BAB IV
KEWAJIBAN TAAT DAN PATUH KEPADA PEMIMPIN SELAIN KEMAKSIYATAN
Patuh dan taat kepada penguasa kaum muslim-diluar kemaksiyatan
disepakati kewaibannya oleh ahlus Sunnah wal
Jamaah. Ini prinsip dasar yang membedakan dengan ahlul bid’ah dan ahlul
hawa (pengikut hawa nafsu).
Imam Harb al Karmani-murid Imam Ahmad- dalam kitab al_Aqidah menjelaskan :”Tunduk dan patuh kepada orang
yangdiberikan kekuasaan oleh Allah atas perkara kalian. Jangan menarik diri
dari ketaatan padanya, dan jangan memberontaknya dengan pedang hingga Allah
memberikan kelapangan dan jalan keluar bagi kalian. Jangan membangkang pada
penguasa, tapi taat dan patuhlah, serta jangan membatalkan baiat kepadanya.
Siapa yang melakukan demikian, maka ia adalah pelaku bid’ah dan menyalahi as Sunnah.
”
Ibnu Al jauzi menukil kitab Adab
al Hasan al Bashri,mengatakan : Hasan Al Bashri berkata : “Meski para
penguasa diombang ambingkan oleh binatang tunggangan dan orang menginjak tumit
mereka, kehinaan dan kemaksiyatan itu berada dalam hati mereka. Hanya saja
syariat tetap mewajibkan kita menaatinya dan melarang menentangnya. Kita
diperintahkan untuk menolak mudharat mereka dengan taubat dan berdoa.
Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan, maka ia menetapi hal itu dan
melakukannya serta tidak menselisihinya.”
Al- “Allamah Shadruddin as_Sulami dalam Kitab Tha’ah as-Shultan :
dari Hadist-hadist mutawatir, perintah Nabi agar patuh dan taat kepada ulil
amri, memberinya nasehat, mencintai dan mendoakannya. Ketahuilah, bahwa satu
kaidah syariah yang suci dan agama yang hanif adalah : ketaatan kepada pemimpin
adalah wajib atas seluruh rakyat, dan ketaatan pada penguasa dikaitkan dengan
ketaatan kepada Allah, serta ketaatan pada penguasa dapat mempersatukan urusan
agama dan menata urusan kaum muslimin.Sebaliknya durhaka kepada penguasa dapat
merobohkan sendi-sendi agama. Karena taat kepada pemimpin menjaga fitnah
syahwat dan syubhat, dapat melindungi orang yang berlindung. Dengan ketaatan
maka hokum dapat dilaksanakan, kewajiban dapat ditunaikkan, darah tidak tertumpah
dan jalan menjadi aman. Ulama berkata : Ketaatan pada penguasa adalah
petunjuk bagi siapa yang menggunakan penerangan cahaya, dan perlindungan bagi
siapa yang menjaganya.
Sebaliknya menentang penguasa berarti keluar dari kelembutan ketaatan
menuju keganasan kemaksiyatan.Siapa yang menipu penguasa secara
sembunyi-sembunyi maka ia akan hina dina dan binasa. Barangsiapa taat dan patuh
kepada enguasa, mencintai dan member nasehat secara tulus kepadanya, maka ia
menempati kedudukan paling mulia di dunia dan akhirat.
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat
59.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Dalam menafsirkan kedua ayat diatas
An Nawawi menjelaskan : yang dimaksud ulil amri adalah orang yang diwajibkan
Allah untuk ditaati, yakni penguasa dan pejabat. Dan bentuk ketaatan selama
tidak dalam kemaksiyatan.
Dalam Kitab al ‘Imarah dari hadist
mutafaqun ‘alaih Ibnu Umar, dari rasulullah bersabda :”Orang muslim wajib
mendengar dan taat, baik dalam perkara yang ia sukai maupun yang ia benci,
kecuali diperintahkan kepada kemaksiyatan. Jika ia diperintah bermaksiat tidak
ada alas an sama sekali untuk mendengar atau taat.”
Al Mubarkafuri dalam kitab Syarah
at Tirmidzi mengatakan :”jika seorang imam menyuruh kepada sesuatu yang
bersifat anjuran atau mubah, maka wajib ditaati.”
Al Muthahhar dalam kitab
Tuhfah al ahwadzi berkata
:”mendengarkan kata-kata penguasa dan mematuhinya adalah wajib bagi setiap
muslim, baik perintahnya sesuai keinginannya maupun tidak, dengan syarat tidak
menyuruh kepada kemaksiyatan. Jika menyuruhnya dalam kemaksiyatan, maka tidak
boleh sama sekali menaatinya, tetapi ia tetap tidak boleh memerangi imam.”
Pengertian ”maka tidak ada alas an
sama sekali untuk mendengar dan taat” adalah perintah kepada kemaksiyatan
saja. Tidak boleh dipahami nahwa jika pemimpin menyuruh berbuat kemaksiyatan,
maka seluruh perintahnya tidak boleh ditaati secara mutlak. Tapi semua
perintahnya wajib ditaati secara mutlak, kecuali dalam kemaksiyatan maka tidak
boleh di dengar atau dipatuhi.
Imam Muslim dalam Kitab Shahih-nya
dari Abu Hurairah, rasul bersabda : “Hendaklah engkau mendengar dan patuh
kepada pemimpin, baik dalam kesulitan, maupun kemudahan, baik dalam suka atau
terpaksa, walaupun ia telah mementingkan dunia daripadamu.”
Lebih lanjut Imam muslim menjelaskan
Hadist Salamah Bin Yazid Al Ju’fi bertanya kepada rasulullah : ”Wahai
nabi Allah, bagaimana pendapat anda jika di tengah-tengah kami ada para
pemimpin yang suka menuntut hak mereka kepada kami sedang mereka menghalangi
hak kami. Maka apa yang engkau perintahkan kepada kami?”.Namun Rasulullah
berpaling darinya.Kemudian ai bertanya lagi untuk kedua atau ketiga kalinya,
maka beliau ditarik al Asy’at bin Qais lalu belia mengatakan :”Dengarkan dan
taatlah. Sesungguhnya mereka menanggung perbuatan mereka sendiri, dan kalian
menanggung perbuatan kalian sendiri.”
Mari kita simak hadist Hudzaifab bin al Yaman. Rasul bersabda :”Wahai
rasulullahsesungguhnya kami dulu berada dalam keburukan, lalu Allah
mendatangkan kebajikan sehingga kami berada di dalamnya. Apakah setelah
kebajikan ini nanti aka nada lagi keburukan?” Beliau menjawab: “Ya”. Aku
bertanya lagi ”Apakah setelah keburukan itu akan ada lagi kebajikan?”
Belia menjawab :”Ya”. Aku bertanya lagi ”Apakah setelah kebajikan itu akan ada
lagi keburukan lagi?” Beliau menjawab: “Ya”. Aku bertanya lagi :”bagaimana
itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab :”Sepeninggalku nanti akan muncul
suatu umat yang tidak mengambil petunjukku dan tidak melakukan sunnahku. Dan
akan ada diantara kalian seorang pemimpin dimana hati mereka seperti hati setan
tapi bertubuh manusia.”Lalu aku bertanya :” Wahai Tasulullah apa yang
hasrus kami lakukan jika hal itu aku alami?”Beliau bersabda :”Dengarkan
dan taatiilah pemimpin kalian. Meski ia memukul penggungmu dan mengambil
hartamu, maka dengarkan dan taatilah.”
Penulis kitab ini menjelaskan bahwa perintah rasul ini sangat sempurna.
Karena jika orang yang dipukul itu menolak taat dan patuh kepada pemimpin,
niscaya hal itu mengakibatkan terbengkelainya kemaslahatan agama dan
dunia.Gilirannya sebagian besar rakyat akan jadi kurban kezhaliman.
Sementara jika orang yang didzalimi bersabar dan berharap pahala seraya
memohon kelapangan kepada Allah serta tetap taat dan patuh, niscaya
kemaslahatan agama dan dunia tidak
terabaikan. Haknya tidak sia-sia disisi Allah . bahkan Allah memberikan ganti
yang lebih baik daripadanya atau Allah menjadikannya untuk simpanan kebaikan di
hari akhir.
Imam Muslim dalam Kitab Sahihnya menjelaskan rasulullah
bersabda:”Pemimpin kalian yang terbaik adalah pemimpin yang kalian cintai
dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan
kalian. Pemimpin yang paling buruk adalah yang kamu benci mereka dan mereka
membenci kamu, kamu mengutuk mereka dan mereka mengutuk kalian.” Lalu
ditanyakan kepada rasulullah, apakah kami boleh melawan mereka dengan pedang?’
beliau bersabda :”Jangan selagi mereka masih menegakkan shalat
ditengah-tengah kalian. Jika kalian melihat sesuatu yang tidak kalian sukai
pada pemimpin kalian, maka bencilah perbuatannya, namun jangan melepaskan
tangan dari ketaatan”
Imam Muslim dan Imam Bukhari meriwayatkan Hadist Abu Hurairah, rasul
bersabda:”Barangsiapa taat kepadaku berarti ia taat kepada Allah, dan
barangsiapa durhaka kepadaku berarti ia durhaka kepada Allah. Barangsiapa taat
kepada pemimpinku berarti ia taat padaku dan barangsiapa durhaka kepada
pemimpinku maka ia durhaka kepadaku”
Imam ibnu Abi Ashim dalam kitab as Sunnah, rasul bersabda :”Orang
yang mendengar lagi patuh tidak ada hujjah atasnya, sementara orang yang
mendengar tetapi durhaka tidak memiliki hujjah samasekali”
Imam ibnu Abi Ashim menjelaskan : Rasulullah bersabda :”Taatilah pemimpin kalian
apapun adanya. Jika mereka memerintah kalian melakukan sesuatu yang tidak
pernah aku perintahkan kepada kalian, maka dosanya mereka yang menanggung dan
kalian terbebas darinya. Tapi jika ia memerintahkan kalian melakukan sesuatu
dari ajaran yang aku bawakan kepada kalian, maka kalian dan mereka sama-sama
mendapatkan pahala. Hal itu ketika kalian bertemu dengan Allah, kalian bisa
mengatakan :”Wahai rabb kami, kami tidak ada kedzaliman sama sekali?”Dia
Berfirman :”Tidak ada kedzaliman sama sekali.” Mereka mengatakan : Wahai rabb kami, Engkau telah mengutus
para rasul kepada kami dan kami telah mentaati mereka. Engkau telah wakilkan
beberapa khalifah kepada kami dan kami telah menaati mereka. Engkau menguasakan
kepada kami beberapa penguasa dan kami telah mentaati mereka.” Allah berfirman
:”Kalian benar. Itu menjadi tanggung jawab mereka dankalian terbebas
darinya.”
Ibnu Sa’d bahwa Zaid bin Wahb berkata :”Ketika Utsman megirim utusan
kepad Ibnu Mas’ud yang memerinahkan agar dating ke madinah, maka
orang-orang yang berkumpul seraya berkata:”Tetaplah disini, kami akan
membela engkau dari sesuai yang tidak engkau sukai””Ibnu mas’ud berkata :”Sesungguhnya
ia punya hak atasku untuk ditaati dan aku tidak ingi menjadi orang pertama yang
membuka pintu fitnah.”
Syaikul Islam Ibnu taimiyah berkata dalam Kitab Majmu’ Fatawa :
“Adapun ahli ilmu, agama dan keutamaan, maka mereka tidak member keringanan
kepada seseorangpun melanggar larangan Allah berupa mendurhakai pemimpin,
menipu dan memberontak dengan cara apapun, sebagaimana tradisi yang sudah
dikenal ahlul sunnah wal jamaan, bai dulu maupun sekarang, serta biografi
selain mereka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar