Oleh Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary
Abu Sangkan lahir pada tanggal 8 Mei 1965 di desa Alasbuluh Selat Bali Banyuwangi Jawa Timur, nama anak – anaknya adalah Essenza Quranique, Sangkan Paraning Wisesa, dan Gibraltar Wahyamaya. Bapaknya meninggal ketika Abu Sangkan usia 15 hari dari kalimat terakhir yang diucapkan bapaknya ketika akan meninggal adalah ya Quddus….., ya Quddus….. kata Abu Sangkan “ Kata – kata ini sangat diidam – idamkan oleh setiap mukmin pada akhir kalamnya”. Padahal kata –kata ya Quddus…. Ya Quddus…. Ketika akan meninggal bukan tanda orang yang mati khusnul khotimah dan tidak benar jika setiap mukmin mengidam – idamkan kalimat ini, yang diidam –idamkan mukminin adalah kalimat tauhid yaitu Laailaaha illalloh karena Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
”Barangsiapa yang ucapan terakhirnya Laa ilaaha illalloh maka dia masuk surga”.(HR. Hakim dan lainnya dengan sanad hasan, hadist dari Mu’adz)
Hadist ini menjelaskan ciri orang yang matinya husnul khotimah karena itu Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan menuntun orang yang mau meninggal dunia agar mengucapkan Laa ilaaha illalloh yang disebut talqin sebagaimana sabdanya :
”Bimbinglah orang yang akan meninggal diantara kalian dengan Laa ilaaha illalloh.” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadist shohih ini kita tidak menyaksikan bahwa bapaknya Abu Sangkan meninggalnya dengan tanda – tanda husnul khotimah.
Sejak awal Abu Sangkan sudah tertarik dengan ilmu hakikat ma’rifat, inilah yang mendorong dia untuk belajar dan memperdalam ilmu Tasawuf dan ilmu Filsafat, karena memang hanya di sanalah dipelajarinya ilmu hakikat dan ma’rifat.
Maka mulailah Abu Sangkan melanglang berguru mencari ilmu hakikat ma’rifat. Tercatat di antara guru tasawuf yang paling dia kagumi adalah Bapak Haji Selamet Oetomo, dia juga belajar di pesantren al-Ihya’ di Bogor, di pesantren al-Ghozali Bogor pimpinan KH. Abdulloh bin Nuh, dan di pesantren al-Baqiyatush Sholihat Bekasi pimpinan KH. Yusuf Kamil dan ilmu filsafatnya belajar di IAIN Syarif Hidayatulloh Jakarta.
Dan dari jerih payahnya itu telah mengantarkan Abu Sangkan kepada apa yang dia cita-citakan yaitu ingin sampai kepada hakikat ma’rifat – dan Abu Sangkan merasa telah sampai kepada hakikat ma’rifat -. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas dan terang di dalam buku – buku karyanya, karena tulisan merupakan tuangan hati seseorang.
Apa Ilmu Hakikat Ma’rifat itu?
Ilmu hakikat ma’rifat adalah ilmu yang mempelajari cara memfanakan diri yaitu cara-cara menyatu secara mutlak dan meniadakan bilangan dan pecahan sehingga tidak di bedakan lagi antara hamba dan Tuhan bahkan semua adalah satu yaitu Tuhan adalah hamba dan hamba adalah Tuhan, tidak dibedakan lagi antara Kholiq (Pencipta) dengan makhluk, sedangkan perintah dan larangan syar’i hanya untuk orang-orang yang masih terhijab yaitu orang yang belum mencapai hakekat kefanaan (hakekat ma’rifat).
Bagi orang hakekat ma’rifat perintah dan larangan adalah sesuatu yang tidak dibedakan sehingga bagi mereka tidak ada lagi ketaatan dan kemaksiatan karena sudah tidak ada lagi siapa yang harus taat dan siapa yang harus ditaati, bahkan seluruh isi al-Qur’an adalah kesyirikan karena masih membedakan antara perintah dan larangan, antara ketaatan dan maksiat, antara yang baik dan yang buruk.
Inilah arti tauhid dan hakekat ma’rifat menurut mereka, sehingga mereka tidak membedakan lagi antara wali Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan musuh Alloh Subhanahu wa Ta’ala , antara orang yang dicintai Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan orang yang dimurkai Alloh Subhanahu wa Ta’ala, antara ma’ruf dan munkar, antara muttaqin dan orang durhaka, antara orang yang taat dengan ahli maksiat.
Apabila seseorang memiliki keyakinan yang demikian maka terlepas Islam dari lehernya dan dia telah kafir dengan kekafiran yang nyata walaupun orangnya mengaku telah mencapai hakekat ma’rifat atau mengaku sebagai wali Alloh Subhanahu wa Ta’ala maka mereka adalah wali syetan.
Padahal sebenarnya mereka telah menyatu dengan iblis dan tentaranya, mereka telah menyatu dengan setiap kekafiran, kesyirikan dan kedurhakaan. (Madarij : I/130-134).
Dimana Dipelajari Ilmu Hakekat Ma’rifat?
Ilmu hakekat ma’rifat adanya hanya pada tasawuf dan filsafat atau ajaran kebatinan (batiniyah). Ilmu hakikat ma’rifat tidak ada pada kitab-kitab ahlussunnah wal jama’ah semacam kitab Shohih Bukhori, Shohih Muslim, Kitab Sunan at-Tirmidzi, Abu Dawud, Annasa’I, Ibnu Majah, dan seluruh ulama’ ahlussunnah wal jama’ah semacam al-Imam Abu Hanifah, al-Imam Malik bin Anas, al-Imam Asy-Syafi’I, al-Imam Auza’i, al-Imam Ahmad bin Hanbal, al-Imam an-Nawawi semuanya tidak pernah mengajarkan ilmu hakekat ma’rifat sebagai mana difahami kelompok sufi.
Ilmu hakekat ma’rifat hanya bisa didapatkan di dalam kitab-kitabnya tokoh-tokoh sufi seperti al-Futuhat al-Fushush, Tarjamul Asywaq, Unaqo’, Maghrib, Mawaqiun Nujum semuanya karya Ibnu Arobi, kitab Insanul Kamil karya al-Jaili, Taiyah karya Ibnul Faridl, kitab at-Thibaqot, al-Jawahir, al-Kibrit, al Ahmar karya Asy Sya’roni, kitab al-Ibriz karya ad Dibagh, kitab al-Jawahim dan ar-rimah karya at-Tijari, kitab Roudlotulqulum karya Hasan Ridwan. Kalau pembaca membaca kitab – kitab tasawuf tersebut kemudian membaca buku – buku karya Abu Sangkan maka akan mendapati kesamaan dan kesambungan benang merahnya.
Mengapa Hanya Pada Ajaran Sufi, Filsafat dan Batiniyah Saja Adanya Ilmu Hakekat Ma’rifat?
Karena hanya kelompok sufi yang telah mengajarkan dan membagi muslimin menjadi dua golongan yaitu :
1. Ahli syari’at.
Menurut istilah kelompok sufi, kelompok batiniyah(1), atau kebatinan, ahli syari’at adalah penganut zhohir atau kulit, atau penganut kertas dan mereka katakan sebagai agamanya (syari’atnya) orang awam.
2. Ahli hakekat ma’rifat.
Ilmu hakekat ma’rifat menurut orang tasawuf adalah ilmu yang berasal dari perasaan, kecintaan, dan hawa nafsu tanpa harus mengikuti al-Kitab dan as-Sunnah, sedangkan ilmu hakekat menurut islam adalah ilmu yang berasal dari al-Kitab dan as-Sunnah dengan pemahaman as-Salafush shohih.
Ahli hakekat ma’rifat mengaku menganut batin, penganut daya rasa, orang khusus, karena sudah mengerti batinnya atau intinya al-Quran dan al-Hadist yang hanya diketahui orang – orang sufi saja dan tidak diketahui oleh orang syari’at.
Ibarat buah, orang syari’at adalah orang yang masih di kulit dan orang hakekat ma’rifat adalah orang yang sudah mencapai isi/inti yang sudah lepas dari kulit serta tidak butuh lagi dengan syari’at, orang – orang syari’at adalah orang – orang yang masih terikat oleh hukum – hukum syari’at, masih terikat hukum halal harom, perintah dan larangan, dan masih harus sholat, puasa, zakat, dan haji dan seterusnya. Sedangkan ahli hakekat ma’rifat sudah bebas dari semua itu.(2)
Kemudian mereka, tokoh – tokoh sufi terdahulu membuat thoriqoh sendiri untuk mencapai hakekat ma’rifat yaitu acara riyadloh, tujuan tertinggi dari riyadloh ini sama dengan latihan sholat khusyu’ buatan Abu Sangkan yaitu menyatunya hamba dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala atau wihdatul wujud atau manunggaling kawulo gusti.
Setelah mereka mengadakan riyadloh, mereka berkata:
“sekarang kita tidak usah pedulikan perbuatan kita, adapun perintah dan larangan itu hanya untuk orang awam yang masih terkena beban (taklif)”.
Terhadap perkataan tokoh sufi ini telah berkata Syaikhul Islam bin Taimiyah Rahimahullah :
“Tidak diragukan lagi dikalangan ahli Ilmu dan iman bahwa ucapan ini adalah puncak kekufuran, melampaui kekufuran yahudi dan nashoro mengingkari sebagian dan mengimani sebagian dan tetap menyakini bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala menetapkan perintah dan larangan bagi mereka”
Beliau juga berkata:
“Barang siapa yang berkeyakinan bisa keluar dari perintah dan larangan syari’at dan tidak berlaku padanya hukum harom maka ia adalah orang yang paling kufur di muka bumi dan tergolong jenis Fir’aun”.
Padahal pembagian ini adalah muhdats, dusta dan kebohongan merupakan kebatilan yang besar karena tidak ada dalil yang menunjukan adanya pembagian muslimin menjadi dua golongan tersebut.
Ilmu hakekat ma’rifat muhdats inilah yang menarik hatinya Abu Sangkan dan dia sudah mendapatnya sehingga dengan ini kita bisa mengatakan bahwa Abu Sangkan adalah seorang tokoh sufi, ahli batin, ahli mantiq, ahli kalam dan tokoh filsafat.
Setelah faham-faham tasawuf dan filsafat telah masuk ke dalam hati Abu Sangkan maka dia mulai mengeluarkan faham-faham tersebut dengan segala media yang bisa dia lakukan, diantaranya:
1. Menyusun buku-buku yaitu Alloh Menyambut sholatku, Pelatihan Sholat Khusyu’, dan Berguru Kepada Alloh.
2. Mencetak dan menyebarkan DVD-DVD pelatihan sholat khusyu’.
3. Tampil di Metro TV menjelaskan Paradigma dan teori sholat khusyu’ hasil temuannya.
4. Mencetak kader-kader pelatih sholat khusyu’ untuk disebar di penjuru yang terjangkau.
Sebenarnya pelatihan sholat khusyu’ yang dibuat Abu Sangkan ini hanya alat atau wasilah menyampaikan ajaran tasawuf dan filsafat.
Dikutip dari Buku “Mengenal Lebih Dekat ABU SANGKAN & Buku-Bukunya (Sang Pencipta Ajaran Baru Pelatihan Shalat Khusyu’) Bab I, hal.15-22 atas ijin Penulis (Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary) dan Penerbit Daar Ibnu Utsaimin Lumajang untuk situs www.darussalaf.or.id
1. Dikatakan batiniyah karena mereka mengatakan bahwa zhohir al-Qur’an dan hadits itu mempunyai batin yang hanya diketahui oleh orang khusus dari penganut batiniyah.
2. Perangkap syetan, penerjemah Kastur Suhardi, hal. 117 dan Mengenal tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin Penerbit Cahaya Tauhud Press terjemah Muhammad Fuad Qowam Lc. Hal.: 323.
(Bersambung ke bagian 2 insya Allah)
Sumber: http://darussalaf.or.id/stories.php?id=1379
Tidak ada komentar:
Posting Komentar