20 Agustus 2012

THAWAF DAN BEBERAPA KESALAHAN QAULIYAH YANG TERJADI


Tersebut dalam hadits shahih dari Nabi r bahwa beliau bertakbir setiap kali sampai pada Hajar Aswad. dan pada antara rukun Yamanai dan Hajar Aswad beliau membaca do’a :
}ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار{.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jauhkan kami dari siksaan api neraka.”
Dan beliau bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya thawaf di Ka’bah, di Shafa dan Marwa, dan melempar Jumrah ditetapkan untuk mendirikan zikir kepada Allah.”

Kesalahan yang dilakukan oleh sebagian jamaah haji dalam hal ini adalah menghususkan do’a-do’a tertentu pada setiap putaran dan tidak membaca do’a yang lain. Sehingga sering terjadi pemenggalan atau pemotongan do’a meskipun tinggal satu kata karena satu putaran telah sempurna sebelum do’anya selesai lalu berpindah kepada bacaan do’a lain yang khusus untuk putaran berikutnya. Begitu juga jika bacaan do’anya selesai sebelum putaran habis, ia hanya diam saja dan tidak membaca apa-apa.

Tidak pernah disebutkan dari Rasulullah r bahwa dalam thawaf ada do’a khusus untuk setiap putaran. Syekh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- pernah mengatakan : “tidak ada di dalamnya(yakni thawaf) zikir tertentu dari Rasulullahr baik dengan perintah, ucapan, atau ajarannya. Bahkan beliau membaca do’a dalam thawaf dengan semua do’a-do’a yang masyru’. Dan apa yang dibaca oleh kebanyakan orang berupa do’a tertentu di bawah mizab dan yang serupa tidak mempunyai dasar dan alasan.”

Untuk itu, seorang yang sedang thawaf hendaknya berdo’a dengan do’a apa saja yang disenanginya dari kebaikan dunia dan akhirat, dan menyebut Allah dengan zikir-zikir yang masyru’ berupa : tasbih, tahmid, tahlil, takbir, atau membaca Al-Qur’an.
           
Diantara kesalahan yang dilakukan sebagian jamaah adalah mengambil do’a dari kumpulan do’a-do’a (yang sudah terbukukan), kemudian berdo’a dengan do’a-do’a tersebut tanpa tahu maknanya. padahal do’a-do’a tersebut mungkin saja ada yang salah cetak atau salah tulis yang mengakibatkan maknanya bertolak belakang, sehingga do’a tersebut bukan untuk kebaikan dirinya tapi justru untuk kejelekan dirinya tanpa disadari. Kami pernah menyaksikan keanehan yang unik ini.
Andaikata orang yang sedang thawaf tersebut berdo’a kepada Tuhannya dengan do’a-do’a yang ia kehendaki, yang ia ketahui, dan ia harapkan maksud do’a tersebut  terlaksana, tentu labih baik dan tentu lebih bermanfaat baginya, dan berarti lebih mengikuti Rasulullah r.
           
Di antar kesalahan yang dilakukan oleh sebagian jamaah  haji adalah thawaf berombongan dibawah pimpinan seorang komando yang membacakan do’a untuk mereka dengan suara keras dan diikuti oleh rombongannya dangan satu suara, sehinga suara-suara keras bermunculan dan terjadilah suara ribut, orang lain yang sedang thawaf terganggu, dan tidak tahu apa yang sedang dibaca. Hal ini bisa menghilangkan kekhusyu’an dan mengganggu saudara-saudara kita hamba-hamba Allah Ta’ala di tempat yang aman ini. Padahal Rasulullah r pernah mendatangi orang-orang yang shalat dan bersuara keras dalam bacaan mereka, dan beliau bersabda :
[كلكم يناجي ربه، فلا يجهر بعضكم على بعض في القرآن].
“Masing-masing anda sedang bermunajat kepada Tuhannya, maka hendaknya masing-masing jangan saling bersuara keras dalam bacaan Al-Qur’an.” (Riwayat Malik dalam Muwatta’, dan Ibnu Abdil Barr mengatakan: hadits tersebut shahih).

           
Alangkah baiknya, jika sang komando ketika sampai di Ka’bah bersama rombongannya berhenti terlebih dahulu dan meminta kepada mereka untuk melakukan ini dan itu, dan berdo’a dengan do’a apa saja yang mereka sukai, sehingga dia dapat thawaf dengan mereka tanpa terjadi kesalahan dan dapat thawaf dengan khusyu’ dan thuma’ninah (tenang), sambil berdo’a kepada Tuhan mereka (dengan  penuh harap dan rasa takut) dengan do’a-do’a yang mereka sukai, mereka ketahui maknanya, mereka inginkan terkabulkan maknanya, dan orang lain dapat terselamatkan.


  Sumber : Kitab Haji dan Umrah dan kesalahan yang dilakukan oleh sebagian umat , 
                karya: Syaikh Muhammad Shalih Al ‘Utsaimin

Tidak ada komentar: