18 April 2010

PEMBINAAN ANAK DAN KELUARGA (KITAB TABIYATUL ADNA)

Oleh Ustadz Abdurrahman Ayyub, hafidzullah
Kajian Rutin masjid Assunah Bintaro, 28-03-2010

Dalam Kitab Ubudiyah karya Syaikul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bentuk ibadah adalah segala apa yang Allah cintai dan ridhai, baik itu ucapan lahir maupun batin. Termasuk didalamnya membina rumahtangga selama mengikuti perintah Allah.
Berkaitan dengan ini diperlukan adanya ilmu, yaitu ilmu yang bermanfaat yang akan manjadi amalan yang tidak putus hingga dibawa mati. Sehingga banyak ulama yang mengajak mencari ilmu dalam setiap kesempatan. Hadist tentang ilmu banyak sekali yang dapat dipakai untuk referensi (lihat tulisan tentang adab menuntut ilmu dan sejenisnya).

Al ilmu adalah semulia-mulia yang dicari seseorang. Ilmu meliputi apa yang difirmankan Allah, disabdakan rasulullah dan diamalkan oleh para sahabat. Ilmu : cahaya yang jelas dan terang benderang yang diperlukan untuk mencari kebahagiaan dunia dan akhirat. Barang siapa yang mengalami kegelapan dalam hidupnya karena kejahilannya (kebodohannya) maka sangat dibutuhkan mencari cahaya ini.
Al ilmu adalah puncak kehidupan seorang hamba Allah, sebagaimana seorang jahil puncaknya adalah kematian. Karena orang jahil sebelum dia mati telah datang kematian terlebih dahulu. Jasadnya sebelum dikuburan telah dikuburkan dahulu. Ruhnya kosong, sekosong kuburan. Tiada kemanfaatan matinya, dibangkitkan kematiannya di padang ma’syar sama artinya di alam kubur. Sehingga hidupnya sama dengan matinya.
Orang beriman sesering mungkin untuk menghadiri kajian ilmi agar hati terjaga untuk tetap istiqomah dan sekaligus persiapan diakhirat yang sehari di akhirat = 100 tahun di dunia. Hal ini karena jika manusia gagal di akhirat nanti penyesalannya akan sangat panjang (berabad-abad). Satu abad di akhirat = 70 tahun, padahal seharinya = 100 tahun. Suatu penyesalan yang tidak terhingga.
Meski berat tantangannya mencari ilmu harus tetap konsisten sebagaimana dicontohkan Imam Ahmad tatakala sudah sakit parah ditanyai muridnya, sampai kapan imam akan berhenti menulis? Dijawabnya hingga aku meninggal. Dalil QS : 66 :6:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Ayat diatas adalah hujah untuk menepis syubhat tentang tidak perlunya mengkaji secara serius masalah keluarga. Sebab banyak orang jahil dengan dalil mengatakan bahwa untuk apa mengkaji masalah keluarga nabi nuh sendiri berdakwah kepada umatnya tetapi keluarga tidak taat juga, demikian juga rasulullah sendiri pamannya tetap tidak menurut perintahnya.

Berkaitan dengan dakwah secara umum dan keluarga khususnya diperlukan konsep sabar yaitu sabar dalam ketaatan, sabar dalam kemaksiyatan serta sabar dalam kehendak Allah baik kehendak yang baik atau yang buruk. Dalam kondisi demikian tidak boleh membnadingkan diri dengan orang lain karena masing-masing orang ada ujiannya. Sikap ahlus sunnah wal jama’aah menggabungkan beberapa dalil dan nash untuk membahas masalah yang ditekuni. Sebaliknya ahlul bid’ah mengambil 1 dalil dipakai untuk menjustifikasi seluruhnya.

Fitnah kepada manusia mencakup 2 hal yaitu fitnah syahwat dan fitnah syubhat. Fitnah syahwat berkaitan dengan urusan keduniawiaan seperti, harta, kedudukan, wanita, anak, istri, ladang, kendaraan dsb. Sedang fitnah syubhat adalah berkaitan dengan fitnah kesesatan, maksiyat, bid’ah, dhalim, jahil, keyakinan, pemikiran, pemahaman sesat dan aliran sesat.

Fitnah syahwat membuat rusak niat dan tujuan beribadah kepada Allah, Fitnah syubhat membuat rusak ilmu dan keyakinan. Fitnah syubhat jauh lebih berbahaya dibanding fitnah syahwat karena pelakunya merasa tidak melakukan fitnah ini sebagaimana orang yang asyik sendirian melakukan kajian ilmu dan ibadah-ibadah lain tetapi tidak care kepada ibadahnya anak atau istri.

Rintangan-rintangan dalam membina anak dan keluarga :

Halangan dari lingkungan keluarga :
Halangan orang tua yang ikut mengatur dan mendidik anak :solusi harus berdakwah kepada orangtua dengan hati-hati dan meminimalisasi gesekan.
Halangan dari adik atau kakak yang ikut mendidik dan mengatur anak: ini lebih mudah solusinya disbanding yang pertama dengan cara dialog bukan didepan anak-anak tetapi ditempat lain.

Hal yang sangat penting adalah berkaitan dengan keyakinan dan akidah. Mungkin dari ortu maupun kakak/adik belum menerima hidayah dari Allah,sehingga tugas kita orang tua dari anak adalah meminimalisasi imbas ketertutupan hidayah kepada ortu atau adik kakak kedalam anak.

Selain halangan pendidik adalah halangan fasilitas rumah tangga.
TV dimana 90% acaranya kurang mendidik karena menampikan aurat, syirik, tahayul, ikhtilaf, khalwat, dan pemimpi. Solusinya : tidak ada tv di rumah asal anak tidak mencuri nonton di tetangga. Atau ada TV tetapi diatur : letak TV dikamar tidur ortu dan dikunci, nonton didampingi, remote ditangan orang tua dan dijadwal.

Game ada hubungan positif antara anak yang senang main game dengan susahnya untuk menghapal al qur’an dn al hadist. Di Jepang dimana game terlahir pertama kali di negeri ini, pada masa kini telah terjadi pemuda dan remaja kurban game ini. Yaitu penuh hayalan, hapal rendah, tidak dapat diajak komunikasi bersama (karena mereka mempuyai dunianya sendiri). Game juga menciptakan pribadi anak yang tidak mau kalah. Maunya harus menang Selain itu Game juga menciptakan anak yang tidak dapat menghargai waktu, yaitu asyik di depan laysation melupakan waktu shalat, mengaji, istirahat dan belajar.

Game adalah obat bius kedua setelah narkoba yang menjangkiti anak-anak di rumah tangga kita. Bahayanya jauh lebih berat dibanding narkoba karena masuk ke rumah dengan sangat halus dan tanpa terasakan dan disadari oleh orang tua. Bahkan secara tidak sadar orang tua menfasilitasi game ini ke dalam rumah tangga. Unsur judi pun ada di dalam game ini sehingga hal yang harampun diperkenalkan pada anak-anak. Secara psikologis, gambaran jagoan di game saat marah, saat berkelahi dsb terekam dalam otak anak sehingga tidak sedikit jika orang tuanya lagi memarahi anak demi kebaikan anak digambarkan sebagaimana marahnya jagoan tersebut.

Solusi yang ditawarkan adalah adanya sikap tegas orang tua dengan menetapkan aturan jika main game 1 jam harus membaca al qur’an dan hadist 1 jam pula. Jika masanya masuk shalat dilakukan pemukulan pada anak yang tidak membahayakan jika keasyikan main game. Al hadist mengajarkan bagi anak yang sepuluh tahun belum mau shalat diwajibkan untuk memukulnya dengan cara yang tidak membahayakan. Kenapa meski dipukul ? Karena pada usia 10 tahun ini taraf anak laksana posisi binatang, yaitu mempunyai otak tetapi belum bias membedakan mana baik mana jahat. Dan Posisi binatang cara pengajarannya dengan pukulan. Namun sebelum dipukul ditanyakan mau dilakukan pengajaran binatang atau cara manusia? Dalil QS. A. A’raf :179


Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.


Tanamkan kepada anak bahwa ketakutan karena orangtua melainkan karena takut kepada Allah bir tidak termasuk bentuk kesyirikan, sebagaimana Rasulullah memberikan pendidikan kepada Ibnu Abbas : “ minta tolonglah kepada Allah, Takutlah kepada Allah, seandainya masyarakat memudharatkanmu ….”

Orang tua hendaklah menanmkan kepada anak takut kepada Allah dimana saja berada, bergaulah dengan orang baik, lepaskanlah perbuatanmu yang jahat dan jelek diganti dengan perbuatan yang baik-baik.

Halangan dari Diri sendiri adalah perbuatan jelek pada saat orang tua jahil, belum paham sunnah yang dilihat langsung oleh sang anak. Ini adalah tantangan yang sangat berat. Yang harus dilaksanakan orang tua adalah harus minta tolong kepada Allah, berkata dan berlaku jujur pada anak. Pesan keoada anak “ beruntunglah kamu nak, punya orang tua yang sudah sadar sebelum terlambat daripada orang tua hingga kini dan nanti tetap jahil sehingga kita semua jahil dan pada hari akhir nanti kita sekeluarga berkumpul di dalam neraka.”Apabila saat dulu kita mengajar anak degan cara jahil maka harus taubatan nasuha, jujur, dengan lembut dan ajak anak menuju kebaikan yang membawa ke surga. Jika anak membangkang mungkin karena melihat kajahilan kita dahulu. Hal ini perlu didialogkan secara intensif dengan anak.

Tanya : Bagaimana solusi untuk keluarga yang kepala keluarganya belum mengenal sunnah tetapi istrinya sudah menjalankan sunnah?

Jawaban : Setiap laki-laki adalah pengembala untuk keluarganya yang akan dimintai pertanggungjawabannya pada hari akhir. Ini masalah yang cukup berat untuk seorang istri karena harus memberikan pendidikan kepada anak dan suami. Padahal kenyataan yang ada seorang suami akan sangat susah untuk mengalah dengan istri. Bagi Istri tetaqplah beribadah sesuai sunnah, minta tolong kepada Allah. Istri yang demikian ini akan mendapat surge pada hari pembalasan nanti sebagaimana istri fir’aun yang berpegang teguh pada akidah islam meski harus mengorbankan nyawanya. Berilah pemahaman kepada suami jangan secara langsung tetapi lewat teman suaminya, berkunjung ke teman yang telah menjalankan sunnah untuk share pengalaman. Bagi Istri jangan putus asa hingga mati sebagaimana QS 39 : 53 :

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[1314] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[1314] dalam hubungan Ini lihat surat An Nisa ayat 48.

Dalil Hadist : “Sesungguhnya rahmat Allah lebih luas daripada murkaNya”
Atau melakukan tukar informasi antar keluarga. Jangan bakhil masalah ilmu karena “ barangsiapa menunjukkan kebaikan kepada oarng lain maka pahalanya sama dengan orang yang mengamalkannya.


Halangan Ilmu yaitu kejahilan yang berasal dari istri/ suami/anak. Seandainya suami sibuk karena mencari ma’isyah bagi keluarganya wajib istrinya mendatangi talabul ilmi agar istri dapat menyampaikan ilmunya kepada suami dan anak sebagaimana dianjurkan rasulullah saat kutbatul hajjah : “…….bagi yang hadir untuk menyampaikan kepada yang tidak hadir…..”Tujuan dari hadist ini tidak lain adalah mencegah kejahilan. “Karena obat kejahilan adalah bertanya “ (Al hadist). Jika yang demikian tidak mampu dilaksanakan dalam suatu keluarga, maka ini musibah besar dalam keluarga tersebut. Ilmu yang paling pokok disampaikan adalah tauhid. Yang lain dapat di nomor sekian. Antara tauhid dan tajwid jauh lebih peting tauhid, karena siapapun yang pandai baca qur’an tetapi tauhidnya rusak maka sia-sialah amalannya. Dalil QS 28 : 77 :

Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Dari ayat tersebut menjelaskan pentingnya mengurbankan sesuatu. Sautu perintah untuk tidak bersifat 50% : 50% tentang urusan dunia dan akhirat, tetapi urusan akhirat yang lebih utama untuk dicari. Bukan sebaliknya. Dunia hanya “jangan lupa”. Jadi sifatnya pelengkap saja. Oleh karena itu untuk urusan yang bersifat akhirat harus bersiap-siap dengan perbekalan. “Sebaik-baik perbekalan adalah ketaqwaan”(hadist). Ketaqwaan tidak lain urusan akhirat bukan dunia. Dan ini adalah orientasi hidup seorang mukmim.

Suatu pesan moral yang perlu disadari dan direnungi oleh orang tua : “ janganlah anak dimarah-marahi karena mendapat nilai pelajaran matematika, bahasa, keseniaan ,dll gara-gara di bawah standar. Sementara jika nilai agama, hapalan bahasa arab dan ketauhidan dibawah standar orang tua tidak peduli ”Sudah saatnya orang tua marah dan melakukan pembenahan jika anak masalah tauhidnya dan agamanya hancur daripada masalah nilai yang berkaitan dengan dunia semata. Ketauhidan dan masalah agama ini yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Sudahkah sebagai orang tua, bijak untuk memilih duniawi atau ukhrawi?

Referensi: rausanul.qalbu.blogspot
Ditulis Ulang : Totok waryanta

Tidak ada komentar: