|
Ulama : Syaikh Shalih Fauzan Al-Fauzan Kategori :
Cara Dakwah
|
Pertanyaan:
|
KATA PENGANTAR DR. SHALEH BIN FAUZAN AL-FAUZAN atas
buku Minhaj Al-Nabiyaa' fi da'wah ilaAllah fiihil hikmah wal aql (Manhaj para
Nabi dalam Berdakwah kepada Allah) yang ditulis oleh syaikh Rabi' bin Hadi
Al-Madhkoli.
|
Jawaban:
|
Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan Pengatur Alam.
Dia yang menyuruh kita untuk mengikuti utusan-Nya. Menyerukan kepada
jalan-Nya. Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad, keluarganya, para
shahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan cara baik sampai
hari kiamat.
|
Amma ba'du. Sesungguhnya menyerukan agama Allah
adalah sesuai dengan cara-cara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan
para pengikutnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini :
|
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama)-ku, aku
dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah
yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang
musyrik."" (QS.Yusuf :
108)
|
Bahkan menyerukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
merupakan cita-cita para rasul dan seluruh pengikutnya untuk mengeluarkan
manusia dari kegelapan menuju cahaya terang, dari kekufuran menuju keimanan,
dari kemusyrikan menuju ketauhidan dan dari neraka menuju surga.
|
Dan dakwah itu haruslah bersandar pada penyangga
yang kuat dan berdiri di atas landasan yang kokoh. Manakala salah satunya
cacat (rusak) maka dakwah tersebut tidaklah menjadi dakwah yang benar dan
tidak pula menghasilkan buah yang diharapkan, walaupun dilakukan dengan penuh
pengorbanan dan menghabiskan banyak waktu. Sebagaimana yang terjadi di zaman
modern ini, banyak sekali dakwah yang tidak bersandar atas penyangga yang
baik dan tidak berdiri di atas dasar-dasar yang kuat lagi kokoh.
|
Berikut ini penyangga-penyangga yang dijadikan
tonggak berdirinya dakwah yang benar, sebagaimana tersebut dalam dalil-dalil
yang berasal dari al-Qur'an dan as-Sunnah secara ringkas.
|
a. Ilmu Dakwah kepada Allah
|
Tidaklah layak orang-orang yang bodoh
menjadi seorang da'i, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa
Ta 'ala kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam:
|
"Katakanlah: "Inilah jalan
(agama)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata."" (QS.Yusuf : 108)
|
Kata:
'al-Bashirah ' berarti: ilmu. Sebab seorang penyeru (da'i) akan berhadapan
dengan ulama-ulama yang sesat, di mana mereka akan menghadapkan kepada
kesubhatan dan menentang kebathilan untuk mematahkan kebenaran. Sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
|
"Dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik." (QS.
An-Nahl : 125)
|
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam kepada Mu'adz bin Jabbal radhiallahu 'anhu:
|
"Sesungguhnya kamu mendatangi kaum
dari Ahli Kitab."
|
Apabila seorang da'i tidak dipersenjatai
dengan ilmu pengetahuan yang mengarah kepada setiap kesubhatan dan ilmu
pengetahuan yang membantah setiap penentang, maka ia akan lari
tunggang-langgang pada awal pertemuan dan ia akan berhenti di awal
perjalanan.
|
b. Perbuatan Nyata dari Dakwahnya
|
Perbuatan ini dilakukan agar menjadi
suri tauladan yang baik sebagai pembenaran dari perbuatan dan perkataannya.
Dan tidaklah cocok bagi orang-orang yang menganggur untuk dicontoh.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi-Nya Syu'aib 'alaihis
salam yang berkata kepada kaumnya berikut ini :
|
"Dan aku tidak berkehendak
menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud
kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. " (QS. Hud : 88)
|
Firman Allah Subhanahu wa Ta 'ala kepada
Nabi-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, berikut ini :
|
"Katakanlah: "Sesungguhnya
shalatku, ibadatku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)."
(QS. Al-An'am : 162-163)
|
Dan firman-Nya yang lain:
|
"Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
shaleh" (QS.
Fushshilat : 33)
|
c. Ikhlas
|
Yakni, bahwa dakwah itu dilakukan hanya
karena menghadapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta 'ala. Tidak dimaksudkan
untuk berbuat riya', kemasyhuran nama, mengangkat derajat, mencapai jabatan
dan ketamakan terhadap keduniawian. Karena apabila dakwah sudah dirasuki
sesuatu dari maksud-maksud di atas, maka berarti dakwah itu bukanlah karena
Allah, akan tetapi urituk dirinya sendiri atau untuk mencapai kepuasan
hatinya. Seperti disebutkan dalam firman Allah Ta 'ala tentang perkataan para
nabi kepada umatnya :
|
"Aku
tidak akan meminta kepadamu dalam menyampaikan al-Qur'an." (QS.
Al-An'am : 90)
|
"Aku tidak meminta harta benda
kepadamu scbagai upah bagi seruanku." (QS. Hud : 29)
|
d. Memulai dengan yang Pokok
|
Yakni, mengawali dakwahnya dengan hal
pokok : memperbaiki aqidah, menyuruh berbuat ikhlas dalam beribadah kepada
Allah dan melarang berbuat kemusyrikan. Dan selanjutnya menyuruh untuk
menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat. Mengerjakan hal-hal yang diwajibkan
dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Sebagaimana cara-cara dakwah para
rasul, seperti disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta 'ala berikut
ini.
|
"Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut itu." (QS. An-Nahl : 36)
|
"Dan Kami tidak mengutus seorang
rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya
tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan
Aku." (QS.
Al-Anbiya' : 25)
|
Dan banyak lagi lainnya dari ayat-ayat
al-Qur' an.
|
Ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam mengutus Mu' adz bin Jabbal radhiallahu 'anhu ke negeri Yaman,
beliau bersabda :
|
"Sesungguhnya kamu mendatangi suatu
kaum yang berasal dari ahli Kitab, maka jadikan awal dari apa yang kamu
serukan kepada mereka adalah "Syahadatu anla ilaha ila Allah (Persaksian
bahwa tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah). Kemudian, jika mereka
menjawab ajakanmu itu, maka ajarilah mereka bahwa Allah mewajibkan atas
mereka lima shalat dalam sehari-semalam..." (al-Hadits)
|
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
adalah sebaik-baik tauladan serta sesempurnasempurnanya manhaj (cara) dalam
tata cara dan perjalanaan dakwahnya. Di mana beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam menetap selama kurang lebih 13 tahun di Makkah untuk menyerukan ajaran
tauhid kepada manusia dan melarang mereka dari perbuatan syirik, sebelum
menyuruh mereka untuk mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa dan haji.
Dan juga sebelum melarang mereka dan perbuatan riba, zina, pencurian dan
pembunuhan jiwa tanpa hak.
|
e. Sabar
|
Yakni, senantiasa bersikap sabar dalam
menghadapi kesulitan ketika menyerukan kepada Allah Subhanahu wa Ta 'ala.
Demikian pula dia harus bersabar dalam menghadapi penghinaan dari manusia,
karena berdakwah bukanlah sesuatu yang terbentang dengan tiba-tiba, akan
tetapi dakwah itu dikelilingi oleh rasa kebencian dan ancaman bahaya.
Sebaik-baik suri tauladan adalah para rasul 'alaihimush shalawatu wassalam,
yang mana mereka telah menghadapi celaan dan hinaan dari kaum mereka,
sebagaimana digambarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala dalam firman-Nya :
|
"Dan
sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu. maka turunlah
kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan ('adzab) olokolokan
mereka." (QS.
Al-An'am : 10)
|
"Dan sesungguhnya telah didustakan
(pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan
dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan
Kami kepada mereka."
(QS. Al-An'am: 34)
|
Demikian juga para pengikut rasul,
mereka pun memperoleh celaan dan kesulitan sesuai dengan apa yang mereka
lakukan dalam menyerukan agama Allah. Hal itu sebagai keikutsertaan mereka
kepada ajakan para rasul. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melimpahkan
shalawat dan salam atas mereka.
|
f. Berakhlak mulia
|
Seorang da'i diharapkan memiliki akhlak
dan tindak-tanduk yang mulia serta mengamalkan hukum-hukum dalam dakwahnya.
Karena hal ini merupakan syarat untuk keberhasilan dakwahnya. Sebagaimana
Allah memerintahkan kepada kedua nabi-Nya yang mulia : Musa dan Harun
alaihimush shalatu was salam, agar mengamalkan hukum-hukum dalam menghadapi
manusia yang paling kafir di dunia, yaitu : Fir'aun yang mengaku dirinya
Tuhan. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta 'ala berikut ini :
|
"Maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau
takut." (QS. Thaha
: 44)
|
Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman
kepada Musa 'alaihish shalatu was salam'.
|
"Pergilah kamu kepada Fir'aun,
sesungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (kepada Fir'aun) :
"Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)"
Dan kamu akan kupimpin kejalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?"" (QS. An-Nazi'at : 17-19)
|
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman
mengenai kebenaran Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
|
"Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu."
(QS. Ali Imran : 159)
|
"Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam : 4)
|
"Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik."
(QS.An-Nahl : 125)
|
g. Teguh Pendirian
|
Seorang da'i harus memiliki keteguhan
dalam pendirian, tidak lekas putus asa karena pengaruh dakwahnya dan hidayah
kaumnya. Tidak pula ia putus asa dari pertolongan dan perlindungan Allah, walau
masanya terus bertambah dan memanjang pula batas waktu baginya. Dan
sebaik-baik suri tauladan ada pada diri rasul-rasul Allah.
|
Nabi
Nuh 'alaihis salam menetap bersama kaumnya selama 1000 (seribu) kurang 50
tahun (atau: 950 tahun -ed.) menyeru kepada mereka tentang agama Allah.
|
Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam, tatkala celaan orang-orang kafir kepadanya meningkat dan malaikat
penjaga gunung mengijinkan beliau untuk melakukan apa yang beliau inginkan
kepada mereka, beliau bersabda: "Tidak, tetapi saya melakukan dakwah
kepada mereka secara perlahan. Semoga Allah mengeluarkan dari tengah-tengah
mereka seorangyang hanya menyembah kepada Allah dan tidak menjadikan sesuatu
sebagai sekutu bagi-Nya."
|
Ketika seorang da'i telah hilang
sifat-sifat tersebut darinya, maka sungguh la akan berhenti pada awal
perjalanan dan selalu putus asa dalam berusaha.
|
Sesungguhnya tanda-tanda seorang da'i,
di mana ia tidak berdiri di atas asas-asas tersebut di atas dan tidak
menjadikan manhaj para rasul sebagai manhaj berdirinya, maka ia akan selalu
berada dalam keputusasaan, hilang semangat dan lelah tanpa memberikan faidah
sedikitpun. Sebaik-baik dalil (contoh) tentang hal itu adalah
kelompok-kelompok yang berkembang dengan rencana-rencana masing-masing dengan
membuat manhaj dakwah yang berbeda dari manhaj para Rasul, Jam'iyah-jam'iyah
seperti ini telah melupakan sisi aqidah -kecuali sedikit di antara mereka-.
Maka mereka mendakwahkan kepada perbaikan permasalahan sisi-sisinya.
|
Maka kelompok yang menyerukan kepada
perbaikan hukum, politik dan meminta penegakkan batasan-batasan hukum dan
pemberlakuan syari'ah Islam dalam menghukum antara manusia -ini adalah
masalah penting, tetapi ia tidak dipentingkan-, Bagaimana kalau seandainya
terjadi pemberlakuan hukum Allah terhadap seorang pencuri dan pezina sebelum
adanya pemberlakuan hukum Allah terhadap pembuat kemusyrikan, sebelum adanya
pemberlakuan hukum Allah terhadap para penyembah berhala dan kuburan, serta
terhadap orang-orang yang menyimpang dalam memahami Asma' Allah dan
Sifat-Nya, padahal mereka meniadakan dalil-dalil-Nya dan berpaling dari
kalimat-kalimat-Nya.
|
Apakah mereka itu lebih berdosa ataukah
orang-orang yang berbuat zina, minum arak dan mencuri?!!' Sesungguhnya
dosa-dosa ini adalah penyalahgunaan dalam hak para hamba. Sedangkan syirik,
menafikan Asma' dan Sifat Allah adalah penyalahgunaan hak Khaliq (Pencipta)
Subhanahu wa Ta'ala. Hak Khaliq haruslah didahulukan atas hak-hak para
makhluk. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah di dalam buku al-Istiqamah
(466/1) berkata: "Maka dosa-dosa seperti ini yang disertai kebenaran
tauhid lebih baik daripada kerusakan Tauhid yang disertai dosa-dosa seperti
ini. [1]
|
Jama'ah tersebut dan jama'ah-jama'ah yang lainnya
menyatakan diri berdakwah, namun dia berjalan di atas manhaj lain yang
bertentangan dengan manhaj para rasul. Jama'ah ini tidak mengupas pokok-pokok
aqidah, akan tetapi mementingkan sisi ibadah dan membiasakan sebagian
dzikir-dzikir atas dasar manhaj sufisme. Mereka mengutamakan khuruj (keluar
rumah) dan siyahah (pengembaraan). Membentuk perkumpulan manusia bersama
mereka dengan tanpa memandang perbedaan aqidah adalah inti dakwah mereka. Ini
semua adalah cara-cara bid'ah yang dimulai dari penghabisannya dakwah para
rasul. Yaitu dengan mengumpulkan orang yang dapat mengobati badan yang
terpusat di kepalanya. Karena aqidah suatu agama berada di kepala yang ada di
badan, sedangkan permintaan dari jam'iyah-jam'iyah ini, untuk memperbaiki
pemahaman mereka dengan merujuk dari al-Kitab dan as-Sunnah, supaya
mengetahui manhaj para rasul dalam mendakwahkan agama Allah. Sesungguhnya
Allah Ta 'ala telah
|
mengkhabarkan,
bahwa hakimiyah dan kekuasaan yang menjadi pembahasan dakwah jama'ah ini
-sebagaimana yang telah kami isyaratkan hal tersebut kepadanya-tidak akan
tercapai, kecuali setelah memperbaiki aqidah mereka dengan beribadah hanya
kepada Allah dan meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya. Allah Subhanahu
wa Ta 'ala berfirman :
|
"Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orangyang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa,
dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik." (QS. An-Nuur : 55)
|
Dan mereka berkeinginan untuk
mendahulukan adanya Daulah Islamiyah sebelum membersihkan negara dari
aqidah-aqidah berhala, seperti penyembahan terhadap orang mati dan
ketergantungan terhadap kuburan. Padahal hal tersebut tidak jauh berbeda
dengan penyembahan terhadap Latta, Uzza dan Manaat dan yang ketiga lainnya.
Bahkan lebih dari itu, bahwa mereka mencari sesuatu yang mustahil adanya :
|
"Barangsiapa mencari kemuliaan,
tanpa ada usaha yang keras, maka telah hilanglah usia untuk mencari
kemustahilan."
|
Sesungguhnya memberlakukan hukum
syari'at, penegakkan hukum-hukum Allah, pembangunan Daulah Islamiyah,
menghindari hal-hal yang diharamkan dan melaksanakan kewajiban, ini semua
permasalahan-permasalahan dari hakekat tauhid dan penyempurnaannya, yaitu
dengan mengikuti aturan-aturannya. Maka bagaimana orang yang
bersungguh-sungguh mengikuti dan menganggap mudah asalnya?
|
Dan sebenarnya saya memandang terhadap
apa yang terjadi pada jama'ah-jama'ah tersebut adalah bagian dari
pertentangan akan manhaj rasul dalam cara-cara mendakwahkan agama Allah
dikarenakan kebodohan mereka terhadap manhaj ini. Dan orang yang bodoh
tidaklah layak untuk menjadi penyeru (da'i), karena syarat paling pokok dari
syarat-syarat berdakwah adalah ilmu, sebagaimana firman Allah Stibhanahu wa
Ta 'ala kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam :
|
"Katakanlah: "Inilah jalan
(agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata, Maha Suti Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik.""
(QS. Yusuf : 108)
|
Salah satu keahlian yang paling utama
bagi seorang da'i adalah keilmuan. [2]
|
Selanjutnya kami memandang bahwa
jama'ah-jama'ah yang berkedok Islam dalam berdakwah ini berbeda-beda di
antara mereka. Setiap jama'ah memiliki aturan sendiri yang berbeda dengan
yang lainnya dan memiliki manhaj yang berbeda dengan manhaj lainnya. Dan ini
adalah hasil keputusan yang menentang manhaj Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam. Karena manhaj seorang Rasul adalah satu tidak ada pembagian dan
tidak ada perbedaan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
berikut ini :
|
"Katakanlah:
"Inilah jalan (agama)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjahyang nyata, " (QS.Yusuf : 108)
|
Maka pengikut-pengikut Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam berada pada satu jalan, tidak ada perbedaan di
antara mereka. Sedangkan orang yang menyimpang dari jalan ini amatlah banyak,
sebagaimana disinyalir Allah Subhanahu wa Ta 'ala dalam firman-Nya :
|
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan)
ini adalah jalan-Ku yang lurus, ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari
jalan-Nya." (QS.
Al-An'am : 153)
|
Adapun jama'ah-jama'ah yang bertentangan
dan bermacam-macam bentuknya tersebut sangatlah membahayakan bagi agama
Islam. Membuat orang yang akan masuk Islam berpaling kepadanya. Maka perlu
adanya penjelasan, bahwa sesuatu itu bukan dari ajaran Islam. Seperti apa
yang terdapat dalam firman Allah Azza wa jalla berikut ini :
|
"Sesungguhnya orang-orang yang
memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak
ada sediktipun tanggung jawabmu terhadap mereka." (QS. Al-An'am : 159)
|
Sebab Islam menyerukan persatuan dalam
menegakkan kebenaran. Sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah Subhanahu
wa Ta 'ala dibawah ini :
|
"Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah-belah tentangnya." (QS. Asy-Syura : 13)
|
"Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." (QS. Ali Imran : 103)
|
Maka, menjelaskan tentang hal tersebut
adalah wajib dan membukanya adalah lazim. Maka perlu ada jama'ah ulama-ulama
yang memiliki kesungguhan dan ketelitian untuk memberikan peringatan atas
kesalahan jama'ah ini serta menjelaskan, bahwa jama'ahjama'ah ini
bertentangan dengan manhaj para nabi dalam berdakwah. Semoga jama'ahjama'ah
ini kembali kepada kebenaran. Sesungguhnya kebenaran adalah senjata bagi
orang yang beriman. Hal ini agar orang-orang yang tidak mengetahui siapa yang
berbuat salah itu tidak menyatakan aneh. Dan sebagai pengamalan kepada para
ulama yang berpaling dari pokok-pokok yang penting ini dari sabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam:
|
"Agama adalah nasehat, agama adalah
nasehat, agama adalah nasehat." Kami bertanya: "Untuk siapa ya
Rasulullah?" Beliau bersabda: "Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya
dan pemimpin-pemimpin kaum muslimin serta kaum muslimin pada umumnya."
|
Dan di antara ulama yang menjelaskan serta
menasehatkan hal tersebut adalah Syaikh Dr. Rabi' bin Hadi al-Madkhaiy
melalui kitab yang ada di tangan kita [*], dengan judul: Manhajul Anbiya' fid
Da 'wah ila Allah fihil Hikmah wal 'Aql. Beliau telah menjelaskan -semoga
Allah memberikan taufiq dan sebaik-baik pahala- tentang manhaj para Rasul di
dalam menyerukan agama Allah sesuai Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, kemudian
beliau paparkan manhaj para jama'ah yang bertentangan untuk menjelaskan
perbedaan antara manhaj para Rasul dan manhaj yang bertentangan dengannya
serta berbagai
|
macam manhaj.
Kemudian mendiskusikan manhaj-manhaj itu dengan diskusi ilmiah yang
dilengkapi dengan contoh-contoh dan peristiwa-peristiwa nyata. Maka kitab ini
telah terbit -alhamdulillah- melengkapi hal dimaksud. Sangat mencukupi bagi
orang yang mencari kebenaran dan sebagai hujjah bagi penentang dan
penyombong. Maka kami memohon kepada Allah agar memberi pahala atas amalnya
dan; memberikan manfaat dengannya. Wa shallallahu wa sallama 'ala nabiyina
Muhammadin wa 'alaalihi wa shahbihi.
|
Shaleh bin Fauzan
|
Rujukan:
|
Foot Note :
|
[1] Dan dalil dari pedapatnya adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni
dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia. dan Dia mengampuni dosa yang
selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. An-Nisa' : 116)
|
Sungguh kamu akan terkejut, manakala
kamu mengetahui bahwa kami mendapati sebagian pimpinan jama'ah ini menulis
buku yang didalamnya terdapat tabaruk terhadap kuburan dan ber-tawassul
kepada orang shaleh.
|
[2] Dan sebagian orang-orang yang hanya
berkedok da lain mendakwahkan agama Islam, kalau anda tanya seorang di antara
mereka tentang: Apakah Islam itu? Dan apakah yang membatalkannya? Dia tidak
akan dapat menjawab dengan jawaban yang benar Maka bagaimana orang yang
seperti ini layak menjadi seorang dai?!!!
|
[*] karena teks ini adalah Kata
Pengantar beliau atas kitab syaikh Robi' bin Hadi Al-Madkholi : Minhaj
Al-Anbiya' fi Da'wah ilaLlah fiihi al-Hikmatu wa al-Aql, edisi terjemahan :
Cara Para Nabi Berdakwah, Maktabah Salafy Press (editor.)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar