Pada awal bulan November,
tepatnya tanggal 1 – 5 November 2012 lalu di sebuah hotel di bilangan
Pacenongan Jakarta Pusat diselenggarakan
3rd Climate Change Repport 2012. Suatu acara rutin tahunan yang pada tahun ini
memasuki putaran ketiga yang diselanggarakan oleh Dewan Nasional Perubahan
Iklim (DNPI). Berbagai acara dari diskusi, pameran hingga presentasi
hasil-hasil kegiatan tentang perubahan iklim dan kebencanaan di gelar di sana.
Pesertanyapun berasal dari perseorangan, LSM, pemerintah, donatur yang peduli
lingkungan hingga pelaku dunia usaha.
Kebetulan Direktur kami
mendapat undangan pada sesi dialog dan
presentasi “Penilaian Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim” yang diselenggarakan
pada tanggal 5 November 2012. Karena ada acara yang lain, maka Direktur kami
mendesposisi penulis untuk mewakili dan menghadiri acara tersebut. Banyak perwakilan LSM, dunia usaha,
pemerintah, dunia kampus yang datang di forum itu. Acara kali ini menampilkan 3
pemaparan yang berbeda. Pemapar pertama adalah tim yang terdiri dari konsultan
lingkungan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Bappenas yang menampilkan
hasil-hasil kajian tentang kerentanan bencana yang ada di Indonesia.
Parameter-parameter fisik, infrasetruktur, ekonomi hingga sosial budaya digunakan
dalam pendekatan dampak bencana dan kerentannya. Produk dari tim ini adalah peta
kerentanan bencana yang ada di seluruh Indonesia. Peta ini berisi informasi
mengenagai daerah-daerah yang rentan bencana seperti bencana gunung api, tanah
longsor, banjir, hingga bencana akibat perubahan iklim. Namun, sayangnya peta
kerentanan ini banyak ditolak oleh pemda kabupaten/kota beserta DPRDnya karena
dinggap kualitas data dan pemetaannya tidak mencerminkan daerah yang
bersangkutan. Meski demikian ada beberapa kabupaten/kota yang tidak keberatan dan merasa sangat mebutuhkan data
dan peta ini.
Pemapar kedua dari
kalangan akademisi dan birokrasi yakni dari Kantor Menteri Lingkungan Hidup.
Dalam pemaparan kedua ini cukup menarik. Hal ini karena tim ini telah lebih
dari 25 tahun bergelut dengan masalah bencana dan lingkungan hidup, tetapi
justru makin lama makin tidak paham tentang konsep-konsep penilaian terhadap
kerentanan bencana. Menurutnya, bencana yang ada sekarang lebih intensif dan
banyak ragamnya sehingga paramater-parameter yang dipakai menjadi tidak akurat
dan tepat. Termasuk cara dan parameter untuk menilai kerentanan bencana di
suatu daerah. Hal ini, mengingatkan peristiwa bencana yang terjadi di
Yogyakarta beberapa tahun silam. Kala itu semua pakar bencana, lembaga yang
peduli bencana, LSM, kelompok masyarakat asyik menyiapkan diri menghadapi
kerentanan bencana Gunung Merapi di wilayah utara Yogyakarta, tapi ternyata
bencana yang sangat dahsyat terjadi di wilayah selatan kota Yogyakarta. Korban
jiwa, harta, rumah dan sebagainya sangat banyak.
Pemapar ketiga adalah
salah satu pakar bencana Jepang yang berbicara mengenai bencana di Jepang dan
di Indonesia. Beliau membandingkan jenis-jenis bencana yang ada di Jepang dan
di Indonesia yang beda. Bahkan secara khusus, pakar dari Jepang ini melihat
pengaruh pertanian terhadap gempa di suatu daerah di Bali.Ada perubahan fisik
dan kimia tanah, perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian, penutupan
saluran irigasi akan mempunyai pengaruh terhadap kerentanan bencana. Wallahu
a’lam penilitian ini benar atau salah.
Ada satu hal yang menarik
yang dapat ditarik benang merah dari ketiga panelis. Bahwa bencana itu apapun
bentuknya adalah sesuatu yang unpredictable dan uncertainly. Unpredictable
artinya bencana itu sesuatu yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya, berapa
besar kejadian itu, berapa besar dampak yang akan terjadi, berapa lama akan
terjadi dan berapa rupiah akan merugikan, berapa nyawa yang menjadi kurban dll.
Uncertainly adalah ketidak pastian. Bisa detik ini, bisa menit ini bisa
besok, bisa minggu depan dan bisa kapanpun juga. Suatu yang menjadi pertanyaan,
sangat aneh apabila mengukur suatu bencana yang tidak bisa diprediksi dan
dipastikan, tetapi melihatnya dengan parameter yang berdasar pada rumus-rumus
ilmu pasti. Suatu yang tidak dapat diprediksikan dan dipastikan, seharusnya
dilihat dari perspektif kacamata yang melebihi hitung-hitungan ilmu pasti dari
akal dan nafsu manusia. Karena semua bencana itu pada hakekatnya adalah
menunjukkan kehendak Allah yang maha sempurna dan maka kuasa. Allah menciptakan
bencana tidak lain untuk memberikan peringatan sekaligus ujian bagi hambaNya
apakah ia termasuk orang yang mempunyai keimanan atau malah termasuk orang yang
kufur. Suatu pendekatan yang salah alamat dan sekaligus salah jalan apabila
mendekati permasalahan kerentanan terhadap bencana hanya dengan menggunakan
logika akal yang sangat terbatas.
Suatu contoh yang menarik
untuk disimak dalam forum ini tatkala membahas masalah perubahan iklim
dikaitkan dengan apa yang disebut “efek rumah kaca”. Para pakar
yang bergelar Profesor, Doktor di bidang lingkungan, perubahan iklim, sosial,
ekonomi, kelautan, ekologi, hukum dll mengatakan bahwa salah satu cara untuk mengatasi pencairan es di kutub
utara adalah adanya peran berbagai pihak untuk tetap menjaga hutan, mengurangi
berbagai polusi yang menyebabkan
bocornya lapisan ozon, mengurangi emisi karbon, penggelontoran dana dari negara
maju untuk negara berkembang yang masih banyak hutan agar menjaga hutannya. Dan
seterusnya. Dan seterusnya. Yang pasti, para pakar itu sesuai latar belakang
pendidikannya -yang diwarnai nuansa filsafat barat- memberikan solusi terhadap
masalah bencana perubahan iklim dengan cara pandang filsafat yang sangat jauh
menyimpang dari pemahaman agama, dimana solusi permasalahan bencana seharusnya
didasarkan pada nash-nash dan solusi keagamaan. Yang mereka berikan untuk
mengatasi bencana perubahan iklim tidak lain adalah solusi horisontal keduniawian yang berparameter sosial-
budaya, alamiah, ekonomi. Anehnya, mereka telah melupakan solusi dari sejarah
dan pengalaman hidup perjalanan manusia itu sendiri pada masa lampau. Para
pakar tersebut sangat kurang belajar dan
sangat kurang cerdas dengan ilmu sejarah yang telah diwahyukan oleh Allah lewat
rasulNya. Kalau saja para pakar yang
hadir itu mau belajar sejarah perjalanan manusia dari masa ke masa , mereka
akan tahu dan paham bahwan berbagai bencana yang terjadi pada masakini telah
juga terjadi pada masa lampau.Lihat bagaimana kaum Nabi Nuh ‘Alaihi Salam
ditenggelamkan oleh Allah dengan banjir, Kaum Fir’aun ditenggelamkan ke dasar
laut tatkala mengejar Nabi Musa ‘Alaihi Salam, Kaum Sodom dan Tsamut yang
dibinasakan oleh Allah Ta’ala karena banyak melakukan kemaksiyatan. Para pakar
yang hadir dalam forum tersebut, sesuai dengan kepakarannya tidak mampu
memberikan jawaban apalagi solusi yang pas tentang masalah kerentanan bencana
ini.Para pakar yang memegang berbagai
gelar dunia akademisi yang sangat tinggipun tidak ada bedanya dengan anak SD
yang tidak bergelar apapun tatkala bicara solusi terhadap kebencanaan. Ibarat seorang
dokter mengobati orang terkena penyakit kencing manis, karena ketidak
pahamannya dengan penyakit maka yang diamputasi kaki dan tangan, bukan diobati
penyebab kenapa gula di dalam ginjal
tidak bisa diproses jadi energi. Suatu tindakan jahil, dalam masalah
bencana yang membawa bencana lain yang fatal bagi dirinya dan orang lain dan
masyarakat banyak.
Bocornya lapisan ozon di
angkasa yang telah disinyalir menyebabkan sinar ultraviolet menembus bumi dan
membawa implikasi kepada mencairnya es di kutub utara telah menyebabkan
terjadinya peristiwa “efek rumah kaca”. Efek rumah kaca yang
ditakutkan oleh para pakar lingkungan dan ekologi adalah tenggelamnnya beberapa
wilayah atau beberapa pulau karena air permukaan laut menaik menutup daerah
pingiran pantai yang rendah. Bahkan para pakar mengukur hampir 5 cm kenaikan
air laut pertahun di berbagai belahan
dunia. Milyaran dollar di gelontorkan oleh negara penyumbang kerusakan ozon
seperti negara USA, dan negara-negara Eropa sebagai kompensasi bagi negara
miskin dan berkembang untuk ikut berperan aktif dengan mempertahankan
keberadaan hutan. Namun usaha ini kedepan akan sia-sia, mengingat beberapa sebab
:
Pertama : Tidak ada
artinya negara-negara maju yang menyumbang terbesar terhadap kebocoran lapisan
ozon tetap bersikukuh tidak mau menghentikan kegiatan operasional pabriknya,
sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju. Dimana negara tersebut sangat
menggantungkan kehidupannnya pada pabrik tersebut. Bagi negara berkembang dan
miskin yang banyak hutannya seperti Indonesia, Brazil dan kawasan tropis lainnya,
pada saatnya nanti akan menolak gelontoran dana kompensasi tersebut, karena
sebagian besar wilayahnya ditetapkan sebagai wilayah hutan yang tidak boleh
diubah dan dimanfaatkan. Padahal kebutuhan lahan, pangan, perumahan, sawah,
infrastruktur dan lain-lain di negara berkembang akan berkembang pula seiring
pertambahan jumlah penduduknya. Perlakuan tidak adil inilah pemicu terjadinya
penentangan dan penolakan yang berimplikas pada
intensitas yang semakin meningkat dari efek rumah kaca.
Kedua ; adanya unsur
ambiguitas negara-negara maju yang paling besar penyumbang kerusakan ozon
dengan penekanan politik dan ekonomi kepada negara berkembang dan miskin.
Permasalahan ini pernah penulis tanyakan langsung kepada mantan menteri
lingkungan hidup jaman Presiden Gus Dur
sekaligus penulis Buku Etika Lingkungan- DR. Sony Keraf- dalam Kursus Penilai
Amdal di IPB, mengenai ambiguitas negara
maju yang tidak mau mengurangi emisi ozon dengan propaganda politik dan
ekonomi dengan menekan negara miskin dan
berkembang dengan tidak mau memakai produk-produk dari hasil hutan. Ibaratnya,
negera-negara kayalah yang paling besar melakukan pesta merusak lapisan ozon
namun negara miskin dan berkembang yang harus “cuci piring” dengan memperluas
hutannya dan memboikot produk-produk dari hasil hutan.
Ketiga : Secara
sunatullah terjadinya efek rumah kaca
dengan mencairnya es di wilayah kutub utara dan selatan adalah keniscayaan
sejarah. Dalam suatu hadist yang sahih di katakan : suatu saat rasulullah
setelah shalat subuh terus berkutbah hingga masuk waktu shalat dzuhur. Setelah
shalat Dzuhur selesai rasulullah melanjutkan kutbahnya hingga menjelang shalat
ashar. Setelah selesai shalat ashar rasulullah melanjutkan kutbahnya hingga
masuk shalat maghrib dan setelah selesai dilanjutkan hingga setelah isya’.
Kutbah yang beliau sampaikan adalah mengenai hari akhir jaman atau kiamat.
Dalam salah satu penjelasan rasulullah, bahwa tanda-tanda akhir jaman yang
kecil diantaranya banyaknya terjadinya bencana gempa bumi, tanah longsor, tanah
tenggelam dan negeri arab yang gersang dan berpasir akan tumbuh subur tanammnya
dan kecukupan air sehingga tanamannya hijau royo-royo seperti jaman dahulu
kala. Dari berita firman Allah lewat hadist rasulullah ini jelas sekali bahwa
berbagai bencana yang sering terjadi akhir-akhir ini sunatulllah yang tidak
dapat dibendung dan ditanggulanggi dengan cara apapun oleh manusia. Tidaklah
usaha manusia mampu menghalangi kehendak rabbnya meski dengan berjuta metode
dan cara. Apalagi sekedar dengan teori dan parameter hasil logika dan nalar
manusia yang mengesampingkan kejernihan hati memamahi qodarullah dan ayat-ayat
Allah. Bahkan para ulama menjelaskan efek rumah kaca tersebut sebagai wasilah
dalam datangnya akhir jaman. Es yang ada di kutub utara dan selatan mencair
telah menambah volume permukaan air di dunia, sehingga pulau-pulau kecil,
daratan rendah di tepi pantai mulai tenggelam, interusi air laut terus mendesak
ke tengah daratan. Dengan proses yang semakin intensif dan terus menerus maka
daerah permukaan tanah yang tinggi lambat laun akan tergenangi air.
Daerah-daerah yang sekarang ini masih dalam kategori dataran tinggi dan gersang
penuh dengan batu dan pasir sebagaimana negara –negara di Arab Saudi, Mekkah,
Madinnah dan negara Timur Tengah lainnya, dengan efek rumah kaca akan mendorong
masuknya air sehinggga tanaman yang saat ini terbatas jumlah dan jenisnya, di
masa mendatang akan tumbuh berbagai jenis tanaman yang tumbuh subur sehingga
akan kelihatan ijo royo-royo dan segar udaranya. Demikian ulama menjelaskan
bagaimana hubungan antara kemakmuran negeri-negeri timur tengah di masa
mendatang dengan proses terjadinya efek rumah kaca yang terjadi sekarang ini. Dengan
demikian kejadian efek rumah kaca adalah bagian dari proses akhir jaman yang
Allah tetapkan, dimana siapapun yang menghalangi tak akan mampu menahannya.
SUMBER - SUMBER BENCANA
Sebelum mencari solusi
terhadap berabagai jenis bencana yang menimpa umat manusia, alangkah baiknya
apabila kita memahami sumber-sumber yang menyebabkan bencana itu datang. Dengan
mengetahui sumber-sumber yang menyebabkan bencana datang, maka ada suatu
kebaikan dari manusia untuk mencoba menghindarinya sebelum bencana itu datang.
Dan setelah bencana datang, maka dengan mengetahui sumber bencana akan
memberikan kemudahan untuk mencegahnya
secara tepat dan tidak sembarangan. Berikut ini perkara-perkara yang
mendatangkan datangnya bencana berdasar rujukan dari Al Qur’an dan Hadist yang
sahih.
1.
GHULUW
Perkara pertama yang menyebabkan Allah menurunkan bencana
adalah ghuluw alias berlebih-lebihan dalam beragama. Dalilnya adalah sebagai
berikut : Hati-hatilah kalian
terhadap perbuatan ghuluw di dalam agama, karena sesungguhnya hancurnya
orang-orang sebelum kalian dikarenakan (sikap) ghuluw di dalam agama." (HR.
Ahmad, Ibnu Majah, Nasa`i, dan berkata Syaikhul Islam di dalam Iqtidha hal. 06:
Sanadnya dengan atas syarat Muslim, dan disepakati oleh Al-Albani di dalam
ash-Shahihah 1283)
Pada jaman Nabi Nuh Alaihi Salam, banyak diantaranya yang
berlebih-lebihan penghormatannya kepada orang salih. Pembuatan gambar dan
patung kepada 2 orang shalih yakni Latta dan ‘Uza pada awalnya bentuk
penghormatan atas jasa-jasa baik mereka berdua. Namun pada generasi berikutnya
penghormatan yang awalnya baik menjadi pemujaan dan wasilah untuk meminta tolong
. Dan akibat dari perbuatan mereka ini ialah kemurkaan Allah atas mereka dengan
menenggelamkan mereka dengan adzab-Nya sehingga tidak tertinggal seorang pun
dari mereka termasuk anak dan istri beliau sendiri yang kafir kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Allah berfirman : Dari sebab
kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan kemudian dimasukkan ke
neraka, maka mereka tidak mendapatkan seorang penolong pun selain Allah. Dan
berkata Nuh: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun dari
orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nuh: 25-26)
As-Suddi berkata dalam menafsirkan ayat ini: "Allah mengabulkan doa Nabi Nuh, maka Allah memusnahkan semua orang-orang kafir yang ada di muka bumi termasuk anak beliau sendiri dikarenakan penentangannya kepada ayahnya." (Tafsir Ibnu Katsir tentang surah Nuh)
As-Suddi berkata dalam menafsirkan ayat ini: "Allah mengabulkan doa Nabi Nuh, maka Allah memusnahkan semua orang-orang kafir yang ada di muka bumi termasuk anak beliau sendiri dikarenakan penentangannya kepada ayahnya." (Tafsir Ibnu Katsir tentang surah Nuh)
2. MENDUSTAKAN PARA RASUL ALLAH
Perkara kedua yang mendatangkan murka Allah kepada manusia adalah adanya
pengingkaran terhadap utusan-utusan Allah. Hal ini sebagaimana tercantum dalam
firman Allah : “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah
sekali kali tidak akan merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkanNya
kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka
sendiri.” Al Anfaal : (53) Berkata al Imam as Sa’diy dalam menafsirkan ayat ini sebagai berikut : ذَلِكَ
(yang demikian itu adalah) `adzab yang Allah Tabaaraka wa Ta`aala timpakan
kepada ummat yang mendustakan para Rasul `Alaihimus Sholaatu was Salaam.
Kemudian Allah hilangkan segala bentuk ni`mat dan kesenangan pada mereka
disebabkan dosa-dosa mereka, dan dikarenakan perubahan perubahan yang mereka
lakukan atas diri diri mereka sendiri, (sebab Allah tidak akan pernah merobah
ni`mat yang telah dianugrahkan kepada suatu kaum), berupa keni`matan Din
(Agama) dan dunia. Bahkan Allah Jalla
wa `Alaa mengabadikannya serta menambahkan nikmat tersebut bagi mereka jikalau
mereka mau bersyukur kepadaNya
3. PERBUATAN DHALIM
Perkara ketiga yang mendatangkan bencana dihadapan manusia adalah perilaku
manusia yang banyak berbuat kedhaliman. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala : ”Dan apa saja
musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian
sendiri, dan Allah mema`afkan sebagian besar (dari kesalahan kesalahanmu”. Asy Syuuraa:
(30).
Berkata al Imam as Sa’diy
Rahimahullahu Ta`aala dalam menafsirkan ayat ini : “Allah mengkhabarkan bahwa
tidaklah menimpa hamba hamba tersebut satu mushibah, pada badan-badan mereka,
harta-harta dan anak-anak mereka serta pada apa saja yang mereka cintai, itu
adalah merupakan kemulian atas mereka, kecuali disebabkan oleh apa-apa yang
telah dihasilkan oleh tangan-tangan mereka dari bentuk kejelekan, dan Allah
telah banyak mengampuni kesalahan. Sesungguhnya Allah wa Ta`aala tidak
berbuat dzholim terhadap hamba-hambaNya, akan tetapi merekalah yang telah
berbuat dzholim atas diri mereka sendiri.”
4. MENGINGKARI BERBAGAI NIKMAT ALLAH TA’ALA
Perkara keempat
yang mendatangkan azab Allah adalah mengingkari nikmat-nikmat Allah Ta’ala. Hal
ini didasarkan kepada firman Allah :
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan
(dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari
ni`mat ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan
dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” Al-Nahl : (112)
Berkata al Imam as Sa’diy Rahimahullahu ketika menafsirkan ayat ini : Negeri ini adalah Makkah yang mulia, dulunya aman, tentram dan tidak ada seorangpun yang bangkit amarahnya didalam negeri Makkah tersebut. Orang-orang jahiliyah yang awampun menghormati Makkah. Sampai-sampai jika salah seorang dari mereka mendapatkan pembunuh bapaknya dan saudaranya, tidak akan bangkit kemarahannya bersamaan kuatnya egoisme pada mereka dan rasa cinta kesukuan `Arab (suku-isme). Itu merupakan hasil yang diperoleh dari negeri tersebut dalam bentuk keamanan yang sempurna, tidak akan terdapat pada negeri negeri lainnya, dalam bentuk rezqi yang amat luas. Padahal negeri Makkah tidak ada pertanian dan tidak pula pohon-pohonan akan tetapi Allah Jalla wa `Alaa mudahkan bagi negeri Makkah rezqi yang datang dari segala penjuru dunia.
Berkata al Imam as Sa’diy Rahimahullahu ketika menafsirkan ayat ini : Negeri ini adalah Makkah yang mulia, dulunya aman, tentram dan tidak ada seorangpun yang bangkit amarahnya didalam negeri Makkah tersebut. Orang-orang jahiliyah yang awampun menghormati Makkah. Sampai-sampai jika salah seorang dari mereka mendapatkan pembunuh bapaknya dan saudaranya, tidak akan bangkit kemarahannya bersamaan kuatnya egoisme pada mereka dan rasa cinta kesukuan `Arab (suku-isme). Itu merupakan hasil yang diperoleh dari negeri tersebut dalam bentuk keamanan yang sempurna, tidak akan terdapat pada negeri negeri lainnya, dalam bentuk rezqi yang amat luas. Padahal negeri Makkah tidak ada pertanian dan tidak pula pohon-pohonan akan tetapi Allah Jalla wa `Alaa mudahkan bagi negeri Makkah rezqi yang datang dari segala penjuru dunia.
5. BENCANA DATANG KARENA PERBUATAN TANGAN-TANGAN MANUSIA
Perkara kelima
yang mendatangkan azab Allah adalah ulah tangan manusia. Hal ini sebagaimana
tercantum dalam firmanNya : “Telah tampak kerusakan di daratan
dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali kepada jalan yang benar.” Ar Ruum : (41).
As Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy berkata dalam menafsirkan ayat ini :
“Maksudnya : Telah jelas kerusakan di daratan dan di lautan, artinya : rusaknya
kehidupan mereka dan kurangnya, dan diliputi oleh musibah-musibah. Pada diri mereka
dalam bentuk penyakit serta penyakit menular, dan selainnya. Kesemua itu
disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan mereka, dalam bentuk
perbuatan-perbuatan yang rusak dan merusak, pada dasarnya.Ini disebutkan
:“supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka”, maksudnya: agar mereka mengetahui bahwa akan dibalas atas
perbuatan-perbuatan mereka, maka disegerakan atas mereka balasan itu sebagai
contoh, dari bentuk balasan perbuatan mereka di dunia.“semoga mereka kembali
kepada jalan yang benar.” Maksudnya; dari perbuatan-perbuatan mereka, telah
menghasilkan dari bentuk kerusakan apa-apa yang telah dihasilkan oleh perbuatan
itu. Supaya baik dan tenang keadaan mereka. Maha Suci Dzat yang
sangat Penyayang dengan cobaanNya, yang Maha Pemberi keutamaan pada musibah-musibahNya,
kalau tidak demikian, kalau seandainya Allah Subhaana wa Ta`aala menimpakan
musibah atas mereka, dikarenakan apa-apa yang telah mereka lakukan, sudah tentu
Allah `Azza wa Jalla tidak akan menyisakan seekor hewanpun di permukaan bumi ini.”
6. PERBUATAN SYIRIK DAN MAKSIYAT
Perkara keenam
yang mendatangkan azab Allah adalah perbuatan manusia yang mengandung
kemaksiyatan. Dalilnya adalah firman Allah :
Ia tidak akan menurunkan bala dan bencana atas suatu kaum kecuali karena
perbuatan ma`shiat, dosa serta pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah
Allah, lebih-lebih karena jauhnya mereka dari Tauhid serta tersebar luasnya
berbagai perbuatan syirik di banyak negara-negara Islam. Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya banyak fitnah, cobaan, ujian dan berbagai musibah yang
diturunkan Allah Tabaaraka wa Ta`aala atas mereka. Kesemua itu tidak akan
hilang kecuali mereka kembali mentauhidkan Allah Jalla wa `Alaa-dengan
ber`ibadat kepadaNya saja serta meninggalkan seluruh bentuk kesyirikan, bid`ah,
khurafat-khurafat dan tahayul serta ma`shiat-ma`shiat. Dan juga menegakkan
syari`at-syari`atNYA baik terhadap pribadi maupun masyarakat.Akan tetapi
kesyirikan yang mereka lakukan setelah ni`mat Kami atas mereka, dalam bentuk
keselamatan dari lautan, akibatnya, kufur dengan apa yang telah Kami berikan
pada mereka, ditukar keni`matan dengan kejelekan, supaya sempurna
kesenangan-kesenangan yang mereka ni`mati di dunia, sebagaimana
bersenang-senangnya binatang ternak, tidak ada bagi mereka kepentingan kecuali
hanya untuk perut dan kemaluan mereka.” Kebanyakan dari
ummat Islam pada hari ini, manakala ditimpa musibah, mereka memohon pertolongan
kepada selain Allah Subhaana wa Ta`aala, mereka menyeru ya Rasulallahi!, ya as
Syaikh Jailani!, ya as Syaikh Rifaa`iiy!, ya as Syaikh Marghaniy!, ya as
Syaikh Badawiy!, ya as Syaikh `Arob!…” dan sebagainya.
Mereka menyekutukan Allah Tabaaraka wa Ta`aala diwaktu sempit dan lapang,
sangat berbeda sekali dengan ummat jahiliyah di zaman Nabi Shollallahu `alaihi
wa Sallam, dimana mereka melakukan kesyirikan kepada Allah `Azza wa Jalla
diwaktu lapang saja; sedangkan diwaktu sempit dan terjepit mereka betul-betul
meng-ikhlashkan per`ibadatan mereka kepadaNya saja, sebagaimana yang kita
saksikan pada ayat yang di atas (al `Ankabuut 65). Mereka menyelisihi
perkataan Rabb mereka dan perkataan Rasul mereka Shollallahu `alaihi wa
Sallam!!
7. KESOMBONGAN ATAU CONGKAK
Perkara ketujuh
yang mendatangkan azab Allah adalah sikap sombong atau congkak.Dalil mengenai
perkara ini adalah : Dan demikian juga dipeperangan Hunein ketika
berkata sebahagian kaum muslimiin : “Sekali-kali kita tidak akan dikalahkan
oleh jumlah yang sedikit.”
Maka terjadilah serangan kuat dari musuh, Allah Tabaaraka wa Ta`aala juga mencela mereka atas perbuatan tersebut dengan perkataanNya “Dan ingatlah peperangan Hunein, yaitu diwaktu kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak akan memberikan manfa`at kepada kalian sedikitpun.” At Taubah : (25).As Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy berkata : “Maksudnya; tidak akan memberi manfa`at kepada kalian sedikitpun atau banyak.” `Umar bin al Khatthaab radhiallahu `anhu pernah menulis kepada pimpinan perang Sa`ad bin Abi Waqqash di al `Iraaq : “Janganlah kalian mengatakan sesungguhnya musuh kita lebih jelek dari kita maka sekali-kali tidak akan berkuasa atas kita, kadang-kadang bisa jadi dikuasakan atas satu qaum seseorang yang lebih jelek dari mereka, sebagaimana dikuasakan atas bani Israaiil kuffarul majuusi takkala mereka telah melakukan ma`aashiy (ma`shiat-ma`shiat), mintalah pertolongan kepada Allah atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian minta pertolongan kepadaNya dari musuh kalian.”
Maka terjadilah serangan kuat dari musuh, Allah Tabaaraka wa Ta`aala juga mencela mereka atas perbuatan tersebut dengan perkataanNya “Dan ingatlah peperangan Hunein, yaitu diwaktu kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak akan memberikan manfa`at kepada kalian sedikitpun.” At Taubah : (25).As Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy berkata : “Maksudnya; tidak akan memberi manfa`at kepada kalian sedikitpun atau banyak.” `Umar bin al Khatthaab radhiallahu `anhu pernah menulis kepada pimpinan perang Sa`ad bin Abi Waqqash di al `Iraaq : “Janganlah kalian mengatakan sesungguhnya musuh kita lebih jelek dari kita maka sekali-kali tidak akan berkuasa atas kita, kadang-kadang bisa jadi dikuasakan atas satu qaum seseorang yang lebih jelek dari mereka, sebagaimana dikuasakan atas bani Israaiil kuffarul majuusi takkala mereka telah melakukan ma`aashiy (ma`shiat-ma`shiat), mintalah pertolongan kepada Allah atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian minta pertolongan kepadaNya dari musuh kalian.”
SOLUSI UNTUK MENCEGAH
DATANGNYA BENCANA
Setelah memahami
sumber-sumber yang menyebabkan Allah mendatangkan bencana kepada manusia, kini
menjadi jelas persoalan untuk mengatasinya. Suatu kesalahan yang luar biasa fatalnya
tatkala manusia ingin menghindari atau mencegah datangnya bencana dengan
berpaku kepada hasil pengamatan panca indera yang disertai rumus-rumus empiris
yang berdasar parameter ilmu pasti. Islam sebagai agama yang fitrah, lengkap
dan sempurna telah mengajarkan bagaimana mensikapi datangnya bencana dan
bagaimana agar terhindar dari datangnya bencana. Perkara bencana adalah perkara
yang besar dan bukan main-main sehingga Allah dengan firmanNya dan rasulullah
dengan sabdanya mengabarkan bencana beserta solusinya kepada umatnya. Tidaklah hal
yang sangat penting dan besar, jika Allah dan rasulNya tidak mengabarkannya
dalam Al Quran dan Al Hadist. Karena
sebaik-baik kitab adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
rasulullah, maka petunjuk Allah dan rasulNya yang harus dipedomani dan diikuti
dibanding petunjuk-petunjuk dari manusia yang amat sangat banyak kelemahan dan
kekurang sempurnaan.
Langkah-langkah untuk
mencegah datangya bencana adalah :
·
Berdo’a kepada
Allah Ta’ala agar kita dijauhkan dari segala bencana yang akan menimpanya.
Karena hanya Allah yang tahu kapan dan dimana bencana itu datang. Sehingga kita
wajib meminta tolong hanya kepada Allah agar terhindar dari bencana tersebut;
·
Mendatangi majelis
ilmu. Dengan mendatangi majelis ilmu, maka kebodohan akan hilang,
perkara-perkara yang merusak dan mendatangkan kemaksiyatan akan dipahami
sehingga kita memahami dan mensikapi datangnya bencana dengan ikhlash dan tetap
memegang nilai nilai ketauhidan tanpa terpengaruh terhadap kesyirikan;
·
Mengamalkan ilmu
yang didapat dalam majelis ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mendatangi
majelis ilmu Insya Allah ilmu bertambah, amalan akan semakin benar dan lurus,
kesalahan dalam ibadah akan terkurangi sehingga aqidahpun akan lurus sehingga
musibah dan bencana yang Allah turunkan akan bisa disikapi secara benar;
·
Mendakwahkan ilmu
yang didapat.Terutama dakwah tentang ketauhidan dan sunnah.Hal ini sangat
penting mengingat ketauhidan dan berpegang pada sunnah adalah pondasi untuk
mencegah datangnya bencana. Kalau kita lihat sumber-sumber bencana datang
diatas jelas sekali kesyirikan, kebid’ahan, kemaksiyatan, ke congkakan adalah
sumber utama penyebab datangnya azab Allah. Dakwah tauhid yang menjauhkan
syirik, dakwah sunnah yang menjauhkan bid’ah, akhlak yang mulia yang menjauhkan
dari sifat dzalim dan sombong menjadi prioritas setiap muslim sesuai kapasitas
dalam dakwahnya. Sangatlah salah dan aneh orang menganggap dakwah tauhid,
sunnah dan akhlakul qarimah sebagai dakwah yang sudah ketinggalan jaman dan tidak
dibutuhkan lagi. Padahal telah jelas prioritas dakwah semua nabi dan rasul
adalah menegakkan ketauhidan, menjaga sunnah-sunnahnya, dan akhlaku qarimah.
Dan terbukti sudah, bahwa hingga detik ini ketiga hal tersebut masih sangat
relevan dan urgent untuk di dakwahkan mengingat bencana-demi bencana terus
terjadi dalam skala makin luas dan intensif sebagai bukti sabda rasulullah
bahwa salah satu ciri akhir jaman adalah banyaknya bencana dimana-mana.
·
Bersabar atas qodarullah dan dalam berdakwah.
Karena hanya sabar dan shalatlah yang menjadi pintu untuk mendapatkan
pertolongan Allah Ta’ala. Hanya orang-orang yang sabar tatkala mendapat
musibah, yang sabar dalam meninggalkan ketaatan, yang sabar karena ketaatan
menegakkan agama Allah, yang Allah janjikan kenikmatan yang sangat agung dan
mulia yaitu masuk ke dalam jannah.
PENUTUP
Membahas masalah bencana
bukanlah masalah yang sederhana dan sepele. Sebaliknya bencana adalah perkara
yang luar biasa besar yang menimpa tiap zaman dan tiap generasi. Begitu besar
persoalan bencana, maka Allah ta’ala
dengan firmanNya dan rasulullah dengan sabdanya menjelaskan tentang
sumber-sumber bencana dan solusi menghadapinya. Suatu yang aneh dan ganjil,
persoalan bencana hanya dilihat dari kacamata aqal manusia dan manusia dengan aqalnya
mencoba mencari solusi untuk menghadapi datangnya bencana. Maka tidaklah
mengherankan pengelontoran uang milyaran dollar amerika bukan solusi yang ampuh
untuk mengatasi bencana. Hal ini dikarenakan salah alamat atau salah jalan...
Jakarta, 16 November 2012
Abu nada..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar