10 Februari 2012

MU’AMALAT AL HUKKAM FI DHAU’ AL KITAB WA AS-SUNNAH (HUBUNGAN RAKYAT DAN PEMERINTAH MENURUT SYARIAT ISLAM) BAG-5.

KARYA : DR. ABDUSSALAM BIN BARJAS ALI ABDUL KARIM


BAB V

ANJURAN MENGIGKARI KEMUNGKARAN DAN TATA CARA MENGINGKARI PENGUASA

Amar ma’ruf nahi munkar adalah salah satu dasar agama, yang dengannya kebajikan menjadi jelas dan merata, kebatilan sembunyi dan meredup. Ini juga pembenda antara mukminin dengan orang munafik, dimana amar ma’ruf nahi munkar merupakan amalan utama mukminin.
Dalil amar ma’ruf nahi munkar adalah :
Qs. At-Taubah : 81
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini." Katakanlah: "Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui.
Qs. At-Taubah : 67
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya[648]. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.
Qs. Ali Imran:104
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.
Dalil diatas merupakan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar walau sifatnya fardhu kifayah
Qs. Ali Imran:110
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dalil ini menjelaskan kemuliaan umat rasulullah dibanding umat-umat sebelumnya mengenai amar ma’ruf nahi munkar. Dan orang yang mempunyai sifat ini disebut sebagi sebaik-baik umat.
Hadist Riwayat Said al khudri, rasulullah bersabda “Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran, hendaknya ia merubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemah iman”
Ibnu al Azraq dalam Kitab Badai’as Suluk fi Thaba’i’ al Mulu’ menjelaskan “termasuk pembangkangan adalah memprovokasi untuk melawan penguasa. Diantara yang menimbulkan kerusakan terbesar ialah merubah kemungkaran dengan cara tidak patut dilakukan kecuali oleh penguasa.”
An Nahhas dalam kitab Tanbih al Ghaffilin menjelaskan :”Jika yang melakukankemungkaran adalah penguasa, maka siapapun tidak boleh menghentikannya dengan menggunakan kekerasan, menghunus pedang dihadapannya atau berdemo, karena hal itu justru mendatangkan banyak fitnah, meniciptakan kerusuhan, dan menghilangkan wibawa penguasa di mata rakyat. Bahkan hal itu terkadang menimbulkan pembrontakan terhadapnya yang pada gilirannya akan menghancurkan negeri, da resiko-resiko besar lainnya yang tidak Tersebunyi”
Imam Ahmad berkata :”Penguasa tidak boleh ditentang karena senjatanya selalu terhunus.
CARA MEMPROTES PENGUASA
Ibnu Muflih dalam Kitab as Adab asy Syar’iyah :”seseorang tidak boleh memprotes penguasa kecuali dengan tujuan untuk mensasehati atau menakut-nakutinya, atau memperingatkan dari akibat buruk yang bakal diterimanya di dunia dan akhirat. Karena ini hukumnya wajib. Selain itu hukumnya haram.”
Maksudnya, ia tidak takut terhadapnya saat member peringatan, jika takut maka gugurlah kewajiban dan hukumnya sama seperti lainnya.
Ibnu al-Jauzi dalam Kitab al Adab asy Syari’yah : “Amar ma’ruf terhadap penguasa yang diperbolehkan adalah member tahu dan menasehati. Adapun mengucapkan katakata pedas sehingga menimbulkan fitnah yang membahayakan orang lain, maka hal itu tidak boleh. Namun jika ia tidak  khawatir kecuali resikonya akan menimpa dirinya, maka boleh menurut pendapat sebagian ulama. Tapi menurut saya itu tetap dilarang”
An Nahhas dalam kitab Tanbih al Ghaffilin menjelaskan:”Berbicara pada penguasa sebaiknya dilakukan dengan empat mata saja, bukan dihadapan orang banyak. Beri nasehat secara diam-diam tanpa kehadiran orang ketiga.”

3 GOLONGAN ORANG YANG MELAKUKAN TERHADAP PENGUASA
1.      Khawarif dan Mu’tazillah : memandang boelh membrontak penguasa bila melakukan kemungkaran,
2.      Rafidhah : menganggap hanya pemimpin mereka sebagai orang suci yang terbebas dari dosa.
3.      Ahlul Sunnah Wal Jam’aah : berada di antara kedua golongan diatas yakni memandang wajib mengingkari kemungkaran, tetapi tetap dengan ketentuan-ketentuan yang diterangkan as Sunnah dan dianut shalafush shalih.
Tradisi ahlul sunnah wal jama’ah melakukan cara cara yang lembut dan santun dalam mencegah kemungkaran dengan cara : menyatukan hati rakyat agar bersimpati pada penguasa, berusaha menciptakan hubungan yang harmonis antara rakyat dan penguasa, menyuruh rakyat bersabar dalam menghadapi apa yang dilakukan penguasa berupa lebih mementingkan harta atau mendzalimi rkyat. Kendati demikian, mereka terus menerus menasehati penguasa secara diam-diam,dan memperingatkan dari berbagai kemungkaran secara umum di hadapan khalayak tanpa menyebut pelaku tertentu. Contohnya memperingatkan zina, siba , dzalim dll.
Syaikh bin Baz mengatakan :”Bukan termasuk manhaj shalafush shalih mengumumkan dan menyiarkan aib penguasa di atas mimbar atau di forum terbuka, karena hal itu menimbulkan anarkhisme, tidak mendengar dan patuh dalam perkara yang baik, serta membawa kepada pembicaraan yang merugikan dan tidak berguna
Umat islam hendaknya belajar dari peristiwa fitnah keburukan yang dilakukan sebagian orang kepada khalifah Utsman bin Affan. Akibat membuka keburukan penguasa maka timbul fitnah, peperangan dan kerusakan. Sampai-sampai terjadi perang antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiya, Ali Bin Abi Thalib dengan Ustman yang menyebabkan Ali di bunuh, serta banyak sahabat yang terbunuh akibat pembeberan aib secara terang-terangan. Sampai-sampai yang dibenci adalah penguasa hingga akhirnya ia membunuhnya.
Dalil Qs. Ali Imran 102-103 :
 Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Rasulullab bersabda :”Barangsiapa yang ingin memberikan nasehat kepada penguasa, janganlah ia melakukannya secara terang-terangan. Tetapi gandenglah tangannya untuk diajak bicara empat mata, Jika ia menerimanya, itulah memang yang diharapkan. Tetapi jika ia menolak, maka ia sesungguhnya telah melaksanakan kewajiban trhadapnya”
Syaikh Utsaimin dalam Kitab Muqhasid al Islam berkata :”menentang penguasa secara terang-terangan dalam perkara yang bukan perkara agama yang paling mendesak, dan memprotesnya diberbagi forum, masjid, media masa, majelis ta’lim dsb, itu bukanlah nasehat sedikitpu. Karena itu, janganlah tertipu oleh orang yang melakukan demikian, meskipun ia memiliki niat baik. Hal ini menyalahi tradisi shalafush shalih yang menjadi panutan kita. Dan Allah-lah yang berwenang untuk menunjukkan anda.”

Tidak ada komentar: