AMALAN-AMALAN PASKA RAMADHAN
Pengantar
Urgensi pembahasan mengenai amalan paska ramadhan, pada saat bulan syawal didasarkan pada beberapa alasan penting, yang meliputi :
a. Kajian ini dilaksanakan pertama kali setelah ramadhan.
Hal ini sebagai bekal melangkah untuk beramal segiat dan sesemangat bulan
ramadhan pada bulan-bulan berikutmya;
b. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa kaum muslimin tidak
satu bahasa dalam mensikapi amalan dan aktivitas paska terlaluinya bulan
ramadham. Hal ini dapat dilihat dalam sebagian umat muslim yang pada paska
ramadhan ini memulai pensiun dini untuk memakmurkan masjid, shalat jamaah
semakin sepi di masjid, bacaan qur’an mulai hilang di rumah dan masjid, wanita
menanggalkan busana muslimahnya,, merasa ujub dan angkuh dari amalan puasa yang
telah lalu, hingga kembali melakukan kemaksiyatan yang telah dia tinggalkan
saat ramadhan;
c. Dapat dipraktekan dalam ibadah lain. Artinya, sikap
muslim setelah ibadah ramadhan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
amalan-amalan paska ramadhan ini langsung dapat dipraktekan setiap kita habis
shalat, habis puasa sunnah, habis baca al qur’an dan dalam keadaan apapun.
Amalan –amalam paska ramadhan
berlalu
1.
Menumbuhkan “harap-harap cemas” (khauf wa rodja’)
Maksudnya, selalu
mengharap amalan kita diterima Allah Ta’ala dan disertai rasa khawatir semua
amalan-terkhusus di bulan ramadhan- ditolak Allah Ta’ala.
Dalil Qs Al mu’minum
:60 “Dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang
takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada
Tuhan mereka[1008].
Ayat ini menjelaskan orang yang melakukan pekerjaan tanpa disebutkan
apakah perbuataan baik atau maksiyat, tetapi hatinya takut kepada Allah.
Suatu pertanyaan, apakah pekerjaan tersebut dilakukan oleh seorang yang
melakukan pekerjaan maksiyat terus hatinya mereka takut kepada Allah? Jika
demikian, hal itu wajar, karena setiap orang yang melakukan kesalahan pasti
takut dosa dan takut akan azab Allah. Tapi, ternyata ayat diatas bukan
ditujukan untuk orang yang melakukan perbuatan maksiyat, melainkan untuk
orang yang melakukan amalan-amalan ketaatan. Hal ini sebagaimana, hadist
rasul yang diriwayatkan Aisyah. Aku bertanya kepada rasulullah :Apakah ayat
diatas ditujukan untuk orang-orang yang melakukan perbuatan zina, mencuri,
minum khamr? Rasulullah menjawab : Bukan, namun bagi orang-orang yang
mengerjakan shalat, puasa, sodaqoh, dan hati mereka khawatir tidak diterima
Allah.
Dalil Qs :Al Baqarah ;127 : “Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami
(amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui."
Dalam ayat ini mengandung makna bahwa
Ibrahim menerima perintah langsung dari Allah-suatu amalan yang luar biasa-
yaitu membangun bangunan pertama kali di muka bumi, setiap orang yang
beribadah menghadap kiblat, maka nabi Ibrahim mendapat pahala sama dengan
orang yang melakukan shalat tersebut. Bangunan tersebut dibangun oleh orang
pilihan Allah yaitu seorang nabi, sekaligus rasul, sekaligus ulul azmi,
sekaligus seorang yang bergelar khalilullah-julukan yang sangat agung yang
hanya tersemat untuk rasulullah Sallallahu ‘alaihi wassalam dan nabiyulah
ibrahim. Namun demikian , ibrahim selanjutnya berdo’a agar diterima
ibadahnya. Doa ini cermin akan kekhawatiran ibrahim dalam beramal tidak
diterima. Doa juga adanya pengharapan terhadap Allah, karena tidak ada do’a
berarti tidak ada harapan. Hal ini sebagaimana contoh sehari-hari manusia,
tatkala punya harapan untuk kelulusan studi, maka sebelum pengumuman
kelulusan selalu berdoa agar dapat lulus. Tapi tatkala sudah lulus, maka
tidak berdo’a lagi untuk lulus lagi tapi untuk bisa kerja atau melanjutkan
studi lebih tinggi.
Imam Muhammad bin Fadhl menjelaskan
masalah ini sebagai berikut : para sahabat, tabiin, tabiut tabiim berdoa agar
ibadah puasanya diterima Allah selama 6 bulan.
Abu Darda’ menjelaskan : jika Allah
bisa menerima 1 shalat aja dalam hidupku, maka itu lebih aku cintai dari
dunia seisinya.
Ali Bin Abi Thalib berkata :
hendaklah kalian semua fokus pada diterimanya amal ibadah dibanding fokus
pada amal itu sendiri, karena orang munafik juga melakukan amal.
Apabila sifat khauf wa rodja’
dikembangkan maka akan mematikan potensi-potensi pada manusia yang berupa
sombong, angkuh, ujub, sum’ah dihadapan manusia lain.
(Insya Allah bersambung)
Sumber : Kajian Rutin Ahad I di Masjid AsSunnah Bintaro, dengan pemateri
: Ustadz Nuzul Dzikri, Lc.(02-09-2012)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar