30 Desember 2011

SHALAWAT-SHALAWAT BID'AH


Karya : Syaikh Muhammad Jamil Zainu

Kita banyak mendengar lafazh-lafazh bacaan shalawat untuk Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam yang diada-adakan (bid'ah) yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam , para sahabat, tabi'in, juga tidak oleh para imam mujtahid. Tetapi semua itu hanyalah buatan sebagian masyayikh (para tuan guru) di kurun belakangan ini. Lafazh-lafazh shalawat itu kemudian menjadi terkenal dikalangan orang awam dan ahli ilmu, sehingga mereka membacanya lebih banyak daripada membaca shalawat tuntunan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam. Bahkan mungki n mereka malah meninggalkan lafazh shalawat yang benar, lalu menyebarluaskan lafazh shalawat ajaran para syaikh mereka.

Jika kita renungkan mendalam makna shalawat-shalawat tersebut, niscaya kita akan menemukan di dalamnya pelanggaran terhadap petunjuk Rasul, orang yang kita shalawati. Di antara shalawat-shalawat bid'ah tersebut adalah:

Shalawat yang berbunyi:
"Ya Allah, curahkanlah keberkahan dan keselamatan atas Muhammad, penawar hati dan obatnya, penyehat badan dan penyembuhnya, cahaya mata dan sinarnya, juga atas keluarga-nya."

Sesungguhnya yang menyembuhkan, menyehatkan badan, hati dan mata hanyalah Allah semata. Dan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam tidak memiliki manfaat untuk dirinya, juga tidak untuk orang lain. Lafazh shalawat di atas menyelisihi firman Allah,
"Katakanlah, 'Aku tidak berkuasa menank kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang  dikehendaki Allah." (AI-A'raaf: 188)

Juga menyelisihi sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam:
"Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah Abdullah (hamba Allah) danRasulNya." (HR. Al-Bukhari)

Makna "ithra" yaitu melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam memuji, (ini hukumnya haram).
 
Penulis pernah membaca kitab tentang keutamaan shalawat, karya seorang syaikh shufi besar dari Libanon. Di dalamnya terdapat lafazh shalawat berikut:

"Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk Muhammad, sehingga Engkau menjadikan daripadanya (sifat) keesaan dan (sifat) terus menerus mengurus (makhluk)."

Sifat Al-Ahadiyyah dan Al-Qayyumiyyah adalah bagian dan sifat-sifat Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an. Kemudian oleh syaikh tersebut, keduanya dijadikan sebagai sifat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam.
 
Penulis melihat dalam kitab Ad'iyatush Shabaahi wal Masaa'i, karya seorang syaikh besar dari Suriah. Ia mengatakan,

"Ya Allah, limpahkanlah keberkahan untuk Muhammad, yang dari cahayanya Engkau ciptakan segala sesuatu."

"Segala sesuatu", berarti termasuk di dalamnya Adam, lblis, kera, babi, lalat, nyamuk dan sebagainya. Adakah seorang yang berakal akan mengatakan bahwa semua itu diciptakan dari cahaya Muhammad?
Bahkan setan sendiri mengetahui dari apa ia diciptakan, juga mengetahui dari apa Adam diciptakan, sebagaimana dikisahkan dalam AI-Qur'an,
"Iblis berkata, 'Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau cip-takan aku dari api, sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah." (Shaad: 76)
Ayat di atas mendustakan dan membatalkan ucapan syaikh tersebut.
 
Termasuk lafazh shalawat bid'ah adalah ucapan mereka,

"Semoga keberkahan dan keselamatan dilimpahkan untukmu wa-hai Rasulullah. Telah sempit tipu dayaku maka perkenankanlah (hajatku) wahai kekasih Allah."

Bagian pertama dari shalawat ini adalah benar, tetapi yang berbahaya dan merupakan syirik adalah pada bagian kedua. Yakni dari ucapannya:

Hal ini bertentangan dengan firman Allah,
"Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepadaNya?" (An-Naml: 62)

Dan firman Allah,
"Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri." (Al-An'am: 17)

Sedangkan Rasulullah sendiri, manakala beliau ditimpa suatu kedukaan atau kesusahan, beliau berdo'a,
"Wahai Dzat Yang Maha Hidup, yang terus menerus mengurus (makhlukNya), dengan rahmatMu aku Memohon pertolongan-Mu." (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan)

Jika demikian halnya, bagaimana mungkin kita diperbolehkan mengatakan kepada beliau, "Perkenankanlah hajat kami, dan tolonglah kami?"

Lafazh ini bertentangan dengan sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam:
"Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
 
Shalawat AI-Fatih, lafazhnya:

"Ya Allah, limpahkanlah keberkahan untuk Muhammad, Sang Pembuka terhadap apa yang tertutup …"

Orang yang mengucapkan shalawat ini menyangka, bahwa barangsiapa membacanya maka baginya lebih utama daripada membaca khatam Al-Qur'an sebanyak enam ribu kali. Demikian, seperti dinukil oleh Syaikh Ahmad Tijani, pemimpin thariqah Tijaniyah.

Sungguh amat bodoh jika terdapat orang yang berakal mempercayai hal tersebut, apatah lagi jika ia seorang muslim. Sungguh amat tidak mungkin, bahwa membaca shalawat bid'ah tersebut lebih utama daripada membaca Al-Qur'an sekali, apatah lagi hingga enam ribu kali. Suatu ucapan yang tak mungkin diucapkan oleh seorang muslim.

Adapun menyifati Rasulullah dengan "Sang Pembuka terhadap apa yang tertutup" secara muthlak, tanpa membatasinya dengan kehendak Allah, maka adalah suatu kesalahan. Karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam tidak membuka kota Makkah kecuali dengan kehendak Allah. Beliau juga tidak mampu membuka hati pamannya sehingga beriman kepada Allah, bahkan ia mati dalam keadaan menyekutukan Allah. Bahkan dengan tegas Al-Qur'an menyeru kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam,
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi,tetapi Allah memberi  petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya, ..."  (Al-Qashash: 56)
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata." (AI-Fath: 1)
 
Pengarang kitab Dalaa 'ilul Khairaat, pada bagian ke tujuh dari kitabnya mengatakan,

"Ya Allah, limpahkanlah keberkahan untuk Muhammad selama burung-burung merpati berdengkur dan jimat-jimat bermanfaat."

Tamimah yaitu tulang, benang atau lainnya yang dikalungkan di leher anak-anak atau lainnya untuk menangkal atau menolak 'ain (kena mata). Perbuatan tersebut tidak memberi manfaat kepada orang yang mengalungkannya, juga tidak terhadap orang yang dikalungi, bahkan ia adalah di antara perbuatan orang-orang musyrik.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda:
"Barangsiapa mengalungkan jimat maka dia telah berbuat syirik". (HR. Ahmad, hadits shahih)

Lafazh bacaan shalawat di atas, dengan demikian, secara jelas bertentangan dengan kandungan hadits, karena lafazh tersebut menjadikan syirik dan tamimah sebagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
 
Dalam kitab Dalaa 'ilul Khairaat, terdapat lafazh bacaan shalawat sebagai berikut:

"Ya Allah limpahkanlah keberkahan atas Muhammad, sehingga tak tersisa lagi sedikit pun dari keberkahan, dan rahmatilah Muhammad, sehingga tak tersisa sedikit pun dari rahmat."

Lafazh bacaan shalawat di atas, menjadikan keberkahan dan rahmat, yang keduanya merupakan bagian dari sifat-sifat Allah, bisa habis dan binasa. Allah membantah ucapan mereka dengan firman-Nya,

"Katakanlah, 'Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (AI-Kahfi: 109)
 
Shalawat Basyisyiyah. lbnu Basyisy berkata,

"Ya Allah, keluarkanlah aku dari lumpur tauhid. Dan tenggelamkanlah aku dalam mata air lautan keesaan. Dan lemparkanlah aku dalam sifat keesaan sehingga aku tidak melihat, mendengar atau merasakan kecuali dengannya."

Ini adalah ucapan orang-orang yang menganut paham Wahdatul Wujud. Yaitu suatu paham yang mendakwakan bahwa Tuhan dan makhIukNya bisa menjadi satu kesatuan.

Mereka menyangka bahwa tauhid itu penuh dengan lumpur dan kotoran, sehingga mereka berdo'a agar dikeluarkan daripadanya. Selanjutnya, agar ditenggelamkan dalam lautan Wahdatul Wujud. sehingga bisa melihat Tuhannya dalam segala sesuatu. Bahkan hingga seorang pemimpin mereka berkata,

"Dan tiadalah anjing dan babi itu,melainkan keduanya adalah tuhan kita.
Dan tiadalah Allah itu,melainkan pendeta di gereja. "

Orang-orang Nasrani menyekutukan Allah (musyrik) ketika mereka mengatakan bahwa Isa bin Maryam adalah anak Allah. Adapun mereka, menjadikan segenap makhluk secara keseluruhan sebagai sekutu-sekutu Allah! Mahatinggi Allah dan apa yang diucapkan oleh orang-orang musyrik.

Oleh karena itu, wahai saudaraku sesama muslim, berhati-hatilah terhadap lafazh-lafazh bacaan shalawat bid'ah, karena akan menjerumuskanmu dalam perbuatan syirik. Berpegangteguhlah dengan apa yang datang dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam, seorang yang tidak mengatakan sesuatu menurut kehendak hawa nafsunya. Dan janganlah engkau menyeli-sihi petunjuknya,

"Barangsiapa melakukan suatu amalan (dalam agama) yang tidak ada perintah dari kami, maka ia tertolak." (HR. Muslim)

Sumber : Kitab Firqotun An Najiyah karya Syaih Muhammad Jamil Zainu.

Tidak ada komentar: