Perbukitan Menoreh adalah jajaran bukit yang membentang dari selatan menuju utara yang berada di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa. Perbukitan ini kokoh berdiri bak raksasa tidur yang menjadi pembatas Provinsi DIY dengan Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Dusun Pringtali, Desa Jatimulya, Kecamatan Girimulya dikenal sebagai daerah lereng Perbukitan Menoreh yang masyarakatnya menghasilkan empon-empon. Usaha budidaya empon-empon dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan lahan pekarangan secara tumpang sari di sela-sela tanaman sengon, jati, kelapa hingga mahoni. Maka tidak mengherankan jika hasil budidaya empon-empon ini tidak bisa meningkatkan kesejahteraan mereka karena hasil jahe hanya di beli dengan harga Rp.5.000,00/kg, kunyit seharga Rp.800,00/kg dan temulawak dihargai Rp.5000,00/kg oleh para pengepul.
Asri Saraswati dan Andhika Mahardika, pendiri CV.Agradaya, merasa prihatin melihat ibu-ibu di Dusun Pringtali tidak dapat sejahtera dari usaha budidaya empon-empon tersebut. Mereka telah puluhan tahun membudidayakan empon-empon secara subur dan hasil melimpah tapi keuntungan terbanyak justru di tangan pengepul. Dengan bekal pengalaman menjadi relawan Indonesia Mengajar, Asri dan Andika, melalui CV.Agradaya berkomitmen memberdayakan petani lokal melalui pengolahan tanaman empon-empon menjadi komoditas bernilai tinggi. Melalui pendekatan yang inovatif dan berkelanjutan, CV.Agradaya tidak hanya meningkatkan kesejahteraan para petani tetapi juga memastikan produksi yang berbasis pada kelestarian lingkungan. Dengan bekal keahlian menempuh pendidikan dalam chemical engineering bio procces dari salah satu kampus di Malaysia dan kursus agrowaste di sebuah kampus di Filipina, Asri mulai bereksperimen bagaimana mengolah empon-empon menjadi komoditas bernilai tinggi. Meskipun percobaan pertamanya tidak berhasil, dia tetap tidak putus asa. Dia tetap semangat berkolaborasi dengan para petani wanita di kampung tersebut untuk menghasilkan barang setengah jadi yang berupa empon-empon yang ditanam secara organik dan dikeringkan secara higinies. Selanjutnya, bahan setengah jadi dibeli dengan harga tinggi berkali lipat. Jika harga satu kilo kunyit semula di beli pengepul Rp. 5.000,00/kg kini di beli oleh CV. Agradaya seharga Rp 25.000,00/kg, temulawak pun naik drastis harganya dari Rp.8000,00/kg dihargai Rp.40.000,00/kg. Dengan pembelian empon-empon yang melebihi harga pengepul, secara langsung akan lebih menguntungkan kepada para petani dalam menjual produknya.
Di samping melakukan pembimbingan terkait budidaya dan pengolahan empon-empon, CV.Agradaya melalui jaringan lembaga swadaya masyarakat lainnya untuk mengajak kolaborasi pemberdayaan masyarakat di lereng Perbukitan Menoreh. Bantuan Solar Dryer House diberikan oleh lembaga non profit untuk petani Dusun Pringtali. Melalui pemanfaatan teknologi ini, kualitas pengolahan empon-empon yang dilakukan oleh petani semakin bagus kualitasnya dan semakin cepat proses pengeringannya serta kapasitasnya lebih besar. Hasilnya, produk empon-empon harganya bertambah tinggi, memenuhi standar olahan produk internasional yang menjadi target market CV Agradaya ke manca negara. Sempat, pada awalnya, banyak petani yang ragu karena khawatir tagihan listrik mereka akan membengkak. Namun, setelah dipaparkan contoh rumah pengering hemat energi tersebut, para petani mulai memanfaatkan teknologi tersebut.
Pada tahun 2016 petani binaan CV.Agradaya masih beranggotakan sekitar 20-30 orang dengan luas lahan sekitar 500 meter persegi. Kini, telah mencapai 150 orang dengan menyewa lahan milik inhutani seluas 1,5 hektar yang bernaung di bawah Kelompok Wanita Tani Pringtali Asri Hutan Kemasyarakatan Nuju Makmur. Kelompok ini telah mendapat apresiasi banyak pihak karena telah mampu menciptakan sistem pertanian organik yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Juga, berhasil meningkatkan peran wanita dalam meningkatkan pendapatan keluarga menuju keluarga yang sejahtera. Keberhasilan CV.Agradaya dalam meningkatkan kesejahteraan petani wanita di Perbukitan Menoreh, telah menginspirasi usaha serupa di banyak tempat di Indonesia. Kini, desa binaan CV.Agradaya telah bertambah anggotanya yang berada di Kecamatan Samigaluh (Kulon Progo), Gunungkidul (DIY), Sumba (NTT), Trenggalek dan Pacitan (Jawa Timur).
Prinsip dasar kolaborasi yang diimplementasikan oleh CV.Agradaya adalah planet, people, procces, product, dan profit. Pertanian yang dikembangkan merupakan pertanian organik melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan agroforestri dengan memakai teknologi tepat guna yang ramah lingkungan. Target utama sebagai mitranya adalah masyarakat pedesaan yang secara ekonomi kurang berdaya sehingga mampu memperdayakan dirinya dan meningkatkan kesejahteraan melalui usaha tani empon-empon organik. Proses budidaya, pengolahan, harus memenuhi standar kualitas produk organik yang akan dipasarkan oleh CV.Agradaya ke pasaran internasional khususnya berbagai negara Eropa. Usaha budidaya empon-empon organik secara keekonomian jauh lebih menguntungkan karena harga yang lebih mahal dan prospek ke depan makin cerah seiring dengan kesadaran masyarakat hidup sehat dan back to nature.
Melalui kemitraan ini, Cv.Agradaya tidak hanya membantu petani meningkatkan pendapatan mereka tetapi juga membangun komunitas yang lebih kuat. Petani kini memiliki akses ke pelatihan tentang teknik pertanian berkelanjutan dan pengolahan pasca-panen. Dengan demikian, mereka dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi yang memenuhi standar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan standar kesehatan internasional. Hal ini memungkinkan produk empon-empon dari Perbukitan Menoreh untuk bersaing di pasar lokal maupun internasional. Di samping itu, CV.Agradaya telah mewujudkan pertanian berkelanjutan yang berbasis pada kearifan lokal. CV.Agradaya berulang kali melakukan blusukan ke desa-desa untuk memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi petani empon-empon di Perbukitan Menoreh. Dengan memanfaatkan pengetahuan lokal dan hasil riset, CV.Agradaya menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan. Ini bukan hanya tentang keuntungan finansial; Agradaya berkomitmen untuk menjaga ekosistem agar tetap seimbang dan menyejahterakan petani wanita.
Kesimpulan
Kisah dari CV.Agradaya adalah contoh nyata bagaimana inovasi dan kolaborasi dapat mengubah kehidupan masyarakat di Perbukitan Menoreh. Dengan memberdayakan petani wanita melalui budidaya empon-empon yang menerapkan teknologi tepat guna, pendekatan pertanian berkelanjutan yang berbasis kearifan lokal, CV.Agradaya tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi tetapi juga melestarikan budidaya tanaman empon-empon yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan visi yang jelas dan komitmen terhadap keberlanjutan, masa depan pertanian di Indonesia bisa lebih cerah.
Melalui inisiatif ini, CV.Agradaya berhasil memberikan dampak positif bagi petani wanita di Perbukitan Menoreh sambil melestarikan warisan budaya pertanian Indonesia. Kisah inspiratif ini membuktikan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil.