20 Agustus 2012

BAGAIMANA SEORANG MUSLIM MELAKUKAN MANASIK HAJI DAN UMRAH


Cara yang terbaik bagi seorang muslim untuk melakukan manasik haji dan umrah adalah dengan melaksanakan haji dan umrah tersebut sesuai dengan yang dilakukan oleh Rasulullah – shallallahu alaihi wasallam – agar dengan demikian mendapatkan kecintaan dan ampunan dari Allah. Allah Ta’ala berfirman :
]قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحييكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم[
“Katakanlah : ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.” (Ali Imron:31)

Sedang bentuk haji yang paling sempurna adalah haji Tamattu’ bagi orang-orang yang sebelumnya tidak membawa binatang kurban, karena Nabi – sallahu alaihi wasallam – telah memerintahkan (untuk bertahallul setelah selesai umrah) dan menegaskan kepada para sahabat beliau dengan sabdanya :
لو استقبلت من أمري ما استدبرت ما سقت الهدي ولأحللت معكم.
Andaikata aku menghadapi urusanku (dalam haji) tentu aku tidak akan berpaling. Aku tidak akan membawa binatang kurban, dan tentu aku akan bertahallul bersama kalian.”
            Haji tamattu’; adalah melaksanakan ibadah umrah secara sempurna pada bulan-bulan haji, dan bertahallul dari umrah tersebut, lalu berihram untuk haji pada tahun itu juga.

UMRAH


1.   Jika anda berihram untuk umrah, maka mandilah sebagaimana ketika mandi besar –bila hal itu memungkinkan- lalu pakailah pakaian ihram berupa kain dan selendang (bagi kaum wanita memakai pakaian apa saja yang tanpa berhias), kemudian bacalah :
لبيك عمرة، لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك.
“Aku sambut panggilanMu untuk menunaikan ibadah umrah. Aku sambut panggilanmu, ya Allah, aku sambut panggilanMu. Aku sambut panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku sambut panggilanMu. Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan kerajaan adalah milikMu, tiada sekutu bagiMu.”
Labbaik artinya ; aku sambut panggilanMu untuk menunaikan ibadah Haji dan Umrah.

2. Jika sudah sampai di Makkah, lakukanlah tawaf umrah mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad. Lalu shalatlah dua raka’at di belakang Maqam Ibrahim, dekat dengan Maqam ( kalau mungkin) atau jauh darinya.

3.   Setelah selesai shalat dua raka’at, pergilah ke Bukit Shafa untuk melakukan sa’i umrah tujuh kali putaran, dimulai dari Bukit Shafa dan berakhir di Bukit Marwa.

4.   Setelah selesai sa’i, pendekkanlah rambut kepala.
Dengan demikian, selesailah palaksanaan ibadah Umrah, dan bukalah pakaian ihram anda lalu gantilah dengan pakaian biasa.


HAJI

1.      Pada pagi hari tanggal 8 zulhijjah, berihramlah untuk haji dari tempat tinggal anda dengan mandi terlebih dahulu jika mungkin, lalu pakailah pakaian ihram kemudian ucapkanlah :
لبيك حجاًّ لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك.
“Aku sambut panggilanMu untuk menunaikan ibadah Haji. Aku sambut panggilanMu, ya Allah, aku sambut panggilanMu, aku sambut  panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku sambut panggilanMu. Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan kerajaan adalah milikMu, tiada sekutu bagiMu.”

2.      kemudian pergilah ke Mina. Shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh di sana dengan mengqashar shalat-shalat yang empat raka’at (masing-masing dilakukan pada waktunya tanpa jama’ ta’khir dan jama’ taqdim).

3.      Jika matahari telah terbit pada tanggal 9 Zulhijjah pergilah menuju Arafat, shalatlah Zuhur dan Asar di Arafat dengan jama’ taqdim dan qashar (dua raka’at, dua raka’at). Berdiamlah di Arafat sampai matahari terbenam dengan memperbanyak zikir dan do’a sambil menghadap Kiblat.

4.      jika matahari terbenam, tinggalkanlah Arafat menuju Muzdalifah. Shalat Maghrib, Isya dan Shubuh di Muzdalifah, lalu berdiamlah di Muzdalifah untuk berdo’a dan zikir sampai mendekati terbitnya matahari. (Jika keadaan anda lemah, tidak mungkin berdesak-desakan saat melampar jumrah, maka diperbolehkan bagi anda untuk berangkat menuju Mina setelah pertengahan malam lalu melempar Jumrah Aqabah sebelum rombongan jemaah datang).

5.  Jika telah dekat terbitnya matahari, berjalanlah menuju Mina. Setelah sampai di Mina, lakukanlah hal-hal berikut :
a.       melempar Jumrah Aqabah (yaitu jumrah yang paling dekat dengan Makkah) sebanyak tujuh kali lemparan batu kerikil secara beruntun satu persatu, dan bertakbirlah pada setiap kali lemparan.
b.      Menyembelih binatang kurban. Makanlah sebagian dagingnya dan bagikanlah kepada kaum fakir (menyembelih binatang kurban ini wajib bagi orang yang melakukan Haji Tamattu’ atau Haji Qiran).
c.       Cukurlah dengan bersih rambut kepala anda atau pendekkanlah. Dan mencukur bersih lebih utama daripada sekedar memendekkannya (bagi kaum wanita cukup memotong sebagian rambut kepalanya sepanjang ujung jari).

Tiga hal tersebut di atas –jika mungkin- dilakuan secara berurutan; dimulai dari Melempar Jumrah Aqabah, lalu Menyembelih Binatang Kurban, kemudian mencukur rambut. Tapi jika dilakukan tidak berurutan juga tidak ada masalah.
Setelah melempar dan mencukur rambut, anda bertahallul awwal dan pakailah pakaian biasa. Pada saat ini anda diperbolehkan melakukan larangan-larangan ihram kecuali masalah wanita (yaitu jima’ dengan isteri).

6.    Pergilah ke Makkah dan lakukanlah Thawaf Ifadah (Thawaf Haji) kemudian lakukan Sa’i Haji antara Shafa dan Marwa.
Dengan demikian anda telah bertahallul tsani. Pada saat ini anda diperbolehkan melakukan segala larangan ihram sampai masalah wanita.

7.     Setelah Thawaf dan Sa’i kembalilah ke Mina untuk bermalam di Mina pada malam 11 dan 12 zulhijjah.

8.    kemudian lemparlah ketiga jumrah pada hari kesebelas dan kedua belas Zulhijjah setelah matahari tergelincir ke barat (ba’da zawal)([1]), dimulai dari Jumrah Ula (Jumrah yang terjauh dari Makkah), lalu Jumrah Wustha kemudian Jumrah Aqabah. Setiap Jumrah dilempar dengan tujuh kali lemparan batu kerikil secara berurutan dengan bertakbir pada setiap kali lemparan batu. Setelah melempar Jumrah Ula begitu juga setelah melempar Jumrah Wustha, berdo’a kepada Allah sambil menghadap Kiblat. Melempar ketiga Jumrah pada dua hari ini tidak sah jika dilakukan sebelum matahari tergelincir (qabla zawal).

9.      Setelah selesai melempar ketiga Jumrah pada hari kedua belas zulhijjah, jika ingin tergesa-gesa meninggalkan Mina maka tinggakanlah Mina sebelum matahari terbenam. Tetapi jika ingin tetap tingal –dan itu lebih utama- bermalamlah sekali lagi di Mina pada malam ketiga belas zulhijjah, lalu lemparlah ketiga Jumrah pada siang hari tanggal ketiga belas tersebut setelah matahari tergelincir (ba’da zawal) seperti yang anda lakukan  pada tanggal kedua belas.

10.  Jika ingin kembali  pulang ke negeri anda, lakukanlah Thawaf Wada’ mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran menjelang perjalanan   pulang anda. Bagi wanita yang sedang haid dan nifas tidak memppunyai kewajiban thawaf wada’.

ZIARAH MASJID NABAWI DI MADINAH MUNAWWARAH

1.   Pergilah ke Madinah sebelum ibadah haji atau sesudahnya dengan niat ziarah Masjid Nabawi dan melakukan shalat di dalamnya, karena shalat di Masjid Nabawi lebih baik seribu kali dari shalat di tempat lain kecuali di Masjidil Haram.

2.      Jika sudah sampai di Masjid Nabawi, lakukanlah shalat Tahiyyatul masjid dua rakaat atau shalat fardhu jika sudah qamat.

3.      Lalu pergilah ke kuburan Nabi –shalalllahu alaihi wasallam-, berdirilah di depan kuburan beliau dan sampaikanlah salam dengan mengucapkan :
السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته، صلى الله عليك، وجزاك عن أمتك خيراً
“Semoga salam sejahera, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan kepadamu, wahai Nabi. Semoga Allah selalu melimpahkan shalawat dan memberikan pahala kebaikan kepadamu.”

Lalu melangkahlah ke sebelah kanan selangkah atau dua langkah untuk berdiri di depan kuburan Abu Bakar t dan sampaikanlah salam kepadanya dengan mengucapkan :
السلام عليك يا أبا بكر خليفة رسول الله r ورحمة الله وبركاته، رضي الله عنك وجزاك عن أمة محمد خيراً.
“Semoga salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan kepadamu, wahai Abu Bakar Khalifah Rasulullah. Semogga Allah memberi keridhaan dan pahala kebaikan kepadamu.”

Kemudian melangkahlah ke sebelah kanan lagi selangkah atau dua langkah untuk berdiri di depan kuburan Umar dan sampaikanlah salam kepadanya dengan mengucapkan :
السلام عليك يا عمر أمير المؤمنين ورحمة الله وبركاته رضي الله عنك وجـــزاك عن أمة محمد خيراً.
“Semoga salam sejahterra, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan kepadamu, wahai Umar Amirul mukminin. Semoga Allah memberi keridhaan dan pahala kebaikan kepadamu.”

4.      Pergilah ke Masjid Quba’ dalam keadaan suci dan lakukanlah shalat di dalamnya.

5.   Pergilah ke Baqi’ da ziarahlah ke kuburan Ustman t, berdirilah di depan kuburan beliau dan sampaikanlah salam kepadanya dengan mengucapkan:
السلام عليكم يا عثمان أمير المؤمنين ورحمة الله وبركاته رضي الله عنك وجزاك عن أمة محمد خيراً.
“Semoga salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan kepadamu, wahai Ustman Amirul mukminin. Semoga Allah selalu memberi keridhaan dan pahala kebaikan kepadamu.”
            Juga sampaikanlah salam kepada Muslimin lainnya yang dikuburkan di Baqi’.

6.    Pergilah ke Uhud dan ziarahlah ke kuburan Hmzah t dan kuburan para syuhada’ yang lain, serta sampaikanlah salam kepada mereka dan berdo’alah kepada Allah untuk selalu memberikan ampunan, rahmat dan keridhaan kepada mereka.

LAIN - LAIN

     Wajib bagi orang yang dalam keadaan berihram haji atau umrah hal-hal berikut:

1.     Konsisten melaksanakan segala yang diwajibkan oleh Allah berupa syari’at agamaNya, seperti mendirikan shalat pada waktunya dengan berjamaah.

2.  Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah seperti rafast (perkataan cabul), perbuatan fasik dan maksiyat, sebagaimana firman Allah :
] فمن فرض فيهن الحج فلا رفث ولا فسوق ولا جدال في الحج [
“Maka barangsiapa yang telah menetapkan niatnya dalam bulan itu untuk mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam (masa mengerjakan) haji.” (Al-Baqarah 197).

3.     Menjauhkan diri dari perbuatan atau ucapan yang bisa menyakiti sesama orang Islam di tempat-tempat suci maupun di tempat lain.

4.      Menjauhkan diri dari segala larangan ihram :
a.      Tidak  mencabut sesuatupun dari rambut atau kuku. Adapun mencabut duri atau semisalnya maka tidak apa-apa, sekalipun keluar darah.
b.   Tidak memakai wangi-wangian di badan, pakaian, makanan dan minumannya setelah berihram. Tidak pula memakai sabun yang berparfum. Sedang wangi-wangian yang dipakai sesaat sebelum berihram maka hal itu tidak apa-apa.
c.   Tidak membunuh binatang buruan, yaitu binatang darat yang halal dan pada dasarnya liar.
d.     Tidak berhubungan dengan wanita karena nafsu syahwat, baik dengan sentuhan, ciuman atau yang lain atau yang lebih dari itu, yaitu bersetubuh.
e.     Tidak melakukan akad nikah untuk dirinya sendiri atau untuk  orang lain. Tidak pula meminang seorang wanita untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain.
f.      Tidak memakai kaos tangan. Kalau sekedar membalut tangan dengan sehelai kain maka hal itu tidak apa-apa.

Hal-hal tersebut adalah larangan-larangan ihram yang berlaku bagi kaum laki-laki dan  
kaum perempuan.

Adapun larangan ihram yang khusus untuk kaum laki-laki adalah :

a.       Tidak menutupi kepalanya dengan barang yang menempel di kepala. Kalau sekedar memayungi kepalanya dengan  payung, atap mobil, kemah, dan membawa barang di kepalanya, hal itu tidak apa-apa.

b.   Tidak memakai baju, surban, topi, celana, dan sepatu, kecuali jika memang benar-benar tidak mendapatkan sandal lalu memakai sepatu.

c.       Tidak memakai hal-hal yang semakna dengan hal-hal tersebut di atas, tidak mamakai mantel dan sejenisnya, kopiah, kaos dalam dan sejenisnya.

     Diperbolehkan bagi kaum laki-laki untuk memakai sandal, cicin, kaca mata, alat bantu pendengaran, jam tangan atau jam yang dikalungkan di lehernya, dan sabuk besar untuk menyimpan bekalnya.

Diperbolehkan pula untuk membersihkan diri dengan tidak memakai wangi- 
wangian juga diperbolehkan mencuci dan menggaruk kepala dan badannya.

 Jika kemudian, karena hal itu, rambut terjatuh tanpa disengaja maka hal itu 
 tidak apa-apa.

Adapun bagi kaum wanita dilarang memakai niqab dan burqu’ (sejenis tutup muka). Sesuai dengan sunnah, seorang wanita hendaknya membuka mukanya, kecuali memang dilihat orang laki-laki yang bukan mahramnya maka wajib baginya untuk menutup mukanya di saat ihram maupun di luar ihram.

Alah yang memberi taufiq, semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada  Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan para sahabatnya.


[1] )ba’da zawal tidak berarti harus tepat setelah zhuhur, bisa juga   pada sore hari di mana kerumunan dan desak desakan manusia sudah berkurang.

Sumber : Kitab Haji dan Umrah dan kesalahan yang dilakukan oleh sebagian umat , 
              karya: Syaikh Muhammad Shalih Al ‘Utsaimin

Tidak ada komentar: