah, lebih-lebih karena jauhnya mereka dari Tauhid serta tersebar luasnya berbagai perbuatan syirik di banyak negara-negara Islam. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya banyak fitnah, cobaan, ujian dan berbagai musibah yang diturunkan Allah Tabaaraka wa Ta`aala atas mereka. Kesemua itu tidak akan hilang kecuali mereka kembali mentauhidkan Allah Jalla wa `Alaa-dengan ber`ibadat kepadaNya saja serta meninggalkan seluruh bentuk kesyirikan, bid`ah, khurafat-khurafat dan tahayul serta ma`shiat-ma`shiat. Dan juga menegakkan syari`at-syari`atNYA baik terhadap pribadi maupun masyarakat.Akan tetapi kesyirikan yang mereka lakukan setelah ni`mat Kami atas mereka, dalam bentuk keselamatan dari lautan, akibatnya, kufur dengan apa yang telah Kami berikan pada mereka, ditukar keni`matan dengan kejelekan, supaya sempurna kesenangan-kesenangan yang mereka ni`mati di dunia, sebagaimana bersenang-senangnya binatang ternak, tidak ada bagi mereka kepentingan kecuali hanya untuk perut dan kemaluan mereka.” Kebanyakan dari ummat Islam pada hari ini, manakala ditimpa musibah, mereka memohon pertolongan kepada selain Allah Subhaana wa Ta`aala, mereka menyeru ya Rasulallahi!, ya as Syaikh Jailani!, ya as Syaikh Rifaa`iiy!, ya as Syaikh Marghaniy!,  ya as Syaikh Badawiy!, ya as Syaikh `Arob!…” dan sebagainya.  Mereka menyekutukan Allah Tabaaraka wa Ta`aala diwaktu sempit dan lapang, sangat berbeda sekali dengan ummat jahiliyah di zaman Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam, dimana mereka melakukan kesyirikan kepada Allah `Azza wa Jalla diwaktu lapang saja; sedangkan diwaktu sempit dan terjepit mereka betul-betul meng-ikhlashkan per`ibadatan mereka kepadaNya saja, sebagaimana yang kita saksikan pada ayat yang di atas (al `Ankabuut 65). Mereka menyelisihi perkataan Rabb mereka dan perkataan Rasul mereka Shollallahu `alaihi wa Sallam!!

7.  KESOMBONGAN ATAU CONGKAK
Perkara ketujuh yang mendatangkan azab Allah adalah sikap sombong atau congkak.Dalil mengenai perkara ini adalah : Dan demikian juga dipeperangan Hunein ketika berkata sebahagian kaum muslimiin : “Sekali-kali kita tidak akan dikalahkan oleh jumlah yang sedikit.”
Maka terjadilah serangan kuat dari musuh, Allah Tabaaraka wa Ta`aala juga mencela mereka atas perbuatan tersebut dengan perkataanNya “Dan ingatlah peperangan Hunein, yaitu diwaktu kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak akan memberikan manfa`at kepada kalian sedikitpun.”
At Taubah : (25).As Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy berkata : “Maksudnya; tidak akan memberi manfa`at kepada kalian sedikitpun atau banyak.”  `Umar bin al Khatthaab radhiallahu `anhu pernah menulis  kepada pimpinan perang Sa`ad bin Abi Waqqash di al `Iraaq : “Janganlah kalian mengatakan sesungguhnya musuh kita lebih jelek dari kita maka sekali-kali tidak akan berkuasa atas kita, kadang-kadang bisa jadi dikuasakan atas satu qaum seseorang yang lebih jelek dari mereka, sebagaimana dikuasakan atas bani Israaiil kuffarul majuusi takkala mereka telah melakukan ma`aashiy (ma`shiat-ma`shiat), mintalah pertolongan kepada Allah atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian minta pertolongan kepadaNya dari musuh kalian.”

SOLUSI UNTUK MENCEGAH DATANGNYA BENCANA
Setelah memahami sumber-sumber yang menyebabkan Allah mendatangkan bencana kepada manusia, kini menjadi jelas persoalan untuk mengatasinya. Suatu kesalahan yang luar biasa fatalnya tatkala manusia ingin menghindari atau mencegah datangnya bencana dengan berpaku kepada hasil pengamatan panca indera yang disertai rumus-rumus empiris yang berdasar parameter ilmu pasti. Islam sebagai agama yang fitrah, lengkap dan sempurna telah mengajarkan bagaimana mensikapi datangnya bencana dan bagaimana agar terhindar dari datangnya bencana. Perkara bencana adalah perkara yang besar dan bukan main-main sehingga Allah dengan firmanNya dan rasulullah dengan sabdanya mengabarkan bencana  beserta solusinya kepada umatnya. Tidaklah hal yang sangat penting dan besar, jika Allah dan rasulNya tidak mengabarkannya dalam Al Quran dan  Al Hadist. Karena sebaik-baik kitab adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk rasulullah, maka petunjuk Allah dan rasulNya yang harus dipedomani dan diikuti dibanding petunjuk-petunjuk dari manusia yang amat sangat banyak kelemahan dan kekurang sempurnaan.
Langkah-langkah untuk mencegah datangya bencana adalah :
·  Berdo’a kepada Allah Ta’ala agar kita dijauhkan dari segala bencana yang akan menimpanya. Karena hanya Allah yang tahu kapan dan dimana bencana itu datang. Sehingga kita wajib meminta tolong hanya kepada Allah agar terhindar dari bencana tersebut;
·  Mendatangi majelis ilmu. Dengan mendatangi majelis ilmu, maka kebodohan akan hilang, perkara-perkara yang merusak dan mendatangkan kemaksiyatan akan dipahami sehingga kita memahami dan mensikapi datangnya bencana dengan ikhlash dan tetap memegang nilai nilai ketauhidan tanpa terpengaruh terhadap kesyirikan;
·  Mengamalkan ilmu yang didapat dalam majelis ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mendatangi majelis ilmu Insya Allah ilmu bertambah, amalan akan semakin benar dan lurus, kesalahan dalam ibadah akan terkurangi sehingga aqidahpun akan lurus sehingga musibah dan bencana yang Allah turunkan akan bisa disikapi secara benar;
·  Mendakwahkan ilmu yang didapat.Terutama dakwah tentang ketauhidan dan sunnah.Hal ini sangat penting mengingat ketauhidan dan berpegang pada sunnah adalah pondasi untuk mencegah datangnya bencana. Kalau kita lihat sumber-sumber bencana datang diatas jelas sekali kesyirikan, kebid’ahan, kemaksiyatan, ke congkakan adalah sumber utama penyebab datangnya azab Allah. Dakwah tauhid yang menjauhkan syirik, dakwah sunnah yang menjauhkan bid’ah, akhlak yang mulia yang menjauhkan dari sifat dzalim dan sombong menjadi prioritas setiap muslim sesuai kapasitas dalam dakwahnya. Sangatlah salah dan aneh orang menganggap dakwah tauhid, sunnah dan akhlakul qarimah sebagai dakwah yang sudah ketinggalan jaman dan tidak dibutuhkan lagi. Padahal telah jelas prioritas dakwah semua nabi dan rasul adalah menegakkan ketauhidan, menjaga sunnah-sunnahnya, dan akhlaku qarimah. Dan terbukti sudah, bahwa hingga detik ini ketiga hal tersebut masih sangat relevan dan urgent untuk di dakwahkan mengingat bencana-demi bencana terus terjadi dalam skala makin luas dan intensif sebagai bukti sabda rasulullah bahwa salah satu ciri akhir jaman adalah banyaknya bencana dimana-mana.
·   Bersabar atas qodarullah dan dalam berdakwah. Karena hanya sabar dan shalatlah yang menjadi pintu untuk mendapatkan pertolongan Allah Ta’ala. Hanya orang-orang yang sabar tatkala mendapat musibah, yang sabar dalam meninggalkan ketaatan, yang sabar karena ketaatan menegakkan agama Allah, yang Allah janjikan kenikmatan yang sangat agung dan mulia yaitu masuk ke dalam jannah.

PENUTUP
Membahas masalah bencana bukanlah masalah yang sederhana dan sepele. Sebaliknya bencana adalah perkara yang luar biasa besar yang menimpa tiap zaman dan tiap generasi. Begitu besar persoalan bencana, maka Allah  ta’ala dengan firmanNya dan rasulullah dengan sabdanya menjelaskan tentang sumber-sumber bencana dan solusi menghadapinya. Suatu yang aneh dan ganjil, persoalan bencana hanya dilihat dari kacamata aqal manusia dan manusia dengan aqalnya mencoba mencari solusi untuk menghadapi datangnya bencana. Maka tidaklah mengherankan pengelontoran uang milyaran dollar amerika bukan solusi yang ampuh untuk mengatasi bencana. Hal ini dikarenakan salah alamat atau salah jalan...

Jakarta, 16 November 2012
Abu nada..