10 Februari 2012

MU’AMALAT AL HUKKAM FI DHAU’ AL KITAB WA AS-SUNNAH (HUBUNGAN RAKYAT DAN PEMERINTAH MENURUT SYARIAT ISLAM) BAG-4.

KARYA : DR. ABDUSSALAM BIN BARJAS ALI ABDUL KARIM

BAB IV

KEWAJIBAN TAAT DAN PATUH KEPADA PEMIMPIN SELAIN KEMAKSIYATAN

Patuh dan taat kepada penguasa kaum muslim-diluar kemaksiyatan disepakati kewaibannya oleh ahlus Sunnah wal  Jamaah. Ini prinsip dasar yang membedakan dengan ahlul bid’ah dan ahlul hawa (pengikut hawa nafsu).
Imam Harb al Karmani-murid Imam Ahmad- dalam kitab al_Aqidah  menjelaskan :”Tunduk dan patuh kepada orang yangdiberikan kekuasaan oleh Allah atas perkara kalian. Jangan menarik diri dari ketaatan padanya, dan jangan memberontaknya dengan pedang hingga Allah memberikan kelapangan dan jalan keluar bagi kalian. Jangan membangkang pada penguasa, tapi taat dan patuhlah, serta jangan membatalkan baiat kepadanya. Siapa yang melakukan demikian, maka ia adalah pelaku bid’ah dan menyalahi as Sunnah. ”
 Ibnu Al jauzi menukil kitab Adab al Hasan al Bashri,mengatakan : Hasan Al Bashri berkata : “Meski para penguasa diombang ambingkan oleh binatang tunggangan dan orang menginjak tumit mereka, kehinaan dan kemaksiyatan itu berada dalam hati mereka. Hanya saja syariat tetap mewajibkan kita menaatinya dan melarang menentangnya. Kita diperintahkan untuk menolak mudharat mereka dengan taubat dan berdoa. Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan, maka ia menetapi hal itu dan melakukannya serta tidak menselisihinya.”
Al- “Allamah Shadruddin as_Sulami dalam Kitab Tha’ah as-Shultan : dari Hadist-hadist mutawatir, perintah Nabi agar patuh dan taat kepada ulil amri, memberinya nasehat, mencintai dan mendoakannya. Ketahuilah, bahwa satu kaidah syariah yang suci dan agama yang hanif adalah : ketaatan kepada pemimpin adalah wajib atas seluruh rakyat, dan ketaatan pada penguasa dikaitkan dengan ketaatan kepada Allah, serta ketaatan pada penguasa dapat mempersatukan urusan agama dan menata urusan kaum muslimin.Sebaliknya durhaka kepada penguasa dapat merobohkan sendi-sendi agama. Karena taat kepada pemimpin menjaga fitnah syahwat dan syubhat, dapat melindungi orang yang berlindung. Dengan ketaatan maka hokum dapat dilaksanakan, kewajiban dapat ditunaikkan, darah tidak tertumpah dan jalan menjadi aman. Ulama berkata : Ketaatan pada penguasa adalah petunjuk bagi siapa yang menggunakan penerangan cahaya, dan perlindungan bagi siapa yang menjaganya.
Sebaliknya menentang penguasa berarti keluar dari kelembutan ketaatan menuju keganasan kemaksiyatan.Siapa yang menipu penguasa secara sembunyi-sembunyi maka ia akan hina dina dan binasa. Barangsiapa taat dan patuh kepada enguasa, mencintai dan member nasehat secara tulus kepadanya, maka ia menempati kedudukan paling mulia di dunia dan akhirat.
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Dalam menafsirkan kedua ayat diatas An Nawawi menjelaskan : yang dimaksud ulil amri adalah orang yang diwajibkan Allah untuk ditaati, yakni penguasa dan pejabat. Dan bentuk ketaatan selama tidak dalam kemaksiyatan.
Dalam Kitab al ‘Imarah dari hadist mutafaqun ‘alaih Ibnu Umar, dari rasulullah bersabda :”Orang muslim wajib mendengar dan taat, baik dalam perkara yang ia sukai maupun yang ia benci, kecuali diperintahkan kepada kemaksiyatan. Jika ia diperintah bermaksiat tidak ada alas an sama sekali untuk mendengar atau taat.
Al Mubarkafuri dalam kitab Syarah at Tirmidzi mengatakan :”jika seorang imam menyuruh kepada sesuatu yang bersifat anjuran atau mubah, maka wajib ditaati.”
Al Muthahhar dalam kitab Tuhfah al ahwadzi  berkata :”mendengarkan kata-kata penguasa dan mematuhinya adalah wajib bagi setiap muslim, baik perintahnya sesuai keinginannya maupun tidak, dengan syarat tidak menyuruh kepada kemaksiyatan. Jika menyuruhnya dalam kemaksiyatan, maka tidak boleh sama sekali menaatinya, tetapi ia tetap tidak boleh memerangi imam.”
Pengertian ”maka tidak ada alas an sama sekali untuk mendengar dan taat” adalah perintah kepada kemaksiyatan saja. Tidak boleh dipahami nahwa jika pemimpin menyuruh berbuat kemaksiyatan, maka seluruh perintahnya tidak boleh ditaati secara mutlak. Tapi semua perintahnya wajib ditaati secara mutlak, kecuali dalam kemaksiyatan maka tidak boleh di dengar atau dipatuhi.
Imam Muslim dalam Kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah, rasul bersabda : “Hendaklah engkau mendengar dan patuh kepada pemimpin, baik dalam kesulitan, maupun kemudahan, baik dalam suka atau terpaksa, walaupun ia telah mementingkan dunia daripadamu.
Lebih lanjut Imam muslim menjelaskan  Hadist Salamah Bin Yazid Al Ju’fi bertanya kepada rasulullah : ”Wahai nabi Allah, bagaimana pendapat anda jika di tengah-tengah kami ada para pemimpin yang suka menuntut hak mereka kepada kami sedang mereka menghalangi hak kami. Maka apa yang engkau perintahkan kepada kami?”.Namun Rasulullah berpaling darinya.Kemudian ai bertanya lagi untuk kedua atau ketiga kalinya, maka beliau ditarik al Asy’at bin Qais lalu belia mengatakan :”Dengarkan dan taatlah. Sesungguhnya mereka menanggung perbuatan mereka sendiri, dan kalian menanggung perbuatan kalian sendiri.
Mari kita simak hadist Hudzaifab bin al Yaman. Rasul bersabda :”Wahai rasulullahsesungguhnya kami dulu berada dalam keburukan, lalu Allah mendatangkan kebajikan sehingga kami berada di dalamnya. Apakah setelah kebajikan ini nanti aka nada lagi keburukan?” Beliau menjawab: “Ya”. Aku bertanya lagi ”Apakah setelah keburukan itu akan ada lagi kebajikan?” Belia menjawab :”Ya”. Aku bertanya lagi ”Apakah setelah kebajikan itu akan ada lagi keburukan lagi?” Beliau menjawab: “Ya”. Aku bertanya lagi :”bagaimana itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab :”Sepeninggalku nanti akan muncul suatu umat yang tidak mengambil petunjukku dan tidak melakukan sunnahku. Dan akan ada diantara kalian seorang pemimpin dimana hati mereka seperti hati setan tapi bertubuh manusia.”Lalu aku bertanya :” Wahai Tasulullah apa yang hasrus kami lakukan jika hal itu aku alami?”Beliau bersabda :”Dengarkan dan taatiilah pemimpin kalian. Meski ia memukul penggungmu dan mengambil hartamu, maka dengarkan dan taatilah.
Penulis kitab ini menjelaskan bahwa perintah rasul ini sangat sempurna. Karena jika orang yang dipukul itu menolak taat dan patuh kepada pemimpin, niscaya hal itu mengakibatkan terbengkelainya kemaslahatan agama dan dunia.Gilirannya sebagian besar rakyat akan jadi kurban kezhaliman.
Sementara jika orang yang didzalimi bersabar dan berharap pahala seraya memohon kelapangan kepada Allah serta tetap taat dan patuh, niscaya kemaslahatan  agama dan dunia tidak terabaikan. Haknya tidak sia-sia disisi Allah . bahkan Allah memberikan ganti yang lebih baik daripadanya atau Allah menjadikannya untuk simpanan kebaikan di hari akhir.
Imam Muslim dalam Kitab Sahihnya menjelaskan rasulullah bersabda:”Pemimpin kalian yang terbaik adalah pemimpin yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Pemimpin yang paling buruk adalah yang kamu benci mereka dan mereka membenci kamu, kamu mengutuk mereka dan mereka mengutuk kalian.” Lalu ditanyakan kepada rasulullah, apakah kami boleh melawan mereka dengan pedang?’ beliau bersabda :”Jangan selagi mereka masih menegakkan shalat ditengah-tengah kalian. Jika kalian melihat sesuatu yang tidak kalian sukai pada pemimpin kalian, maka bencilah perbuatannya, namun jangan melepaskan tangan dari ketaatan”
Imam Muslim dan Imam Bukhari meriwayatkan Hadist Abu Hurairah, rasul bersabda:”Barangsiapa taat kepadaku berarti ia taat kepada Allah, dan barangsiapa durhaka kepadaku berarti ia durhaka kepada Allah. Barangsiapa taat kepada pemimpinku berarti ia taat padaku dan barangsiapa durhaka kepada pemimpinku maka ia durhaka kepadaku”
 Imam ibnu Abi Ashim dalam kitab as Sunnah, rasul bersabda :”Orang yang mendengar lagi patuh tidak ada hujjah atasnya, sementara orang yang mendengar tetapi durhaka tidak memiliki hujjah samasekali”
Imam ibnu Abi Ashim menjelaskan : Rasulullah bersabda :”Taatilah pemimpin kalian apapun adanya. Jika mereka memerintah kalian melakukan sesuatu yang tidak pernah aku perintahkan kepada kalian, maka dosanya mereka yang menanggung dan kalian terbebas darinya. Tapi jika ia memerintahkan kalian melakukan sesuatu dari ajaran yang aku bawakan kepada kalian, maka kalian dan mereka sama-sama mendapatkan pahala. Hal itu ketika kalian bertemu dengan Allah, kalian bisa mengatakan :”Wahai rabb kami, kami tidak ada kedzaliman sama sekali?”Dia Berfirman :”Tidak ada kedzaliman sama sekali.” Mereka mengatakan :  Wahai rabb kami, Engkau telah mengutus para rasul kepada kami dan kami telah mentaati mereka. Engkau telah wakilkan beberapa khalifah kepada kami dan kami telah menaati mereka. Engkau menguasakan kepada kami beberapa penguasa dan kami telah mentaati mereka.” Allah berfirman :”Kalian benar. Itu menjadi tanggung jawab mereka dankalian terbebas darinya.
Ibnu Sa’d bahwa Zaid bin Wahb berkata :”Ketika Utsman megirim utusan kepad Ibnu Mas’ud yang memerinahkan agar dating ke madinah, maka orang-orang yang berkumpul seraya berkata:”Tetaplah disini, kami akan membela engkau dari sesuai yang tidak engkau sukai””Ibnu mas’ud berkata :”Sesungguhnya ia punya hak atasku untuk ditaati dan aku tidak ingi menjadi orang pertama yang membuka pintu fitnah.
Syaikul Islam Ibnu taimiyah berkata dalam Kitab Majmu’ Fatawa : “Adapun ahli ilmu, agama dan keutamaan, maka mereka tidak member keringanan kepada seseorangpun melanggar larangan Allah berupa mendurhakai pemimpin, menipu dan memberontak dengan cara apapun, sebagaimana tradisi yang sudah dikenal ahlul sunnah wal jamaan, bai dulu maupun sekarang, serta biografi selain mereka.

Tidak ada komentar: