BAB: HADIST MENDIDIK DAN MEMBINA ANAK**)
Muadz bin Jabal menuturkan : “ Aku pernah dibonceng rasulullah diatas seekor keledai. Lalu beliau bersabda kepadaku, ‘Hai Muadz, tahukah kamu apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hambaNya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah?’ Aku menjawab,’Allah dan RasulNya lebih mengetahui’. Belaipun bersabda, ‘Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hambaNya ialah supaya mereka beribadah kepadaNya saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya; sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah bahwa Allah tidak menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya.’Aku bertanya,’Ya Rasulullah, tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang?’ Beliau menjawab, Janganlah kamu menyampaikan kabar gembira ini kepada mereka, sehingga mereka nanti akan bersikap menyandarkan diri.” (HR Bukhari, Muslim)
Dari hadist diatas dapat diambil pelajaran dalam kaitannya membina dan mendidik anak dalam keluarga muslim, yaitu :
1. Jagalah segala amalan-amalan yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan Allah kepada manusia, sehingga Allah akan menjaga diri kita, juga jagalah hukum-hukum Allah dan hak- hak manusia kepada Allah;
2. Tolonglah Allah maka Allah akan menjaga diri kita, artinya untuk dakwatul tauhid dan mengamalkan akhlakul karimah.
3. Jika meminta tolong, mintalah pertolongan kepada Allah. Antara Al Ibadah wal istianah hanya kepada Allah. Orang yang demikian ini yang sangat dicintai oleh Allah Ta’ala. Berkaitan dengan Al Ibadah wal istianah, Syaikh Maghribi membagi menjadi :
• Sempurna yaitu selain dia sungguh-sungguh dalam ibadah dia juga sungguh-sungguh minta pertolongan kepada Allah Ta’ala;
• Orang yang sungguh-sungguh ibadah tetapi tidak suka minta tolong kepada Allah Ta’ala. Hal ini banyak dilakukan kaum sufi. Orang yang demikian ini ibadahnya kering dan termasuk sombong kepada Allah Ta’ala. Hukuman orang yang melaksanakan ibadah dengan melakukan kesombongan adalah dimasukkan ke neraka dengan hina dina (Qs. Al Ghafir:60). Dan Tuhanmu berfirman : “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang meyombongkan diri dari MenyembahKu akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.”;
• Orang yang meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala tetapi tidak mau beribadah kepada Allah Ta’ala. Kepada orang yang demikian Allah Ta’ala tetap memberikan rizkiNya, tetapi sifatnya kenikmatan yang menipu. Inilah yang dikenal istidraj. Allah Ta’ala menujukkan sifat rahmanNya ini sebagai mana dalam Qs Hijr : 36 : ”Berkata Iblis: Ya Tuhanku, kalau begitu maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari(manusia) dibangkitkan.”;
• Orang yang tidak beribadah kepada Allah sekaligus tidak mau minta pertolongan kepada Allah Ta’ala
Sesungguhnya suatu umat jika berkumpul untuk memberikan kemanfaatan, tiada akan memberi manfaat kecuali Allah Ta’ala menghendakiNya. Demikian pula sebaliknya jika suatu umat berkumpul untuk memudharatkan suatu kaum, tiada memberikan kemudharatan kecuali Allah Ta’ala menghendaki. Fakta di sekitar kita menunjukkan bahwa banyak manusia yang tidak tahu tujuan hidupnya dan dengan siapa mereka harus mengikuti, sehingga mereka harus mengikuti apa yang harus diikuti orang banyak. Padahal kebanyakan manusia tidak tahu. Al Qur’an (6:113) menjelaskan bahwa : “Kebanyakan manusia mengajak kepada kesesatan karena prasangka (dzon) mereka”. Bukan berdasar ilmu. Tanamkan kepada anak : Jangan ikuti yang banyak diikuti oleh banyak orang tetapi ikuti apa yang disabdakan rasulullah dan diamalkan para sahabat.
4. Bersyukur kepada Allah terhadap qodarullah. Biasakan mengucapkan jazzakumullah khoiron katsiron kepada orang yang telah membantu. Tanamkan keimanan kepada ketentuan Allah Ta’ala tentang baik dan buruknya.
5. Telah diangkat qolam dan telah kering sehingga diwajibkan untuk tawakal dengan mengambil sebab-sebab, yaitu menuntut ilmu dan mempelajari ilmu serta menerapkan ilmu hingga wafat.
6. Mengenal Allah Ta’ala dalam keadaan lapang sehingga Allah Ta’ala akan membantuNya dalam keadaan kesusahan. Hal ini menjelaskan bolehnya seseorang berwasilah berdasar amal shalih yang pernah dilakukan. QS. Al Maedah : 25: “ Berkata Musa: Ya Tuhanku aku tiada menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.” Demikian juga hadist tentang 3 orang yang terperangkap dalam gua terus berwasilah dengan amalan-amalan saleh yang pernah dilakukannya.Atas kehendak Allah, mereka bisa terlepas dari perngkat tersebut.
Perlu ditekankan bahwa tidak selalu yang melakukan kesalahan terus mendatangkan musibah. Tidak semua musibah itu tiba-tiba datang karena kesalahan kita. Kalau Allah menahan kalian maka tidak ada yang mampu menyambungnya. Tiada manfaatnya bersungguh-sungguh apabila tiada pertolonggan Allah Ta’ala. Jika Allah memberikan sesuatu kepada suatu kaum maka tiada seorangpun yang mampu menahannya.
Sesungguhnya pertolongan Allah Ta’ala bersama kesabaran. Ada manusia yang merasa dianiaya karena tidak terkabulnya do’a. Bisa jadi karena tuntutan do’a tersebut lebih besar. Kesabaran adalah respon pertama, sebagaimana hadist rasulullah yang menegur seorang perempuan menangis dimakam putranya. Wanita itu diperingatkan rasulullah untuk bersabar, tetapi malah menolak karena tidak tahu bahwa itu rasulullah. Setelah dikasih tahu sahabat, lalu wanita ini menghadap rasulullah dan berkata: Ya rasulullah aku bersabar. Maka rasulullah menjawab : sabar adalah yang pertama.
Solusi bersama Kesusahan :
• Sesungguhnya di dalam kesusahan terdapat kenikmatan;
• Setiap 1 kesusahan didampingi 9 kenikmatan
• Jangan berfikir sebaliknya karena akan menimbulkan kufur nikmat.
KANDUNGAN HADIST :
1. Rasulullah menasehati anak-anak masalah yang serius sebagai bukti cinta nabi kepada anak-anak;
2. Rasulullah memerintahkan taat kepada Allah Ta’ala, menjauhkan ma’siyat kepada Allah dan rasul, agar dapat meraih kebahagian dunia dan akhirat;
3. Allah akan menolong manusia selama manusia itu memenuhi hak hak Allah baik dalam keadaan lapang dan ketersediaan waktu. Karena ketersediaan waktu dan keadaan lapang adalah 2 perkara yang menipu manusia.
4. Rasulullah menanamkan ketauhidan dengan meminta tolong kepada Allah Ta’ala saja. Ini kewajiban kedua orang tua kepada anak.
5. Rasulullah menanamkan qodarullah tentang baik-buruknya, tidak menyalahkan orang lain atau lingkungannya.
6. Pembinaan kepada anak yang positif terhadap masa depan bahwa: masa depan adalah berat, menumbuhkan sifat berani dan bercita-cita tinggi, serta yakin bahwa yang menentukan masa depan anak adalah qodarullah. Tekankan bahwa paraemeter kemuliaan seseorang adalah bukan materi melainkan pribadi yang bermanfaat bagi lingkungannnya yaitu ketaqwaan. Jangan membebani anak kepada pembebanan yang bukan Allah bebankan kepada mereka seperti keimanan, ketaqwaan dan kejujuran.
Wallahu ‘alam bissawab.
Disampaikan dalam kajian ilmiah di Masjid Assunnah Bintaro, Medio Mei 2010
Oleh Ustadz Abdurrahman Ayyub,
Di ringkas :Oleh : Abu Nada Syifa
Untuk: rausanulqalbu.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar