19 November 2012

KERENTANAN BENCANA: PENDEKATAN YANG SALAH ALAMAT


Pada awal bulan November, tepatnya tanggal 1 – 5 November 2012 lalu di sebuah hotel di bilangan Pacenongan  Jakarta Pusat diselenggarakan 3rd Climate Change Repport 2012. Suatu acara rutin tahunan yang pada tahun ini memasuki putaran ketiga yang diselanggarakan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). Berbagai acara dari diskusi, pameran hingga presentasi hasil-hasil kegiatan tentang perubahan iklim dan kebencanaan di gelar di sana. Pesertanyapun berasal dari perseorangan, LSM, pemerintah, donatur yang peduli lingkungan hingga pelaku dunia usaha.
Kebetulan Direktur kami mendapat undangan pada sesi  dialog dan presentasi “Penilaian Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim” yang diselenggarakan pada tanggal 5 November 2012. Karena ada acara yang lain, maka Direktur kami mendesposisi penulis untuk mewakili dan menghadiri acara tersebut.  Banyak perwakilan LSM, dunia usaha, pemerintah, dunia kampus yang datang di forum itu. Acara kali ini menampilkan 3 pemaparan yang berbeda. Pemapar pertama adalah tim yang terdiri dari konsultan lingkungan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Bappenas yang menampilkan hasil-hasil kajian tentang kerentanan bencana yang ada di Indonesia. Parameter-parameter fisik, infrasetruktur, ekonomi hingga sosial budaya digunakan dalam pendekatan dampak bencana dan kerentannya. Produk dari tim ini adalah peta kerentanan bencana yang ada di seluruh Indonesia. Peta ini berisi informasi mengenagai daerah-daerah yang rentan bencana seperti bencana gunung api, tanah longsor, banjir, hingga bencana akibat perubahan iklim. Namun, sayangnya peta kerentanan ini banyak ditolak oleh pemda kabupaten/kota beserta DPRDnya karena dinggap kualitas data dan pemetaannya tidak mencerminkan daerah yang bersangkutan. Meski demikian ada beberapa kabupaten/kota yang tidak  keberatan dan merasa sangat mebutuhkan data dan peta ini.
Pemapar kedua dari kalangan akademisi dan birokrasi yakni dari Kantor Menteri Lingkungan Hidup. Dalam pemaparan kedua ini cukup menarik. Hal ini karena tim ini telah lebih dari 25 tahun bergelut dengan masalah bencana dan lingkungan hidup, tetapi justru makin lama makin tidak paham tentang konsep-konsep penilaian terhadap kerentanan bencana. Menurutnya, bencana yang ada sekarang lebih intensif dan banyak ragamnya sehingga paramater-parameter yang dipakai menjadi tidak akurat dan tepat. Termasuk cara dan parameter untuk menilai kerentanan bencana di suatu daerah. Hal ini, mengingatkan peristiwa bencana yang terjadi di Yogyakarta beberapa tahun silam. Kala itu semua pakar bencana, lembaga yang peduli bencana, LSM, kelompok masyarakat asyik menyiapkan diri menghadapi kerentanan bencana Gunung Merapi di wilayah utara Yogyakarta, tapi ternyata bencana yang sangat dahsyat terjadi di wilayah selatan kota Yogyakarta. Korban jiwa, harta, rumah dan sebagainya sangat banyak.
Pemapar ketiga adalah salah satu pakar bencana Jepang yang berbicara mengenai bencana di Jepang dan di Indonesia. Beliau membandingkan jenis-jenis bencana yang ada di Jepang dan di Indonesia yang beda. Bahkan secara khusus, pakar dari Jepang ini melihat pengaruh pertanian terhadap gempa di suatu daerah di Bali.Ada perubahan fisik dan kimia tanah, perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian, penutupan saluran irigasi akan mempunyai pengaruh terhadap kerentanan bencana. Wallahu a’lam penilitian ini benar atau salah.
Ada satu hal yang menarik yang dapat ditarik benang merah dari ketiga panelis. Bahwa bencana itu apapun bentuknya adalah sesuatu yang unpredictable dan uncertainly. Unpredictable artinya bencana itu sesuatu yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya, berapa besar kejadian itu, berapa besar dampak yang akan terjadi, berapa lama akan terjadi dan berapa rupiah akan merugikan, berapa nyawa yang menjadi kurban dll. Uncertainly adalah ketidak pastian. Bisa detik ini, bisa menit ini bisa besok, bisa minggu depan dan bisa kapanpun juga. Suatu yang menjadi pertanyaan, sangat aneh apabila mengukur suatu bencana yang tidak bisa diprediksi dan dipastikan, tetapi melihatnya dengan parameter yang berdasar pada rumus-rumus ilmu pasti. Suatu yang tidak dapat diprediksikan dan dipastikan, seharusnya dilihat dari perspektif kacamata yang melebihi hitung-hitungan ilmu pasti dari akal dan nafsu manusia. Karena semua bencana itu pada hakekatnya  adalah  menunjukkan kehendak Allah yang maha sempurna dan maka kuasa. Allah menciptakan bencana tidak lain untuk memberikan peringatan sekaligus ujian bagi hambaNya apakah ia termasuk orang yang mempunyai keimanan atau malah termasuk orang yang kufur. Suatu pendekatan yang salah alamat dan sekaligus salah jalan apabila mendekati permasalahan kerentanan terhadap bencana hanya dengan menggunakan logika akal yang sangat terbatas.
Suatu contoh yang menarik untuk disimak dalam forum ini tatkala membahas masalah perubahan iklim dikaitkan dengan apa yang disebut “efek rumah kaca”. Para pakar yang bergelar Profesor, Doktor di bidang lingkungan, perubahan iklim, sosial, ekonomi, kelautan, ekologi, hukum dll mengatakan bahwa salah satu  cara untuk mengatasi pencairan es di kutub utara adalah adanya peran berbagai pihak untuk tetap menjaga hutan, mengurangi berbagai polusi  yang menyebabkan bocornya lapisan ozon, mengurangi emisi karbon, penggelontoran dana dari negara maju untuk negara berkembang yang masih banyak hutan agar menjaga hutannya. Dan seterusnya. Dan seterusnya. Yang pasti, para pakar itu sesuai latar belakang pendidikannya -yang diwarnai nuansa filsafat barat- memberikan solusi terhadap masalah bencana perubahan iklim dengan cara pandang filsafat yang sangat jauh menyimpang dari pemahaman agama, dimana solusi permasalahan bencana seharusnya didasarkan pada nash-nash dan solusi keagamaan. Yang mereka berikan untuk mengatasi bencana perubahan iklim tidak lain adalah solusi  horisontal keduniawian yang berparameter sosial- budaya, alamiah, ekonomi. Anehnya, mereka telah melupakan solusi dari sejarah dan pengalaman hidup perjalanan manusia itu sendiri pada masa lampau. Para pakar tersebut  sangat kurang belajar dan sangat kurang cerdas dengan ilmu sejarah yang telah diwahyukan oleh Allah lewat rasulNya.  Kalau saja para pakar yang hadir itu mau belajar sejarah perjalanan manusia dari masa ke masa , mereka akan tahu dan paham bahwan berbagai bencana yang terjadi pada masakini telah juga terjadi pada masa lampau.Lihat bagaimana kaum Nabi Nuh ‘Alaihi Salam ditenggelamkan oleh Allah dengan banjir, Kaum Fir’aun ditenggelamkan ke dasar laut tatkala mengejar Nabi Musa ‘Alaihi Salam, Kaum Sodom dan Tsamut yang dibinasakan oleh Allah Ta’ala karena banyak melakukan kemaksiyatan. Para pakar yang hadir dalam forum tersebut, sesuai dengan kepakarannya tidak mampu memberikan jawaban apalagi solusi yang pas tentang masalah kerentanan bencana ini.Para  pakar yang memegang berbagai gelar dunia akademisi yang sangat tinggipun tidak ada bedanya dengan anak SD yang tidak bergelar apapun tatkala bicara solusi terhadap kebencanaan. Ibarat seorang dokter mengobati orang terkena penyakit kencing manis, karena ketidak pahamannya dengan penyakit maka yang diamputasi kaki dan tangan, bukan diobati penyebab kenapa  gula di dalam ginjal tidak bisa diproses jadi energi. Suatu tindakan jahil, dalam masalah bencana yang membawa bencana lain yang fatal bagi dirinya dan orang lain dan masyarakat banyak.
Bocornya lapisan ozon di angkasa yang telah disinyalir menyebabkan sinar ultraviolet menembus bumi dan membawa implikasi kepada mencairnya es di kutub utara telah menyebabkan terjadinya peristiwa “efek rumah kaca”. Efek rumah kaca yang ditakutkan oleh para pakar lingkungan dan ekologi adalah tenggelamnnya beberapa wilayah atau beberapa pulau karena air permukaan laut menaik menutup daerah pingiran pantai yang rendah. Bahkan para pakar mengukur hampir 5 cm kenaikan air laut pertahun  di berbagai belahan dunia. Milyaran dollar di gelontorkan oleh negara penyumbang kerusakan ozon seperti negara USA, dan negara-negara Eropa sebagai kompensasi bagi negara miskin dan berkembang untuk ikut berperan aktif dengan mempertahankan keberadaan hutan. Namun usaha ini  kedepan akan sia-sia, mengingat beberapa sebab :
Pertama : Tidak ada artinya negara-negara maju yang menyumbang terbesar terhadap kebocoran lapisan ozon tetap bersikukuh tidak mau menghentikan kegiatan operasional pabriknya, sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju. Dimana negara tersebut sangat menggantungkan kehidupannnya pada pabrik tersebut. Bagi negara berkembang dan miskin yang banyak hutannya seperti Indonesia, Brazil dan kawasan tropis lainnya, pada saatnya nanti akan menolak gelontoran dana kompensasi tersebut, karena sebagian besar wilayahnya ditetapkan sebagai wilayah hutan yang tidak boleh diubah dan dimanfaatkan. Padahal kebutuhan lahan, pangan, perumahan, sawah, infrastruktur dan lain-lain di negara berkembang akan berkembang pula seiring pertambahan jumlah penduduknya. Perlakuan tidak adil inilah pemicu terjadinya penentangan dan penolakan yang berimplikas pada  intensitas yang semakin meningkat dari efek rumah kaca.
Kedua ; adanya unsur ambiguitas negara-negara maju yang paling besar penyumbang kerusakan ozon dengan penekanan politik dan ekonomi kepada negara berkembang dan miskin. Permasalahan ini pernah penulis tanyakan langsung kepada mantan menteri lingkungan hidup jaman Presiden Gus  Dur sekaligus penulis Buku Etika Lingkungan- DR. Sony Keraf- dalam Kursus Penilai Amdal di IPB,  mengenai ambiguitas negara maju yang tidak mau mengurangi emisi ozon dengan propaganda politik dan ekonomi  dengan menekan negara miskin dan berkembang dengan tidak mau memakai produk-produk dari hasil hutan. Ibaratnya, negera-negara kayalah yang paling besar melakukan pesta merusak lapisan ozon namun negara miskin dan berkembang yang harus “cuci piring” dengan memperluas hutannya dan memboikot produk-produk dari hasil hutan.
Ketiga : Secara sunatullah  terjadinya efek rumah kaca dengan mencairnya es di wilayah kutub utara dan selatan adalah keniscayaan sejarah. Dalam suatu hadist yang sahih di katakan : suatu saat rasulullah setelah shalat subuh terus berkutbah hingga masuk waktu shalat dzuhur. Setelah shalat Dzuhur selesai rasulullah melanjutkan kutbahnya hingga menjelang shalat ashar. Setelah selesai shalat ashar rasulullah melanjutkan kutbahnya hingga masuk shalat maghrib dan setelah selesai dilanjutkan hingga setelah isya’. Kutbah yang beliau sampaikan adalah mengenai hari akhir jaman atau kiamat. Dalam salah satu penjelasan rasulullah, bahwa tanda-tanda akhir jaman yang kecil diantaranya banyaknya terjadinya bencana gempa bumi, tanah longsor, tanah tenggelam dan negeri arab yang gersang dan berpasir akan tumbuh subur tanammnya dan kecukupan air sehingga tanamannya hijau royo-royo seperti jaman dahulu kala. Dari berita firman Allah lewat hadist rasulullah ini jelas sekali bahwa berbagai bencana yang sering terjadi akhir-akhir ini sunatulllah yang tidak dapat dibendung dan ditanggulanggi dengan cara apapun oleh manusia. Tidaklah usaha manusia mampu menghalangi kehendak rabbnya meski dengan berjuta metode dan cara. Apalagi sekedar dengan teori dan parameter hasil logika dan nalar manusia yang mengesampingkan kejernihan hati memamahi qodarullah dan ayat-ayat Allah. Bahkan para ulama menjelaskan efek rumah kaca tersebut sebagai wasilah dalam datangnya akhir jaman. Es yang ada di kutub utara dan selatan mencair telah menambah volume permukaan air di dunia, sehingga pulau-pulau kecil, daratan rendah di tepi pantai mulai tenggelam, interusi air laut terus mendesak ke tengah daratan. Dengan proses yang semakin intensif dan terus menerus maka daerah permukaan tanah yang tinggi lambat laun akan tergenangi air. Daerah-daerah yang sekarang ini masih dalam kategori dataran tinggi dan gersang penuh dengan batu dan pasir sebagaimana negara –negara di Arab Saudi, Mekkah, Madinnah dan negara Timur Tengah lainnya, dengan efek rumah kaca akan mendorong masuknya air sehinggga tanaman yang saat ini terbatas jumlah dan jenisnya, di masa mendatang akan tumbuh berbagai jenis tanaman yang tumbuh subur sehingga akan kelihatan ijo royo-royo dan segar udaranya. Demikian ulama menjelaskan bagaimana hubungan antara kemakmuran negeri-negeri timur tengah di masa mendatang dengan proses terjadinya efek rumah kaca yang terjadi sekarang ini. Dengan demikian kejadian efek rumah kaca adalah bagian dari proses akhir jaman yang Allah tetapkan, dimana siapapun yang menghalangi tak akan mampu menahannya.
SUMBER - SUMBER BENCANA
Sebelum mencari solusi terhadap berabagai jenis bencana yang menimpa umat manusia, alangkah baiknya apabila kita memahami sumber-sumber yang menyebabkan bencana itu datang. Dengan mengetahui sumber-sumber yang menyebabkan bencana datang, maka ada suatu kebaikan dari manusia untuk mencoba menghindarinya sebelum bencana itu datang. Dan setelah bencana datang, maka dengan mengetahui sumber bencana akan memberikan kemudahan untuk  mencegahnya secara tepat dan tidak sembarangan. Berikut ini perkara-perkara yang mendatangkan datangnya bencana berdasar rujukan dari Al Qur’an dan Hadist yang sahih.
1.  GHULUW
Perkara pertama yang menyebabkan Allah menurunkan bencana adalah ghuluw alias berlebih-lebihan dalam beragama. Dalilnya adalah sebagai berikut : Hati-hatilah kalian terhadap perbuatan ghuluw di dalam agama, karena sesungguhnya hancurnya orang-orang sebelum kalian dikarenakan (sikap) ghuluw di dalam agama." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Nasa`i, dan berkata Syaikhul Islam di dalam Iqtidha hal. 06: Sanadnya dengan atas syarat Muslim, dan disepakati oleh Al-Albani di dalam ash-Shahihah 1283)
Pada jaman Nabi Nuh Alaihi Salam, banyak diantaranya yang berlebih-lebihan penghormatannya kepada orang salih. Pembuatan gambar dan patung kepada 2 orang shalih yakni Latta dan ‘Uza pada awalnya bentuk penghormatan atas jasa-jasa baik mereka berdua. Namun pada generasi berikutnya penghormatan yang awalnya baik menjadi pemujaan dan wasilah untuk meminta tolong . Dan akibat dari perbuatan mereka ini ialah kemurkaan Allah atas mereka dengan menenggelamkan mereka dengan adzab-Nya sehingga tidak tertinggal seorang pun dari mereka termasuk anak dan istri beliau sendiri yang kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah berfirman : Dari sebab kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan kemudian dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapatkan seorang penolong pun selain Allah. Dan berkata Nuh: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nuh: 25-26)
As-Suddi berkata dalam menafsirkan ayat ini: "Allah mengabulkan doa Nabi Nuh, maka Allah memusnahkan semua orang-orang kafir yang ada di muka bumi termasuk anak beliau sendiri dikarenakan penentangannya kepada ayahnya." (Tafsir Ibnu Katsir tentang surah Nuh)

2.  MENDUSTAKAN PARA RASUL ALLAH
Perkara kedua yang mendatangkan murka Allah kepada manusia adalah adanya pengingkaran terhadap utusan-utusan Allah. Hal ini sebagaimana tercantum dalam firman Allah : “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali kali tidak akan merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkanNya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” Al Anfaal : (53) Berkata al Imam as Sa’diy dalam menafsirkan ayat ini sebagai berikut : ذَلِكَ    (yang demikian itu adalah) `adzab yang Allah Tabaaraka wa Ta`aala timpakan kepada ummat yang mendustakan para Rasul `Alaihimus Sholaatu was Salaam. Kemudian Allah hilangkan segala bentuk ni`mat dan kesenangan pada mereka  disebabkan dosa-dosa mereka, dan dikarenakan perubahan perubahan yang mereka lakukan atas diri diri mereka sendiri, (sebab Allah tidak akan pernah merobah ni`mat yang telah dianugrahkan kepada suatu kaum), berupa keni`matan Din (Agama) dan dunia. Bahkan Allah Jalla wa `Alaa mengabadikannya serta menambahkan nikmat tersebut bagi mereka jikalau mereka mau bersyukur kepadaNya

3.  PERBUATAN DHALIM
Perkara ketiga yang mendatangkan bencana dihadapan manusia adalah perilaku manusia yang banyak berbuat kedhaliman. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala : ”Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema`afkan sebagian besar (dari kesalahan kesalahanmu”. Asy Syuuraa: (30).
Berkata al Imam as Sa’diy Rahimahullahu Ta`aala dalam menafsirkan ayat ini : “Allah mengkhabarkan bahwa tidaklah menimpa hamba hamba tersebut satu mushibah, pada badan-badan mereka, harta-harta dan anak-anak mereka serta pada apa saja yang mereka cintai, itu adalah merupakan kemulian atas mereka, kecuali disebabkan oleh apa-apa yang telah dihasilkan oleh tangan-tangan mereka dari bentuk kejelekan, dan Allah telah banyak mengampuni kesalahan. Sesungguhnya Allah wa Ta`aala tidak berbuat dzholim terhadap hamba-hambaNya, akan tetapi merekalah yang telah berbuat dzholim atas diri mereka sendiri.” 

4.  MENGINGKARI BERBAGAI NIKMAT ALLAH TA’ALA
Perkara keempat yang mendatangkan azab Allah adalah mengingkari nikmat-nikmat Allah Ta’ala. Hal ini didasarkan kepada firman Allah :
 “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari ni`mat ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” Al-Nahl : (112)
Berkata al Imam as Sa’diy Rahimahullahu ketika menafsirkan ayat ini : Negeri ini adalah Makkah yang mulia, dulunya aman, tentram dan tidak ada seorangpun yang bangkit amarahnya didalam negeri Makkah tersebut. Orang-orang jahiliyah yang awampun menghormati Makkah. Sampai-sampai jika salah seorang dari mereka mendapatkan pembunuh bapaknya dan saudaranya, tidak akan bangkit kemarahannya bersamaan kuatnya egoisme pada mereka dan rasa cinta kesukuan `Arab (suku-isme). Itu merupakan hasil yang diperoleh dari negeri tersebut dalam bentuk keamanan yang sempurna, tidak akan terdapat pada negeri negeri lainnya, dalam bentuk rezqi yang amat luas. Padahal negeri Makkah tidak ada pertanian dan tidak pula pohon-pohonan akan tetapi Allah Jalla wa `Alaa mudahkan bagi negeri Makkah rezqi yang datang dari segala penjuru dunia.

5.  BENCANA DATANG KARENA PERBUATAN TANGAN-TANGAN MANUSIA
Perkara kelima yang mendatangkan azab Allah adalah ulah tangan manusia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam firmanNya : “Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar.” Ar Ruum : (41).
As Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy berkata dalam menafsirkan ayat ini : “Maksudnya : Telah jelas kerusakan di daratan dan di lautan, artinya : rusaknya kehidupan mereka dan kurangnya, dan diliputi oleh musibah-musibah. Pada diri mereka dalam bentuk penyakit serta penyakit menular, dan selainnya. Kesemua itu disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan mereka, dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang rusak dan merusak, pada dasarnya.Ini disebutkan :“supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka”, maksudnya: agar mereka mengetahui bahwa akan dibalas atas perbuatan-perbuatan mereka, maka disegerakan atas mereka balasan itu sebagai contoh, dari bentuk balasan perbuatan mereka di dunia.“semoga mereka kembali kepada jalan yang benar.” Maksudnya; dari perbuatan-perbuatan mereka, telah menghasilkan dari bentuk kerusakan apa-apa yang telah dihasilkan oleh perbuatan itu. Supaya baik dan tenang keadaan mereka. Maha Suci Dzat yang sangat Penyayang dengan cobaanNya, yang Maha Pemberi keutamaan pada musibah-musibahNya, kalau tidak demikian, kalau seandainya Allah Subhaana wa Ta`aala menimpakan musibah atas mereka, dikarenakan apa-apa yang telah mereka lakukan, sudah tentu Allah `Azza wa Jalla tidak akan menyisakan seekor hewanpun di permukaan bumi ini.”

6.   PERBUATAN SYIRIK DAN MAKSIYAT
Perkara keenam yang mendatangkan azab Allah adalah perbuatan manusia yang mengandung kemaksiyatan. Dalilnya adalah firman Allah :
Ia tidak akan menurunkan bala dan bencana atas suatu kaum kecuali karena perbuatan ma`shiat, dosa serta pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah Allah, lebih-lebih karena jauhnya mereka dari Tauhid serta tersebar luasnya berbagai perbuatan syirik di banyak negara-negara Islam. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya banyak fitnah, cobaan, ujian dan berbagai musibah yang diturunkan Allah Tabaaraka wa Ta`aala atas mereka. Kesemua itu tidak akan hilang kecuali mereka kembali mentauhidkan Allah Jalla wa `Alaa-dengan ber`ibadat kepadaNya saja serta meninggalkan seluruh bentuk kesyirikan, bid`ah, khurafat-khurafat dan tahayul serta ma`shiat-ma`shiat. Dan juga menegakkan syari`at-syari`atNYA baik terhadap pribadi maupun masyarakat.Akan tetapi kesyirikan yang mereka lakukan setelah ni`mat Kami atas mereka, dalam bentuk keselamatan dari lautan, akibatnya, kufur dengan apa yang telah Kami berikan pada mereka, ditukar keni`matan dengan kejelekan, supaya sempurna kesenangan-kesenangan yang mereka ni`mati di dunia, sebagaimana bersenang-senangnya binatang ternak, tidak ada bagi mereka kepentingan kecuali hanya untuk perut dan kemaluan mereka.” Kebanyakan dari ummat Islam pada hari ini, manakala ditimpa musibah, mereka memohon pertolongan kepada selain Allah Subhaana wa Ta`aala, mereka menyeru ya Rasulallahi!, ya as Syaikh Jailani!, ya as Syaikh Rifaa`iiy!, ya as Syaikh Marghaniy!,  ya as Syaikh Badawiy!, ya as Syaikh `Arob!…” dan sebagainya.  Mereka menyekutukan Allah Tabaaraka wa Ta`aala diwaktu sempit dan lapang, sangat berbeda sekali dengan ummat jahiliyah di zaman Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam, dimana mereka melakukan kesyirikan kepada Allah `Azza wa Jalla diwaktu lapang saja; sedangkan diwaktu sempit dan terjepit mereka betul-betul meng-ikhlashkan per`ibadatan mereka kepadaNya saja, sebagaimana yang kita saksikan pada ayat yang di atas (al `Ankabuut 65). Mereka menyelisihi perkataan Rabb mereka dan perkataan Rasul mereka Shollallahu `alaihi wa Sallam!!

7.  KESOMBONGAN ATAU CONGKAK
Perkara ketujuh yang mendatangkan azab Allah adalah sikap sombong atau congkak.Dalil mengenai perkara ini adalah : Dan demikian juga dipeperangan Hunein ketika berkata sebahagian kaum muslimiin : “Sekali-kali kita tidak akan dikalahkan oleh jumlah yang sedikit.”
Maka terjadilah serangan kuat dari musuh, Allah Tabaaraka wa Ta`aala juga mencela mereka atas perbuatan tersebut dengan perkataanNya “Dan ingatlah peperangan Hunein, yaitu diwaktu kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak akan memberikan manfa`at kepada kalian sedikitpun.”
At Taubah : (25).As Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy berkata : “Maksudnya; tidak akan memberi manfa`at kepada kalian sedikitpun atau banyak.”  `Umar bin al Khatthaab radhiallahu `anhu pernah menulis  kepada pimpinan perang Sa`ad bin Abi Waqqash di al `Iraaq : “Janganlah kalian mengatakan sesungguhnya musuh kita lebih jelek dari kita maka sekali-kali tidak akan berkuasa atas kita, kadang-kadang bisa jadi dikuasakan atas satu qaum seseorang yang lebih jelek dari mereka, sebagaimana dikuasakan atas bani Israaiil kuffarul majuusi takkala mereka telah melakukan ma`aashiy (ma`shiat-ma`shiat), mintalah pertolongan kepada Allah atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian minta pertolongan kepadaNya dari musuh kalian.”

SOLUSI UNTUK MENCEGAH DATANGNYA BENCANA
Setelah memahami sumber-sumber yang menyebabkan Allah mendatangkan bencana kepada manusia, kini menjadi jelas persoalan untuk mengatasinya. Suatu kesalahan yang luar biasa fatalnya tatkala manusia ingin menghindari atau mencegah datangnya bencana dengan berpaku kepada hasil pengamatan panca indera yang disertai rumus-rumus empiris yang berdasar parameter ilmu pasti. Islam sebagai agama yang fitrah, lengkap dan sempurna telah mengajarkan bagaimana mensikapi datangnya bencana dan bagaimana agar terhindar dari datangnya bencana. Perkara bencana adalah perkara yang besar dan bukan main-main sehingga Allah dengan firmanNya dan rasulullah dengan sabdanya mengabarkan bencana  beserta solusinya kepada umatnya. Tidaklah hal yang sangat penting dan besar, jika Allah dan rasulNya tidak mengabarkannya dalam Al Quran dan  Al Hadist. Karena sebaik-baik kitab adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk rasulullah, maka petunjuk Allah dan rasulNya yang harus dipedomani dan diikuti dibanding petunjuk-petunjuk dari manusia yang amat sangat banyak kelemahan dan kekurang sempurnaan.
Langkah-langkah untuk mencegah datangya bencana adalah :
·  Berdo’a kepada Allah Ta’ala agar kita dijauhkan dari segala bencana yang akan menimpanya. Karena hanya Allah yang tahu kapan dan dimana bencana itu datang. Sehingga kita wajib meminta tolong hanya kepada Allah agar terhindar dari bencana tersebut;
·  Mendatangi majelis ilmu. Dengan mendatangi majelis ilmu, maka kebodohan akan hilang, perkara-perkara yang merusak dan mendatangkan kemaksiyatan akan dipahami sehingga kita memahami dan mensikapi datangnya bencana dengan ikhlash dan tetap memegang nilai nilai ketauhidan tanpa terpengaruh terhadap kesyirikan;
·  Mengamalkan ilmu yang didapat dalam majelis ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mendatangi majelis ilmu Insya Allah ilmu bertambah, amalan akan semakin benar dan lurus, kesalahan dalam ibadah akan terkurangi sehingga aqidahpun akan lurus sehingga musibah dan bencana yang Allah turunkan akan bisa disikapi secara benar;
·  Mendakwahkan ilmu yang didapat.Terutama dakwah tentang ketauhidan dan sunnah.Hal ini sangat penting mengingat ketauhidan dan berpegang pada sunnah adalah pondasi untuk mencegah datangnya bencana. Kalau kita lihat sumber-sumber bencana datang diatas jelas sekali kesyirikan, kebid’ahan, kemaksiyatan, ke congkakan adalah sumber utama penyebab datangnya azab Allah. Dakwah tauhid yang menjauhkan syirik, dakwah sunnah yang menjauhkan bid’ah, akhlak yang mulia yang menjauhkan dari sifat dzalim dan sombong menjadi prioritas setiap muslim sesuai kapasitas dalam dakwahnya. Sangatlah salah dan aneh orang menganggap dakwah tauhid, sunnah dan akhlakul qarimah sebagai dakwah yang sudah ketinggalan jaman dan tidak dibutuhkan lagi. Padahal telah jelas prioritas dakwah semua nabi dan rasul adalah menegakkan ketauhidan, menjaga sunnah-sunnahnya, dan akhlaku qarimah. Dan terbukti sudah, bahwa hingga detik ini ketiga hal tersebut masih sangat relevan dan urgent untuk di dakwahkan mengingat bencana-demi bencana terus terjadi dalam skala makin luas dan intensif sebagai bukti sabda rasulullah bahwa salah satu ciri akhir jaman adalah banyaknya bencana dimana-mana.
·   Bersabar atas qodarullah dan dalam berdakwah. Karena hanya sabar dan shalatlah yang menjadi pintu untuk mendapatkan pertolongan Allah Ta’ala. Hanya orang-orang yang sabar tatkala mendapat musibah, yang sabar dalam meninggalkan ketaatan, yang sabar karena ketaatan menegakkan agama Allah, yang Allah janjikan kenikmatan yang sangat agung dan mulia yaitu masuk ke dalam jannah.

PENUTUP
Membahas masalah bencana bukanlah masalah yang sederhana dan sepele. Sebaliknya bencana adalah perkara yang luar biasa besar yang menimpa tiap zaman dan tiap generasi. Begitu besar persoalan bencana, maka Allah  ta’ala dengan firmanNya dan rasulullah dengan sabdanya menjelaskan tentang sumber-sumber bencana dan solusi menghadapinya. Suatu yang aneh dan ganjil, persoalan bencana hanya dilihat dari kacamata aqal manusia dan manusia dengan aqalnya mencoba mencari solusi untuk menghadapi datangnya bencana. Maka tidaklah mengherankan pengelontoran uang milyaran dollar amerika bukan solusi yang ampuh untuk mengatasi bencana. Hal ini dikarenakan salah alamat atau salah jalan...

Jakarta, 16 November 2012
Abu nada..

Tidak ada komentar: