02 September 2012

MENGAPA RAMADHAN BERLALU, ANDA BERHENTI PULA BERIBADAH?


AMALAN-AMALAN PASKA RAMADHAN

Pengantar

Urgensi pembahasan mengenai amalan paska ramadhan, pada saat bulan syawal didasarkan pada beberapa alasan penting, yang meliputi :
a.   Kajian ini dilaksanakan pertama kali setelah ramadhan. Hal ini sebagai bekal melangkah untuk beramal segiat dan sesemangat bulan ramadhan pada bulan-bulan berikutmya;
b.   Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa kaum muslimin tidak satu bahasa dalam mensikapi amalan dan aktivitas paska terlaluinya bulan ramadham. Hal ini dapat dilihat dalam sebagian umat muslim yang pada paska ramadhan ini memulai pensiun dini untuk memakmurkan masjid, shalat jamaah semakin sepi di masjid, bacaan qur’an mulai hilang di rumah dan masjid, wanita menanggalkan busana muslimahnya,, merasa ujub dan angkuh dari amalan puasa yang telah lalu, hingga kembali melakukan kemaksiyatan yang telah dia tinggalkan saat ramadhan;
c.  Dapat dipraktekan dalam ibadah lain. Artinya, sikap muslim setelah ibadah ramadhan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian amalan-amalan paska ramadhan ini langsung dapat dipraktekan setiap kita habis shalat, habis puasa sunnah, habis baca al qur’an dan dalam keadaan apapun.

Amalan –amalam paska ramadhan berlalu

1.   Menumbuhkan “harap-harap cemas” (khauf wa rodja’)

Maksudnya, selalu mengharap amalan kita diterima Allah Ta’ala dan disertai rasa khawatir semua amalan-terkhusus di bulan ramadhan- ditolak Allah Ta’ala.
Dalil Qs Al mu’minum :60 “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka[1008].
Ayat ini menjelaskan orang yang melakukan pekerjaan tanpa disebutkan apakah perbuataan baik atau maksiyat, tetapi hatinya takut kepada Allah. Suatu pertanyaan, apakah pekerjaan tersebut dilakukan oleh seorang yang melakukan pekerjaan maksiyat terus hatinya mereka takut kepada Allah? Jika demikian, hal itu wajar, karena setiap orang yang melakukan kesalahan pasti takut dosa dan takut akan azab Allah. Tapi, ternyata ayat diatas bukan ditujukan untuk orang yang melakukan perbuatan maksiyat, melainkan untuk orang yang melakukan amalan-amalan ketaatan. Hal ini sebagaimana, hadist rasul yang diriwayatkan Aisyah. Aku bertanya kepada rasulullah :Apakah ayat diatas ditujukan untuk orang-orang yang melakukan perbuatan zina, mencuri, minum khamr? Rasulullah menjawab : Bukan, namun bagi orang-orang yang mengerjakan shalat, puasa, sodaqoh, dan hati mereka khawatir tidak diterima Allah.
Dalil Qs :Al Baqarah ;127 :  “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Dalam ayat ini mengandung makna bahwa Ibrahim menerima perintah langsung dari Allah-suatu amalan yang luar biasa- yaitu membangun bangunan pertama kali di muka bumi, setiap orang yang beribadah menghadap kiblat, maka nabi Ibrahim mendapat pahala sama dengan orang yang melakukan shalat tersebut. Bangunan tersebut dibangun oleh orang pilihan Allah yaitu seorang nabi, sekaligus rasul, sekaligus ulul azmi, sekaligus seorang yang bergelar khalilullah-julukan yang sangat agung yang hanya tersemat untuk rasulullah Sallallahu ‘alaihi wassalam dan nabiyulah ibrahim. Namun demikian , ibrahim selanjutnya berdo’a agar diterima ibadahnya. Doa ini cermin akan kekhawatiran ibrahim dalam beramal tidak diterima. Doa juga adanya pengharapan terhadap Allah, karena tidak ada do’a berarti tidak ada harapan. Hal ini sebagaimana contoh sehari-hari manusia, tatkala punya harapan untuk kelulusan studi, maka sebelum pengumuman kelulusan selalu berdoa agar dapat lulus. Tapi tatkala sudah lulus, maka tidak berdo’a lagi untuk lulus lagi tapi untuk bisa kerja atau melanjutkan studi lebih tinggi.
Imam Muhammad bin Fadhl menjelaskan masalah ini sebagai berikut : para sahabat, tabiin, tabiut tabiim berdoa agar ibadah puasanya diterima Allah selama 6 bulan.
Abu Darda’ menjelaskan : jika Allah bisa menerima 1 shalat aja dalam hidupku, maka itu lebih aku cintai dari dunia seisinya.
Ali Bin Abi Thalib berkata : hendaklah kalian semua fokus pada diterimanya amal ibadah dibanding fokus pada amal itu sendiri, karena orang munafik juga melakukan amal.
Apabila sifat khauf wa rodja’ dikembangkan maka akan mematikan potensi-potensi pada manusia yang berupa sombong, angkuh, ujub, sum’ah dihadapan manusia lain.
(Insya Allah bersambung)
Sumber : Kajian Rutin Ahad I di Masjid AsSunnah Bintaro, dengan pemateri : Ustadz Nuzul Dzikri, Lc.(02-09-2012)

Tidak ada komentar: