BAB V
ANJURAN MENGIGKARI KEMUNGKARAN DAN TATA CARA
MENGINGKARI PENGUASA
Amar ma’ruf nahi
munkar adalah salah satu dasar agama, yang dengannya kebajikan menjadi jelas
dan merata, kebatilan sembunyi dan meredup. Ini juga pembenda antara mukminin
dengan orang munafik, dimana amar ma’ruf nahi munkar merupakan amalan utama
mukminin.
Dalil amar ma’ruf
nahi munkar adalah :
Qs. At-Taubah : 81
Orang-orang
yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya
mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat
(pergi berperang) dalam panas terik ini." Katakanlah: "Api neraka
jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui.
Qs. At-Taubah : 67
Orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan
mereka menggenggamkan tangannya[648]. Mereka telah lupa
kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu
adalah orang-orang yang fasik.
Qs. Ali Imran:104
Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217];
merekalah orang-orang yang beruntung.
Dalil diatas
merupakan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar walau sifatnya fardhu kifayah
Qs. Ali Imran:110
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dalil
ini menjelaskan kemuliaan umat rasulullah dibanding umat-umat sebelumnya
mengenai amar ma’ruf nahi munkar. Dan orang yang mempunyai sifat ini disebut
sebagi sebaik-baik umat.
Hadist
Riwayat Said al khudri, rasulullah bersabda “Barang siapa diantara kalian
melihat kemungkaran, hendaknya ia merubahnya dengan tangannya. Jika tidak
mampu, maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu
selemah-lemah iman”
Ibnu
al Azraq dalam Kitab
Badai’as Suluk fi Thaba’i’ al Mulu’ menjelaskan “termasuk pembangkangan adalah
memprovokasi untuk melawan penguasa. Diantara yang menimbulkan kerusakan
terbesar ialah merubah kemungkaran dengan cara tidak patut dilakukan kecuali
oleh penguasa.”
An
Nahhas dalam kitab Tanbih al Ghaffilin menjelaskan :”Jika yang
melakukankemungkaran adalah penguasa, maka siapapun tidak boleh menghentikannya
dengan menggunakan kekerasan, menghunus pedang dihadapannya atau berdemo,
karena hal itu justru mendatangkan banyak fitnah, meniciptakan kerusuhan, dan
menghilangkan wibawa penguasa di mata rakyat. Bahkan hal itu terkadang
menimbulkan pembrontakan terhadapnya yang pada gilirannya akan menghancurkan
negeri, da resiko-resiko besar lainnya yang tidak Tersebunyi”
Imam
Ahmad berkata :”Penguasa tidak boleh ditentang karena senjatanya selalu
terhunus.”
CARA
MEMPROTES PENGUASA
Ibnu
Muflih dalam Kitab as Adab asy Syar’iyah :”seseorang tidak boleh memprotes
penguasa kecuali dengan tujuan untuk mensasehati atau menakut-nakutinya, atau
memperingatkan dari akibat buruk yang bakal diterimanya di dunia dan akhirat.
Karena ini hukumnya wajib. Selain itu hukumnya haram.”
Maksudnya,
ia tidak takut terhadapnya saat member peringatan, jika takut maka gugurlah
kewajiban dan hukumnya sama seperti lainnya.
Ibnu
al-Jauzi dalam Kitab al Adab asy Syari’yah : “Amar ma’ruf terhadap penguasa
yang diperbolehkan adalah member tahu dan menasehati. Adapun mengucapkan
katakata pedas sehingga menimbulkan fitnah yang membahayakan orang lain, maka
hal itu tidak boleh. Namun jika ia tidak
khawatir kecuali resikonya akan menimpa dirinya, maka boleh menurut
pendapat sebagian ulama. Tapi menurut saya itu tetap dilarang”
An
Nahhas dalam kitab Tanbih al Ghaffilin menjelaskan:”Berbicara pada penguasa
sebaiknya dilakukan dengan empat mata saja, bukan dihadapan orang banyak. Beri
nasehat secara diam-diam tanpa kehadiran orang ketiga.”
3
GOLONGAN ORANG YANG MELAKUKAN TERHADAP PENGUASA
1.
Khawarif dan
Mu’tazillah : memandang boelh membrontak penguasa bila melakukan kemungkaran,
2.
Rafidhah :
menganggap hanya pemimpin mereka sebagai orang suci yang terbebas dari dosa.
3.
Ahlul Sunnah
Wal Jam’aah : berada di antara kedua golongan diatas yakni memandang wajib
mengingkari kemungkaran, tetapi tetap dengan ketentuan-ketentuan yang
diterangkan as Sunnah dan dianut shalafush shalih.
Tradisi ahlul sunnah
wal jama’ah melakukan cara cara yang lembut dan santun dalam mencegah
kemungkaran dengan cara : menyatukan hati rakyat agar bersimpati pada penguasa,
berusaha menciptakan hubungan yang harmonis antara rakyat dan penguasa,
menyuruh rakyat bersabar dalam menghadapi apa yang dilakukan penguasa berupa
lebih mementingkan harta atau mendzalimi rkyat. Kendati demikian, mereka terus
menerus menasehati penguasa secara diam-diam,dan memperingatkan dari berbagai
kemungkaran secara umum di hadapan khalayak tanpa menyebut pelaku tertentu.
Contohnya memperingatkan zina, siba , dzalim dll.
Syaikh bin Baz
mengatakan :”Bukan termasuk manhaj shalafush shalih mengumumkan dan
menyiarkan aib penguasa di atas mimbar atau di forum terbuka, karena hal itu
menimbulkan anarkhisme, tidak mendengar dan patuh dalam perkara yang baik,
serta membawa kepada pembicaraan yang merugikan dan tidak berguna”
Umat islam hendaknya
belajar dari peristiwa fitnah keburukan yang dilakukan sebagian orang kepada
khalifah Utsman bin Affan. Akibat membuka keburukan penguasa maka timbul
fitnah, peperangan dan kerusakan. Sampai-sampai terjadi perang antara Ali bin
Abi Thalib dengan Muawiya, Ali Bin Abi Thalib dengan Ustman yang menyebabkan
Ali di bunuh, serta banyak sahabat yang terbunuh akibat pembeberan aib secara
terang-terangan. Sampai-sampai yang dibenci adalah penguasa hingga akhirnya ia
membunuhnya.
Dalil Qs. Ali Imran
102-103 :
Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.
Rasulullab
bersabda :”Barangsiapa yang ingin memberikan nasehat kepada penguasa, janganlah
ia melakukannya secara terang-terangan. Tetapi gandenglah tangannya untuk
diajak bicara empat mata, Jika ia menerimanya, itulah memang yang diharapkan.
Tetapi jika ia menolak, maka ia sesungguhnya telah melaksanakan kewajiban
trhadapnya”
Syaikh
Utsaimin dalam Kitab Muqhasid al Islam berkata :”menentang penguasa secara
terang-terangan dalam perkara yang bukan perkara agama yang paling mendesak,
dan memprotesnya diberbagi forum, masjid, media masa, majelis ta’lim dsb, itu
bukanlah nasehat sedikitpu. Karena itu, janganlah tertipu oleh orang yang
melakukan demikian, meskipun ia memiliki niat baik. Hal ini menyalahi tradisi
shalafush shalih yang menjadi panutan kita. Dan Allah-lah yang berwenang untuk
menunjukkan anda.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar